5a. LOL -Arina-

34 3 4
                                    

Don't judge a book from the cover!
---

"INAAAA..!" Terdengar suara seorang lelaki yang sedang memanggil asisten rumah tangganya.

"IIIIINNNNAAAAAAA!!" Teriaknya lagi membuat seorang cewek berkuncir dua lari tergopoh-gopoh mendekatinya.

"Iyaa mas, saya datang nihh.." seru gadis itu sambil menyodorkan sepatu converse yang langsung disambar cowok itu.

"Lo ngapain sih?! Lama banget! Kalau gue telat gimana?!" Ketus cowok itu buru-buru memakai sepatunya.

"Tugas gue udah selesai?" Tanya cowok itu tanpa mengalihkan pandangannya dari sepatu.

"Udah mas, bukunya udah Ina taruh di tas. Tasnya udah Ina taruh di Mobil. Mobilnya udah Ina taruh di depan gerbang," jawab gadis itu memberi laporan.

"Kalo otak lo, lo taruh mana?" Tanya cowok itu kesal.

"Eh?" Tanya Ina bingung menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal.

"Ck, udah deh. Ngomong sama lo, bikin gue emosi tau nggak!" Seru cowok itu mendengus lalu beranjak pergi.

***

Jam delapan kurang lima menit, Andra mendesah lega karena dia tidak jadi telat. Untung Andra udah biasa ikut balapan. Ada untungnya juga untuk situasi darurat seperti ini.

"Woy, bro!" Andra menoleh merasa bahunya ditepuk. Teryata itu Rizal teman dekatnya.

"Muka lo udah ditekuk aja pagi-pagi gini?" Tanya Rizal dengan senyum semangat, berbanding terbalik dengan Andra yang mukanya kelihatan kesal.

"Biasalah, pembantu dirumah bikin naik darah pagi-pagi," sahut Andra asal.

Memang semenjak bi Marsih pembantu lamanya, diganti oleh anaknya yang bernama Ina, hidup Andra jadi tidak tenang.

Ada ada saja kelakuan Ina yang bikin Andra mengumpat. Mulai dari cara berpakaian Ina, cara bicara Ina, sampai cara Ina memberi laporan yang terlalu detail, selalu membuat emosi Andra memuncak.

"Lah, emang pembokat lo kenapa? Bukannya dia udah kerja sama lo dari lama?" Tanya Rizal heran. Karena setau Rizal, pembantu Andra itu sudah kerja di rumah Andra sejak Andra masih kecil. Kenapa Andra baru mempermasalahkannya sekarang?

"Itu bi Marsih, dia udah pensiun. Sekarang diganti anaknya, Ina." Jelas Andra jadi mendecak, mengambil tempat duduk didepan Rizal.

"Lo tau Zal? Tiap gue deket-deket sama si Ina, mendadak gue tuh pengen marah-marah mulu. Ngeliat muka dia yang LOL aja, bawaannya emosi." Sambung Andra jadi curhat. Rizal tertawa mengusap hidungnya ringan.

"Emang muka dia gimana?" Tanya Rizal jadi penasaran. Aneh aja ngeliat cowok cool doyan balapan ini tiba-tiba curhat tentang pembantunya.

Andra terdiam membayangkan rupa si LOL Ina itu. Sebenarnya dia punya body oke, tapi sayang selalu tertutup dengan kaos oblong yang dimasukkan ke rok bunga-bunganya. Gila, itu style-nya bi Marsih diwariskan ke anaknya apa gimana sih, bisa samaan gitu.

Kulit Ina tuh bersih, mukanya juga lumayan, tapi dandanannya itu loh, nggak banget. Ini tahun 2019 dan masih ada cewek yang kepangan dua, pake kacamata segede kacamata kuda lagi. Belum lagi ekspresi to-LOL-nya bikin Andra enek sendiri.

"Ya gitulah," jawab Andra singkat, malas menjelaskan wujud asli LOL-Ina.

"Kenapa, jelek ya?" Tanya Rizal to the point, karena memang prinsip cowok itu. Yang cantik langsung gass, yang lola mah manfaatin aja.

Andra melengos enggan menjawab pertanyaan Rizal. Karena dia juga belum bisa memastikan, wajah Ina itu termasuk kategori jelek apa enggak.

"Kalau jelek mah pecat aja kali Ndra. Udah lola, jelek lagi, mending lo nyari pembokat kaya pembokatnya Nando noh.. cantik euyy, seksi lagi." seru Rizal yang pikirannya sudah melayang kemana-mana.

About Teenagers StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang