Dani menunggu dengan bosan bagaimana salah satu Anak buahnya, sibuk memilih gambar paling bagus di Kamera.
Lebih dari lima belas menit Laki-laki setengah Wanita itu menunggu, bahkan Syal warna ungu dia pakai mulai di lepasnya dari leher, dia gigit saking tidak sabaran lagi untuk menunggu.
"Tadi lo mau ngomong apa?"
"Akhirnya!! Lo anggap ada orang di sini!" Dani beranjak bangun dari Sofa menghampiri Jennifer.
"Langsung saja ada seseorang mau bertemu lo."
"Siapa?"
Dani ingin sekali mencekik leher Jennifer. Wanita itu memang merespon perkataannya tapi tetap, pandangan tidak lepas dari Kamera yang di pegangnya sejak tadi.
"Yang pasti Manusia gue mau lo respon dia baik."
"Hmm."
"Gue yakin lo tidak akan nyesal, akan bilang terima kasih ke gue."
"Hmm."
"Jen! Lo bisa tidak jawab gue selain kata, hmm?!"
"Oke."
Dengan raut wajah kesal Dani keluar dari Ruangan itu, dia berjalan cepat menuju Ruangannya. Dia akan marah sama Jennifer walau tidak lebih dari dua puluh detik.
Tapi kali ini dia akan membuat rekor. Kemarahan dia rasakan berlangsung tidak lebih dari lima detik, ketika melihat Pria tampan berjalan menghampirinya.
"Oh my god! Gue uuuhhh!!! di samperin Pria tampan! Hai Raga!!!"
Pria itu tersenyum, "Hai juga gimana? Atau gue datang di waktu tidak tepat?"
"Oh, tepat sekali! Dia sangat mau bertemu lo!"
Raga mengedarkan pandangan, "Sekarang dia di mana?"
"Siapa? Maksud lo gue? Ini gue di depan lo Raga masa tidak lihat?! Ada Bidadari di hadapan yang cantik ini! Gemas deh!"
Raga kembali tersenyum, "Maksud gue Jennifer."
Menghela napas Dani menunjuk Ruangan di belakangnya.
"Masuk saja dia lagi sibuk dengan Kameranya gue harap, lo tidak akan di cuekin sama seperti gue tadi."
. . . . .
Jennifer menatap tanda tanya pada seseorang kini duduk di hadapannya. Kesibukan Wanita itu terhenti sejenak saat Pria di hadapan memaksa ingin berkenalan.
"Elo udah tahu gue kan? Sekarang apa lagi?"
Menautkan kedua tangan Raga memajukan tubuhnya tersenyum.
"Belum semuanya. Bikin gue semakin ingin kenal lo lebih banyak lagi."
"Sudah tahu nama, umur, hobi dan Pekerjaan gue. Sekarang lo boleh pergi."
Rasa penasaran itu semakin besar Raga tersenyum kecil, mulai beranjak dari Kursi berjalan memutar Meja kini dia berdiri tepat di hadapan Jennifer.
Kedua tangannya memutar Kursi Wanita itu agar berhadapan dengannya, sebelum Raga mengurung Jennifer dengan kedua lengannya.
"Cantik, cerdas, misterius dan seksi. Lo bikin gue tidak akan berhenti sebelum mendapatkan lo. Sabtu malam gue mau lo pergi bersama gue, tidak menerima yang namanya penolakan."
Jennifer tersenyum sinis, "Kita lihat sampai mana lo bertahan, untuk ngejar dan ngemis terhadap gue."
Raga mendekatkan wajah tersenyum lebar, "Sampai lo luluh dan jadi milik gue, Jennifer Mary."
Cup.
Satu kecupan di bibir Jennifer dapatkan dari Pria itu, bersama dengan raut wajah puas dari seorang Raga Abraham.
. . . . .
Jennifer meneguk minuman dingin yang di berikan Revan. Pria bertubuh tinggi tak lain adalah Kekasihnya.
Setelah menunggu dia minum Revan membawa tubuhnya mendekat, memeluk erat pinggangnya.
"Satu minggu tidak bertemu aku rindu padamu sayang, berikan satu ciuman untukku."
Kedua tangannya melingkar di leher Revan, sebelum berjinjit dan memberikan satu ciuman panas.
Merasa di berikan gairah yang tinggi, Revan membawa tubuh itu untuk di baringkan di atas Sofa.
"Aku ingin kamu Jen sekarang. Please berikan padaku katakan kau juga menginginkannya."
Mengusap dada Pria itu bibir Jennifer kembali mencari bibir Revan, sebelum berciuman kembali dengan gairah yang tinggi.
Merasa oksigen keduanya akan habis setelah berciuman lama, Jennifer melepas tautan bibir mereka mengambil napas secara perlahan, sambil mengusap lembut dada Revan.
"Aku ingin hubungan kita, berakhir sampai di sini."
"What?!" Bergerak menjauh Revan menatap wajah cantik itu lalu tertawa.
"Kau bercanda Jen??? Tapi jujur tidak lucu sama sekali."
"Aku serius." Raut wajah datar tanpa ekspresi itu jelas membuat Revan terdiam.
"Jennifer! Apa maksudmu?!"
Beranjak bangun dari Sofa, Jennifer mulai memasang kembali Kancing Bajunya yang terbuka.
"Tiga bulan Pacaran denganmu aku bosan. Dan minggu depan aku akan mempunyai Kekasih baru."
"Berengsek kau Jennifer!"
"Yup, it's me."
"Tadinya ku pikir bahwa aku yang serius kau cintai tapi nyatanya? Kau sama menganggapku dengan para mantan bodohmu itu!!!"
Sekali lagi raut wajah datar itu tidak mempedulikan, bagaimana marahnya seorang Revan.
Segera meraih Tas Jennifer melangkah keluar dari Apartemen Pria itu. Ketika Pintu di buka tubuhnya di tarik kembali dan jatuh ke atas Sofa. Kini dia di bawah kurungan Revan.
"Menjauh dari atasku."
"Kita sudah sering bercinta sayang, Jadikan malam ini kenangan terbaik kamu."
Tersenyum mengejek, "Kau sudah gila?"
Ketika bibir itu ingin menyentuh kembali Jennifer menendang kuat tubuh Revan, hingga Pria itu terjatuh dari atas Sofa.
Untuk saat-saat seperti ini, dia sangat mencintai heels sepuluh cm miliknya.
. . . . . Like and Comment! . . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennifer Mary ( The Second Series )
RomansaThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014) =================================== [Seri Kedua] Jennifer Mary (Sekuel Dari Aku Milikmu) Jennifer Mary Iva...