9

36 1 0
                                    

Sembilan

🐱🐱🐱

"Apa masih jauh?"

"Tidak, itu di depan sudah kelihatan komplek perumahannya. Kau yakin tidak apa jika aku hanya mengantar sampai sini?"

Yoongi hanya memandangi tatapan khawatir Namjoon dengan malas. Memangnya Yoongi anak tk yang harus diantar kemana-mana.

"Tidak apa. Lebih baik kau bergegas ke bandara. Adikmu itu mengerikan kalau marah. Aku turun ya."

Yoongi segera turun dari mobil sementara Namjoon berteriak dari dalam mobilnya.

"Nomor 11 hyung. Kim Taehyung, rumahnya bercat putih."

Yoongi hanya mengangguk mengerti karena sebenarnya Namjoon sudah mengatakannya sejak tadi. Sudah enam kali berarti. Yoongi mulai berjalan dan kembali berhenti saat ponselnya bergetar. Menandakan pesan dari Namjoon yang berisi alamat rumah tujuannya.

Yoongi kembali berjalan sambil berpikir dengan penuh rasa kesal. Ia merasa dirinya tidak setua itu untuk menjadi orang yang pikun. Kenapa Namjoon memperlakukannya seperti kakek-kakek pikun.

Yoongi berhenti berjalan begitu memasuki wilayah perumahan, ia mulai menggosokan tangannya. Awal musim semi yang masih terasa dingin. Yoongi tidak begitu menyukainya. Yoongi memeriksa lagi pesan dari Namjoon, ia tidak percaya kalau ia benar-benar melihat lagi pesan itu padahal isi pesan itu sudah ia hapal di luar kepala.

Nomor 11, Kim Taehyung, rumah bercat putuh.

Yoongi melanjutkan langkahnya. Anggaplah Yoongi sedang mulai menyusun hidupnya lagi, setelah semuanya hancur dua tahun lalu. Setidaknya Yoongi harus tetap bersyukur, masih ada Hoseok dan Namjoon yang selalu menguatkannya. Bahkan seharusnya Yoongi belajar dari Namjoon. Yoongi tahu betul jika Namjoon benar-benar mencintai adiknya. Tapi pemuda itu tetap bertahan dan selalu berusaha menguatkan Yoongi, meski Yoongi tahu ia pasti sama hancurnya.

Yoongi sudah terlalu lama terpuruk. Setahun pertama ia bagai mayat hidup yang dirawat oleh Namjoon dan Hoseok dengan telaten. Tapi kemudian ia sadar. Ia harus bangkit lagi, demi orang-orang yang selalu peduli padanya, demi adiknya, dan demi seseorang yang sudah mengorbankan hidupnya untuk Yoongi.

Setelah itu, meski tanpa tujuan hidup yang jelas Yoongi mulai kembali bekerja. Menjadi pelayan di kafe. Mendapat gaji. Dan berhenti menjadi beban bagi Namjoon dan Hoseok.

Lalu ia mulai membuat lagu lagi. Membuat lagunya bersama Namjoon dan Hoseok seperti dulu. Kadang membuat lagunya sendiri.

Hingga satu minggu yang lalu, Namjoon bilang seseorang ingin bekerja sama dengannya, masalah musik. Dan Yoongi menyetujui tawaran yang Namjoon berikan. Diantara semua hal yang meninggalkannya, musik tidak pernah meninggalkannya. Jadi tentu saja Yoongi merasa senang jika harus bekerja dengan musik, lagi.

Yoongi terus melangkah, memasuki wilayah perumahan dengan rumah-rumah yang cukup mewah. Yoongi memperhatikan setiap nomor rumah hingga akhirnya ia menemukan rumah yang ingin ia tuju. Rumah ini terbilang cukup sederhana dibanding rumah yang lain. Bercat putih dengan pagar pendek dan halaman luas.

Yoongi masuk ke halaman rumah itu, berjalan menuju pintu rumah lalu mengetuknya. Hingga seseorang membukanya. Anak perempuan berusia sekitar empat tahun yang sedang menggendong seekor kucing. Kucing jantan belang tiga, mirip seperti kucing Yoongi dulu.

"Halo, aku Min Yoongi. Siapa namamu?"

"Namaku Yara, paman cari siapa?"

Yoongi terdiam seketika begitu mendengar jawaban dari gadis kecil itu. Namanya Yara, itu nama yang cantik. Nama yang sama dengan adik Yoongi. Dan itu selalu jadi nama paling cantik untuk Yoongi.

"Paman, paman ingin cari siapa?"

Pertanyaan Yara membuat Yoongi tersadar dari lamunannya, "Ah, iya. Apa benar ini rumah Kim Taehyung?"

Yara membulatkan matanya, "Iya, tapi Papa sedang tidak ada di rumah."

"Ah seperti itu. Kalau begitu aku pergi saja, tolong titip pesan ya pada Papa mu. Bilang paman Yoongi mencarinya."

Yoongi berbalik dan baru saja ingin melangkahkan kakinya ketika Yara kembali bicara, "Tunggu paman. Tunggu saja disini. Papa bilang hanya akan pergi sebentar."

"Oh, begitu. Baiklah aku akan menunggu disini."

Yoongi kembali berbalik, ia kemudian berjongkok. Mensejajarkan tingginya dengan Yara. Ia memperhatikan kucing yang digendong Yara. Kucing ini benar-benar mirip dengan Jimin.

"Ini kucingmu? Siapa namanya?"

Yara menggeleng, tangannya terus mengelus kucing di gendongannya. "Bukan, ini kucing pamanku. Nama kucing ini Chim-chim. Lucu kan?"

Yoongi seketika terkejut. Apa yang terjadi hari ini. Apa semesta hendak mempermainkannya lagi. Hari ini Yoongi bertemu dengan gadis kecil yang memiliki nama yang sama dengan adiknya dan gadis itu tengah menggendong kucing yang warnanya bahkan namanya sama dengan kucingnya dulu, Yoongi melihat kalung yang dikenakan kucing itu, itu bahkan kalung yang sama, tertulis Chim kuadrat lalu Jimin dibaliknya. Selanjutnya apa lagi yang akan semesta lakukan pada hidup Yoongi.

Yoongi mencoba tetap tersenyum, "Wah aku kira ia kucingmu. Ia sangat menurut padamu sepertinya."

"Tentu saja ia menurut padaku, aku kan pandai mengurusnya. Papa bilang aku harus mengurusnya dengan penuh kasih sayang, agar ia menyayangi ku juga."

Yoongi tertawa mendengar perkataan Yara, gadis kecil ini berkata dengan penuh rasa percaya diri. Benar-benar menggemaskan. "Aku juga dulu punya kucing seperti ini."

"Dulu? Memang sekarang sudah tidak punya?"

"Tidak, sekarang ia tidak tinggal bersamaku. Sekarang ia tinggal di surga."

Yara menganggukkan kepalanya, "Wah, ia tinggal di tempat yang sama seperti mamaku berarti. Papa tidak mau memelihara kucing, tapi untungnya pamanku menitipkan Chim-chim disini. Chim-chim ini kucing paman Jimin, ia menitipkannya ke sini."

Yoong tersentak seketika, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari gadis kecil dihadapannya, "Paman Jimin?"

"Iya, Paman Jimin menitipkan Chim-chim padaku karena ia harus pergi ke luar kota." Yara berbicara dengan raut wajah serius. Seolah mencoba menjelaskan agar Yoongi mengerti. Tapi Yoongi masih belum paham apa yang terjadi saat ini. Kenapa seperti ini. Kenapa semesta mencoba mempermainkannya lagi.

Yoongi makin tidak mengerti apa yang terjadi ketika Yara tiba-tiba menunjuk ke belakang, ke arah pintu pagar sambil berteriak, "Ah itu Paman Jimin! Yeay! Chim-chim Papamu sudah pulang!"

Yoongi menengok ke belakang, pandangnya mengikuti Yara yang berlari ke arah pagar rumahnya dan Yoongi menemukan seseorang disitu. Laki-laki itu. Laki-laki yang ia kenal. Laki-laki yang dua tahun lalu berubah dari kucing yang ia bawa pulang ke rumah. Laki-laki yang menyuruh Yoongi untuk terus hidup karena ia mencintai Yoongi. Laki-laki yang  menyelamatkannya. Laki-laki dengan senyum yang sama. Tawa yang sama. Yang membuat matanya hilang sempurna.

Yoongi bahkan mencubit lengannya sendiri tanpa sadar, memastikan kalau ia sedang tidak bermimpi. Dan ia memang sedang tidak bermimpi. Terlebih saat Jimin berjalan ke arahnya sambil menuntun Yara. Ia berhenti ketika melihat Yoongi, lalu ia tersenyum, dengan senyum yang sangat Yoongi kenali.

"Halo, Yoongi. Lama tidak bertemu."

🐱e🐱n🐱d🐱

🐱e🐱n🐱d🐱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
April Yang HangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang