WITA •9• Pacar Istimewa

189 19 1
                                    

"Mau aku nyanyiin apa?" tanya Wisnu saat sudah mengambil gitar dari dalam kamarnya.

Saat ini aku sedang main ke rumahnya. Wisnu mengajakku untuk ke kamarnya tapi aku menolak karena meskipun Wisnu pacarku, aku tidak mau terjadi sesuatu jika kita berdua di dalam kamar. Terlebih ada orang tua serta adiknya, aku tidak ingin dianggap perempuan rendahan. Teras rumahnya menjadi pilihanku untuk duduk manis ditemani segelas teh hangat serta cookies buatan Mamanya. Aku menelan cookies lalu menatapnya. "Terserah." Dinginnya hawa malam ini membuatku kembali menuangkan teh dari teko ke gelasku yang sudah kosong.

Wisnu mengangguk lalu mulai memetik gitarnya. Aku cemberut ketika menyadari lagu itu.

"Pelangi pelangi
Alangkah indahmu
Merah kuning hijau
Di langit yang biru
Pel---"

"WISNU!!"

Wisnu menatapku lalu tergelak. Ia memeluk gitarnya. "Makanya kasih tau mau dinyanyiin apa. Apa maksud kamu Terserah, lagunya Glenn Fredly?"

Aku memukulnya. "Bukan itu maksudku. Nyanyiin lagu romantis gitu kek apa kek."

Ia malah menatapku lagi membuatku mengalihkan pandangan. Hening sejenak hingga ku dengar petikan gitar lagi. Kali ini yang ku lihat raut tampannya yang semakin menjadi karena ia serius dengan permainan gitarnya.

Hai kekasih hatiku
Beruntungnya diriku
Menemukan cintamu
Merasakan cintamu
Bahagia memilikimu

Ia menatapku membuatku menggigit bibir karena ingin tersenyum.

Bidadari cantikku
Warna indah hariku
Kau jatuhkan cintaku
Jatuh dalam hatimu
Bahagia memilikimu

Rasanya pipiku memanas. Wisnu masih menatapku membuatku mengangkat gelas teh agar bisa menutupi bibirku yang kini tidak bisa menahan senyum.

Karena kamu satu-satunya
Kamu tiada duanya kamu
Yang paling ku banggakan
Demi cintaku kan menjaga cinta
Ku kan menjadikan dirimu
Kekasih teristimewa

Ia merebut gelasku lalu terbahak. "Cieee blushing haha."

Aku mencubit lengannya. "Wisnu ihhh, aku malu tau."

Dia tersenyum lebar lalu menopang dagu menatapku. "Kamu lucu kalo malu. Aku gemes."

Aku memajukan satu kakiku di bawah meja lalu menginjak kakinya. "Rasain!"

Bukannya mengaduh, ia kembali tertawa. Seolah injakanku itu menggelitiknya. "Kamu kalo salting makin lucu ya, Ta."

Aku berdiri. "Udah ah, aku mau pulang aja."

Ia menarik tanganku. "Ih gitu aja langsung mau pulang. Emang mau pulang pake apa?"

"Naik ojol juga bisa tuh!" Aku menghentakkan kakiku lalu meninggalkannya.

Sampai di depan pagar rumahnya, aku mengecek tas slempangku, mencari ponselku. "Kok gak ada ya?"

Aku kembali memasuki pekarangan rumah Wisnu lalu mendengus, melihatnya memegang ponselku sambil menggoyangkannya. "Katanya mau pulang pake ojol. Yaudah pulang sana, tapi hp kamu di aku nih, gimana pesennya coba?" tanyanya membuatku geram.

Aku mendekatinya lalu merebut hpku. "Aplikasi gojekku kok hilang?"

"Udah ku hapus."

Aku melotot. "Terus aku pulangnya gimana?"

Ia berdiri lalu mengedipkan sebelah matanya. "Aku yang ngantar sayang."








































































Sisa 1 part lagi yuhuuuuuuuuu
Tak sabar mempublish cerita baru hehe

Rabu, 29 Agustus 2018

WITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang