5. <<Rahasia nenek sihir>>

31 9 0
                                    

Cuaca yang kelewat cerah membuat lea gerah, ia kepanasan dari tadi menunggu angga yang tak kunjung terlihat. Lea melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir satu jam ia menunggu.

"Ck angga lama banget sih"

Lea sebenarnya tidak keberatan menunggu tapi ia kesal jika baterai ponselnya sekarat. Sejak tadi lea berkutat dengan ponselnya, kegiatan menunggunya pasti tidak akan terasa jika ada ponsel. Tetapi sekarang baterai ponselnya sudah menunjukkan sisa 5% lagi. Sialnya lea tidak membawa power bank untuk mencharge ponselnya. Bagaimana ia bisa menghubungi angga sekarang.

"Tega banget biarin gue nunggu selama ini, awas aja nanti bakal gue bejek bejek tuh angga"

Lea bangkit dari duduknya mondar mandir sambil menggerutu. Tanpa sengaja matanya melihat seorang cowok baru keluar dari supermarket yang tak jauh dari tempat lea berada. Tanpa menunggu lama lea segera menghampiri cowok yang notabenenya adalah teman sekelasnya atau lebih tepatnya ketua kelasnya yang terkenal ketus dan jutek.

"Rong gue boleh nebeng gak?" lea menyengir lebar memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi, meskipun ia tahu bahwa itu sia sia. Cowok yang satu ini tak pernah rela jika motor kesayangannya ditumpangi orang lain selain dirinya tentu saja.

"Barong boleh ya ya ya ? Soalnya kalo nungguin angga keburu tua nanti" lea terkekeh kecil. Cowok itu tak membalas perkataan lea, ia sibuk sendiri mulai dari menaruh barang belanjaannya ke jok motor lalu memasang helm hendak pergi.

"Masa lo tega sih ninggalin cewek cakep macem gue disini, kalo nanti gue diculik gimana" lea sedikit berteriak sambil menghadang jalan cowok yang sedang menaiki motornya dengan merentangkan tangan lebar sambil memohon.

"Bukan urusan gue, lo mau jungkir balik disini ya bodo amat! Minggir gue mau lewat" Nah kan sudah ia duga, cowok ini jarang bicara tapi sekalinya bicara nyelekit.

"Dan satu lagi, nama gue bara. B.A.R.A jadi stop manggil gue barong. Minggir gak"
Bara sengaja menggas motornya seakan mau menabrak lea untuk menakutinya agar pergi dari hadapannya. Namun bukannya takut lea malah langsung berlari secepat kilat menaiki motor bara lalu memeluk erat pinggang bara agar ia tak disuruh turun. Kan repot nanti jadinya.

"Ayo jalan! Rumah gue nggak jauh kok dari sini lo tinggal ikutin instruksi gue aja. Gampang kan, masa cuma gini aja lo gak mau rong" ceplos lea dengan tidak tahu diri malah menceramahi bara.

Yang diceramahi hanya mengelus dada, ia pasrah kali ini motornya diduduki orang selain dirinya. Sempat menghela napas, bara langsung melesat menuju rumah lea.

Tak butuh waktu lama, motor bara sudah sampai di depan rumah lea.

"Nah rong udah sampe, gue gak usah bilang makasih ya soalnya kan gue yang maksa lo. Kalo lo yang berbaik hati nawarin tumpangan, baru gue bilang makasih. Bener kan gue, ya gak?" lea nyerocos lebar sambil terkekeh geli dengan ucapannya sendiri.

"Ya ya terserah lo, semerdeka lo aja dah" bara sok mendengus, tapi ia salut dengan kepribadian lea yang super aktif dan tentu saja sedikit tidak tahu diri. Tanpa ia sadari bibirnya melengkung keatas.

"Cie cie barong senyum. Waduh kesambet apa lo rong, biasanya juga merengut mulu" ujar lea sambil menusuk nusuk pipi bara dengan telunjuknya.

"Nggak sapa yang senyum. Lo kelilipan kali makanya salah liat" kilah bara secepat kilat, gengsinya terlalu tinggi sampai tidak mau mengakui.

"Oh ya, yang tadi bercanda. Makasih ya udah anterin gue. Waduh lo harusnya merasa bangga dong dapet makasih dari gue" lea masih sempat sempatnya menabok lengan bara saat berujar tadi.

"Yang waras ngalah aja. Gue cabut dulu bye!" bara langsung melesat cepat membelah jalanan, samar samar ia mendengar teriakan lea dari jauh.

"Hati hati ya rong! jangan meleng" senyum bara terkembang lebar, ia masih tak percaya apa yang baru saja terjadi.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang