5c. LOL -Arina-

17 2 0
                                    

"INNA!" Sentak seseorang dari ambang pintu membuat Rizal dan Ina refleks menoleh kearah suara. Ternyata Andra sudah datang, wajahnya menampilkan ekspresi marah yang membuat Ina bingung.

Rizal berdehem kikuk menjauhi Ina, sementara itu Andra langsung menyentak tangan Ina agar gadis itu berdiri.

"Lo ngapain disini! Kerja lo tuh dibelakang bukan didepan temen gue!" Bentak Andra. Ina tidak bisa menjawab apa-apa karena Andra terlihat sangat marah, padahal Ina cuman menyalin data tidak melakukan apapun.

"Kenapa lo diem?! Jawab Na! Oh. Atau lo sengaja kesini buat godain Rizal, iya?" Lanjut Andra membuat Ina menggeram mencoba menahan emosinya.

"Minuman kemaren? Itu juga punya cowok lo kan? Penampilan lo doang yang culun, tapi kelakuan lo-"

Plakk

Ina menampar Andra murka, wajahnya merah padam. Ina tidak tau apa salahnya sampai Andra menuduhnya yang bukan-bukan. Padahal dia juga cuman dipaksa Rizal, brengseknya lagi cowok itu malah diam tak sedikitpun membelanya.

"Bukan karena mas Andra majikan Ina, mas Andra bisa ngejudge Ina sesuka hati. Maaf mas, Ina mau pulang." Ina pergi dari rumah Andra, diikuti tatapan Sita dan Rion yang baru datang.

Andra mengacak rambutnya frustasi. Dia juga tidak tahu kenapa bisa semarah ini, melihat Ina yang terlihat menyembunyikan sesuatu darinya ditambah Ina dekat-dekat dengan Rizal, benar-benar membuatnya merasa tidak terima.

"Lo suka dia?" Tanya Rizal to the point. Sebenarnya tadi dia ingin membela Ina, tapi Rizal penasaran, kenapa Andra sampai semarah ini. Belum lagi sikap Ina yang tenang, seperti ada yang aneh dengannya.

"Diem lo. Kali ini anggep aja dia emang mulai duluan. Tapi kalo sampai lo macem-macem sama dia lagi, lo tau sendiri resikonya."

***

"Arina, ada temen kamu tuh nyariin kamu diluar.." Bi Marsih menengok anaknya yang sedang tiduran dikamar.

"Siapa bu? Kalau Andra usir aja, Arin masih marah." Jawab Ina tak minat, masih memainkan ponselnya.

"Hus! Sembarangan kamu. Sejak kapan den Andra jadi temen kamu?" Ina merutuk pelan, benar juga.

"Apa kamu bilang? Kamu marah sama den Andra?" Lanjut bi Marsih dengan ekspresi terkejut.

"Ha? Apasih bu, Arina nggak ngomong gitu,"

"Arina, kamu jangan macem-macem sama den Andra. Orang tuanya udah baik banget sama kita, kamu tau sendiri kan, tanpa mereka ibu nggak akan sanggup nyekolahin kamu?"

"Iya bu.. Arina ngerti kok. Yaudah, Arin keluar dulu nemuin temen Arin. Ibu nggak usah bikin minum, biar Arin aja." Ina beranjak dari kamarnya hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek.

"Atta? Kan gue udah bilang nggak jadi.." Ina terkejut lalu duduk disamping pemuda yang baru saja menyalakan rokok.

"Gue nggak percaya kalau lo masih kerja, bener kan lo ada dirumah."

"Gue baru aja pulang Ta.. itu juga karena gue ada masalah dikerjaan,"

"Masalah apa? Majikan lo yang songong itu? Sini biar gue yang kelarin, gue kan udah pernah bilang, lo keluar aja dari sana. Lo tuh terlalu bagus buat jadi pembantu Rin.."

"Cuman sampai gue lulus Ta. Mereka udah baik, gue sama Ibu nggak enak."

"Terus majikan lo yang kuliahan itu gimana, gue nggak terima ya kalo sampai dia macem-macem sama lo." Atta mendengus pelan, kalo sampai majikan Arina ngapa-ngapain Arina, Atta nggak akan biarin dia hidup.

Enak saja, selama ini Atta yang selalu ada buat Arina jangan sampai dia kecolongan. Sebenarnya Atta juga khawatir kalau Arina jadi pembantu, bagaimana tidak? Kalau pembantunya secantik Arina siapapun majikannya juga bakal naksir.

"Tenang aja.. jangankan macem-macem, dia ngeliat gue aja udah enek kok," Arina tertawa mengingat penyamarannya.

Ia memang sengaja memakai pakaian ibunya yang kedodoran dan motif bunga itu, pakai kacamata besar dan dikepang dua. Terkadang Arina kagum dengan aktingnya sendiri, kepolosannya terlihat natural padahal aslinya dia juga ingin tertawa.

"Yaudahlah gue percaya sama lo."

"Nah gitu dong, lo emang temen gue yang paling perhatian Ta!"
Nah, satu lagi yang membuat Atta frustasi. Arina hanya menganggapnya teman padahal ia menyukai Arina setengah mati.

"Jadi, lo ikut gue kan malem ini?" Tanya Atta mengganti topik pembicaraan.

"Ck gue males Ta.. lo tau sendiri kan, gue paling males ikut acara-acara begituan." Seperti biasa Atta selalu mengajaknya ke arena balapan, dan Ina selalu menolaknya.

Ina tau kalau Atta bandar balap liar dan Andra seorang pembalap. Ina tidak mau kalau sampai ia bertemu Andra disana, apalagi kalau ternyata Atta kenal sama Andra yang notabene majikannya. Hah, mungkin Atta akan menghajar Andra karena Ina pernah kelepasan bercerita kalau majikannya itu menyebalkan dan suka mabuk.

"Kan ada Rubi juga, temen lo kan?"

"Rubi emang doyan nonton begituan, tapi gue enggak." Sebenarnya tidak enak menolak ajakan Atta, apalagi selama ini Atta sering membantu urusan finansialnya. Tapi bagaimana lagi, keselamatan majikannya itu lebih utama.

"Oke, oke. Lo boleh nolak nemenin gue di arena, tapi besok malam lo harus ikut gue ke peresmian clubnya Rey."

***
Arina sedang merias wajahnya, lima belas menit lagi Atta akan datang menjemput. Biasanya kalau datang ke club Ina hanya akan memakai hoodie atau jaket biasa, tapi ini bukan acara sembarangan.

Rey adalah pemilik beberapa club terkenal di jakarta, sekaligus bos dari temannya yaitu Rubi. Sebenarnya ia pernah ditawari Rubi untuk bekerja di tempat Rey, tapi Ina menolak. Bukannya takut, Ina hanya tidak mau membuat ibunya khawatir apalagi kecewa karena tempat yang dikelola Rey adalah pusat hiburan malam yang sudah seperti club negara barat. Tidak ada aturan, tidak ada larangan.

Arina menaiki mobil Atta, ia memakai dres hitam pendek dengan bahu terbuka ditambah sepatu high heels yang membuatnya terlihat elegan. Atta sampai berdecak kagum sangking terpesonanya.

Sesampainya di club Atta langsung menyalami Rey yang terlihat berdiri dengan seorang gadis mungkin seumuran SMA sedangkan Arina menghampiri Rubi yang asik tertawa bersama teman-temannya.

"Arina! untung lo dateng, gue hampir jemput lo sendiri." Seru gadis cantik itu menyambut Arina.
"Oh iya kenalin ini adek gue Jonathan, yang ini Cesil, temen kerja gue."
Arina tersenyum pada Jonathan dan Cesil yang dibalas keduanya.

"By the way, yang disebelah Rey itu siapa Bi?" Tanya Arina penasaran, karena gadis itu terlihat mencolok diantara Rey dan teman-temannya.

"Dia Krystal, cantik banget kan? Dia baru mau masuk SMA loh.."

"Serius lo?" Tanya Arina kagum, pasalnya gadis itu memang terlihat masih muda, tapi Arina tidak menyangka kalau ia semuda itu.

"Ngapain sih gue bohongin lo. Dia anak emasnya Rey, makanya dia berdiri disamping Rey."

Arina menggelengkan kepala, apa maksud Rubi anak emas? Apa mungkin Krystal itu juga bekerja sama seperti Rubi? Gadis semuda itu?
Arina baru saja mau bertanya tapi tepukan dipunggungnya membuat ia berbalik,

"Andra?"

》》》 To be continue《《《

Andra ketemu Arina di club? Hmm

Kisah Rey, Rubi dan Krystal

About Teenagers StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang