Malam ini rapat himpunan mahasiswa ilmu komunikasi, gadis cantik bertubuh semampai itu juga mengikuti acara rapat kepanitiaan karena akan berlangsungnya sebuah acara termegah yang tiba minggu depan.
Shamira selaku sekretaris mencatat jalannya rapat dengan rinci, ia berusaha mengerahkan kekuatan menulisnya demi melaksanakan tugasnya sebagai sekretaris yang cekatan.
"Baiklah, hasil rapat hari ini pertama minggu depan tepatnya Sabtu panitia berkumpul pukul lima pagi jika terlambat 10 menit akan dikenakan sanksi yang telah disepakati, kedua untuk bagian keamanan seluruh panitia bertanggung jawab dibidang keamanan dan perlengkapan harus siap sedia. Ketiga, untuk bagian lomba harus jemput dosen yang menjadi juri, besok jangan lupa dihubungi jika tidak bisa kita ganti lagi. Keempat, untuk acara gathering keamanan dan kenyamanan peserta nomor satu. Jangan lupa untuk akomodasi guest star juga serta hadiah pemenang tetap seperti kesepakatan awal, untuk bagian lomba tolong besok seluruh hadiah harus sudah sedia. Demikian hasil rapat kita kali ini." Shamira membacakan hasil rapat kali ini yang hasilnya super panjang tersebut.
"Oke, rapat hari ini kita tutup. Selamat malam. Hati-hati dijalan." Ujar pemimpin rapat tersebut. Semua yang berada diruangan itu satu persatu meninggalkan ruangan.
"Shamira, lo pulang sama siapa?" Tanya Dio selaku ketua panitia tersebut. Gadis yang bernama Shamira tersebut menoleh dan tersenyum kikuk.
Shamira menyelipkan anak rambutnya ke telinga dan menjawab, "Naik kendaraan online sepertinya kak."
"Perlu gue temenin ngga buat nunggu ojolnya? Atau lo gue anterin aja?" Tawar pemuda yang tidak terlalu tinggi untuk ukuran pria.
Shamira menggelengkan kepalanya, di depan terlihat Caca yang menunggu Dio dengan tatapan tajam menatap ke arahnya. Shamira menggelengkan kepalanya, "Nggak usah kak. Nanti aku telfon Sagara aja, kebetulan dia sepertinya ada rapat juga. Terimakasih, Kak."
"Yaudah, gue duluan ya. Caca ntar ngomel itu nunggu gue. Hati-hati, Shami."
Gadis cantik yang telah selesai membuat hair bunch itu menggigit bibir bawahnya bingung. Ia dilema antara ingin menelfon Sagara untuk mengantarnya pulang atau tidak.
Shamira harus menghubungi Sagara. Ia mau pemuda itu datang kepadanya.
Shamira menempelkan telfonnya ke telinga kanannya. Matanya was-was menoleh sekitarnya.
Masih belum diangkat sama pemuda tersebut. Gadis cantik itu panik sampai meneteskan air matanya karena takut.
"Halo, Sha?" Panggilan tersambung membuat Shamira menghapus air matanya.
"Lo ada dimana?" Tanya Shamira dengan suara seraknya.
"Lo kenapa Sha? Ada masalah? Gue ada di kampus, baru selesai rapat. Kenapa?" Suara panik Sagara membuat Shamira tersenyum. Lucu juga paniknya Sagara. Padahal pemuda itu, pemuda yang masuk kategori susah untuk ditaklukan.
"Gue nggak apa-apa. Gue boleh bareng sama lo ngga pulangnya? Gue takut mau naik ojol." Cicitnya, pemuda di sebrang sana terkekeh gemas.
"Boleh banget, yaudah tunggu sebentar ya. Bentar lagi kesana. Di halte fakultas kan?" ucap Sagara sambil membuka kunci mobilnya.
"Yaudah gue tunggu, iya gue di halte fakultas. Makasih ya, Ra." Tulus Shamira.
"Anytime for you babe. Udah jangan nangis. Mau aku temenin sambil nyetir?" Pipi Shamira merona mendengar Sagara yang menggunakan aku-kamu seperti itu.
"Nggak usah. Lo matiin aja telfonnya, gue tunggu ya. See you." Tolak gadis cantik itu kemudian mematikan panggilannya. Jantungnya berdegup kencang membuatnya bingung.
"Sendirian aja teh?" Tiba-tiba suara seorang pria mengagetkannya. Gadis cantik itu perlahan menoleh ke arah sumber suara. Itu Sagara. Reflek Shamira memeluknya dan menangis sesenggukkan.
"Hey, what's wrong Sha?" Tanya Sagara panik. Gadis cantik itu masih menangis membasahi kemeja biru muda milik Sagara.
"Maafin aku yang ngagetin kamu, ok?" Ujar Sagara lagi sambil mengusap punggung Shamira agar gadis itu nyaman. Pria itu mengecup puncak kepala Shamira lama.
"Aku takut..." Cicit gadis dipelukan Sagara, membuat pemuda tampan itu terkekeh.
"Sagara minta maaf Shamira. Sagara tadi nggak maksud bikin Shamira nangis." Sagara melepaskan pelukannya dan memegang pundak Shamira untuk menatap gadis itu.
Shamira hanya menganggukkan kepalanya, pemuda itu menghapus air mata yang membasahi wajah gadis itu.
"Ayo kita pulang." ajak Sagara. Shamira hanya menganggukkan kepalanya lemas akibat menangis tadi. Pemuda tampan itu merangkul pundak gadis di sampingnya sambil mengusap pelan pundak Shamira.
Sagara membukakan pintu penumpang untuk gadis cantik itu kemudian pemuda itu berlari membuka pintu kemudinya.
Sagara melepas hair bunch Shamira agar gadis itu nyaman. Pemuda tampan itu menyisir lembut rambut gadis yang ia cintai.
"Udah Shamira jangan nangis terus. Sekarang tidur aja. Nanti sampai apartment aku bangunin." Ucapan Sagara sambil mengecup dahinya tersebut membuat dirinya tenang dan mulai terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PING PONG [ Sehun x Somi ]
RomanceSagara El Nino Salim, seorang pemuda yang tingkat kegengsiannya sangat tinggi. Menurutnya tidak ada gadis yang tidak menolak pesonanya, semua gadis berlomba mendekatinya. Sagara tapi tidak ingin menjalin hubungan dengan gadis-gadis yang hanya mengej...