Rasa Yang Beda

67 5 5
                                    

"Mentariii! Liat deh sini" ellena berlari menghampiri mentari yang sedang duduk dibangku kantin sambil membawa salah satu majalah fashion dengan merk branded terkenal.

"Bagus banget ya tas nya? Gue mau dehhh! Tapi pasti mahal" ellena masih sibuk membolak balik majalah tersebut untuk ditunjukan pada mentari.

"Semahal apa sih? Gue yakin bokap gue pasti mau beliin buat gue! Lo ga inget mobil lamborghini yang gue pakai sekarang? Itu aja bisa gue dapetin! Kalaupun gue minta 3 mobil pasti bokap gue mampu beliin" mentari berucap dengan menyombongkan dirinya lewat kekayaan orang tuanya.

"Iya iya gue mah percaya sama lo kalau lo pasti mampu beli!"

"Karena apapun yang gue mau harus gue dapetin"

"Yaudah beli gih! Nanti gue pinjem ya" ujar ellena tersenyum sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Enak aja lo! Kalau mau beli lah"

"Yailah tar! Lo kan tau bokap gue motong uang jajan gue gara gara mobil gue pake tabrakan"

"Itu sih derita lo"

"Ihh lo mah tar"

Saat sedang berdebat, percakapan antara mentari dan ellena tiba tiba saja berhenti karena suara seseorang yang datang dari arah belakang mereka.

"Boleh duduk disini gak? Soalnya meja yang lain penuh?" ujar seseorang yang membuat ellena menoleh dengan tatapan kaget. Lain halnya dengan mentari yang hanya menampilkan ekspresi datar.

"Engg..."

"Boleh kok boleh banget! Ayo duduk sini" ellena memotong ucapan mentari dan mempersilahkan langit untuk duduk disampingnya. Membuat mentari menampilkan tatapan peringatan dengan melototkan matanya pada ellena.

"Len lo apaan sih?" bisik mentari pada ellena yang duduk didepannya.

"Kenapa?" tanya langit saat merasakan rasa tidak nyaman yang ditunjukkan mentari.

"Gapapa kok! Btw lo mau ngapain?" ellena mencoba mengalihkan ucapan langit yang takut jika keberadaanya menganggu kenyamanan dua sahabat itu. Padahal hanya mentari yang merasa tidak nyaman.

"Ngerjain tugas dari om gue! Salah satu divisi diperusahaannya ngirim email ke gue, soalnya om gue lagi ada rapat penting" langit menoleh pada ellena lalu mengeluarkan laptop bermerk dari tas kuliahnya.

"Tugas dari divisi? Kok lo ngerti?" mentari hanya diam membiarkan ellena yang berusaha mencari topik pembicaraan dengan langit.

"Iya! Setahun yang lalu, Bokap gue sering ngajarin gue gimana cara mengelola perusahaan, jadi kalo om gue lagi ada kepentingan lain dia suka suruh gue buat bantu kerjaanya" langit menjelaskan sambil mengetik beberapa tugas email yang dikirimkan oleh divisi om nya.

"Jadi bokap sama om lo sama sama punya perusahaan? Wawww kaya banget dong lo?" kagum ellena yang hanya dijawabi senyuman oleh langit.

"Nama perusahannya apa?"

"Lena udah kenapa sih! Kepo banget lo" mentari mencoba memperingati ellena yang mulai bertanya terlalu jauh.

"PT. Meghantara Corp" ujar langit yang membuat mentari tercengang. Karena yang ia tau itu salah satu nama perusahaan terbesar diindonesia sebelum perusahaan papahnya. PT. MENTARI HOLDING dan karena itu juga mentari tau namanya pun diambil dari nama Depan perusahan papahnya. Karena pada saat mentari dilahirkan perusahaan papahnya pun sedang diambang kejayaan.

Ellena yang tidak terlalu mengerti dengan ekspresi terkejut mentari pun hanya bertepuk tangan untuk memuji kekayaan orang tua langit.

Sebenarnya ada satu pertanyaan yang ingin mentari tanyakan juga pada langit? Ia penasaran, kenapa hari ini wajah langit terlihat memar? Sama seperti wajah dirga hari ini yang juga terdapat beberapa luka. Tapi niatnya ia urungkan saat ellena kembali bersuara.

Fifty's BillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang