Wisnu memberiku sebuah kado yang membuat aku bingung. Pasalnya hari ini bukan hari ulang tahunku, bukan hari jadi kita juga. Aku memandanginya yang kini tersenyum lebar. "Buka dong."
"Aku gak lagi ultah, Nu."
"Emang ngasih kado bolehnya cuma pas ulang tahun?" tanyanya sambil menatapku dengan alis yang terangkat.
"Ya enggak sih."
"Yaudah, buka dong. Isinya lucu tau."
Karena sedari tadi aku memang penasaran isinya apa. Aku langsung merobek kertas kado itu dan mendengus karena di dalamnya masih terbungkus kertas kado lagi, ku robek lagi dan menatapnya kesal karena masih terbalut kotak. "Ini berapa lapis sih, Nu?"
Wisnu tergelak. "Gak tau. Ratusan kayaknya."
Aku meliriknya sinis. Kembali merobek kertas-kertas kado yang tadinya kelihatan besar hingga menjadi kotak kado kecil. Aku melemparinya dengan gumpalan kertas kado yang tadi ku robek. "Kamu ngerjain aku ya?!"
Ia menahan tawanya. "Kamu baru nyadar?"
Ber-istighfar dalam hati. Aku kembali membuka kotak kado dan menatap isinya lalu memandang Wisnu. "Gelang?"
Wisnu mengangguk. Ia menaikkan tangan kanannya, memperlihatkan pergelangannya yang baru ku sadari memakai sebuah gelang hitam dengan ukiran huruf membentuk kata WITA di tengahnya.
"Wita siapa? Pacar baru kamu?" tanyaku penuh selidik membuat ia menepuk jidat.
"Ini couple sayang. Coba keluarin gelang yang di kotak kado kamu itu."
Aku mengambil gelang dalam kotak lalu mendekatkannya ke lengan Wisnu. "Iya, kembar. Berarti ini bukan buat aku?"
Wisnu langsung mengacak rambutku. "Ini tuh buat kamu. Kalo buat cewek lain, ngapain aku kasih ke kamu sih? Masa kamu gak tau wita itu apa?"
Aku menggeleng karena aku memang tak mengerti dengan apa yang dia ucapkan. Wisnu mengambil alih gelang lalu memasangkannya di tanganku. "Wita. Wisnu Meta."
Perlu waktu 5 detik hingga aku menepuk bahunya karena sudah mengerti. "Ohhh singkatan nama kita?"
"Hm."
Aku langsung tergelak melihatnya yang sudah badmood. Ku cubit pipinya karena gemas dengan wajah kesalnya. "Jangan marah. Aku kan gak tau tadi."
"Bodo."
"Lah kok jadi ngatain aku sih?!" Pura-pura marah sepertinya bisa membuat Wisnu tak jadi marah.
Ku lihat ia panik lalu memegang tanganku. "Enggak kok. Tadi yang aku bilang bodo itu aku sendiri bukan kamu. Kamu kan pinter, murid akselerasi gitu."
Aku menatapnya sejenak. Ku lepas genggamannya lalu membuang muka. "Udah ah aku bete. Kamu sensian sekarang. Gak asik."
Dengan lirikan mata, aku bisa melihat Wisnu yang kini berusaha menstabilkan emosinya. Ia memperbaiki ekspresi wajahnya menjadi tersenyum hangat lalu merangkulku. "Maaf."
Lama ku diamkan hingga ia memaksa kepalaku menghadap wajahnya. "Aku minta maaf."
Melihat wajahnya memelas membuatku langsung tertawa. Aku mendorong bahunya agar sedikit menjauh lalu dengan gemas ku cubiti pipinya. "Kamu lucu."
Aku emang lucu, Me 😁
Sisa 2 chapter lagi yeyyyyyyy
Setelah selesai ini berarti aku fokus ke Denial dan cerita baru yang akan ku publish 😆Selamat hari raya idul adha 😇🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
WITA
Short Story[SELESAI] Jika ditanya, apa ada hal-hal menyedihkan dalam hidupku? Jawabannya : Banyak. Pertama, ketika Ibu divonis terkena penyakit stroke Kedua, ketika Ibu harus berhenti dari pekerjaannya yaitu desainer Ketiga, ketika Ayah akhirnya memutuskan un...