Mama Malika menatap putrinya yang baru sadarkan diri dengan cemas.“Sayang, sebenarnya apa aja kerjamu di sekolah? Kenapa latihan basket bisa sampai jatuh pingsan begini? Sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri,” ucapnya.
Perempuan setengah baya itu tampak kesal. Malika memegangi kepalanya yang masih agak pening.
“Dari mana Mama tahu kalau aku jatuh pingsan gara-gara latihan basket?” Ia bertanya lemah.
“Dari temanmu yang bernama Moreno,” jawab ibunya sambil menyeka keringat di kening putrinya.
Malika terperanjat.“Moreno?” Cewek itu bangkit dan segera rasa pening menderanya. Ia meringis, lalu kembali merebahkan tubuh.
Mama Malika mendesah jengkel lalu mengangguk. Ia merapikan selimut putrinya.
“Iya, waktu kamu pingsan, dia yang membawamu dan mengantarkanmu pulang. Dia juga yang cerita tentang semuanya,” jawabnya.
“Hah, jadi dia yang mengantarkanku pulang?!” Malika berteriak nyaris tak percaya. Dan Mamanya kembali mengangguk.
“Iya, sepertinya dia anak yang baik.”
“As-ta-ga.” Malika menepuk jidatnya, pelan. Ia kembali terkulai lemas.
“Kamu baik-baik aja ‘kan, Sayang?” Mamanya menatap cemas.
“Mama yakin kalau orang yang mengantarkanku pulang itu namanya Moreno?”
“Iyalah, kami bahkan sempat mengobrol. Kenapa? Ada masalah?”
Malika terdiam. Perlahan ia menggeleng.
“Ma, kalau Anna dan Susi ke sini, jangan cerita tentang kejadian ini ya.”Mama Malika mengernyitkan dahinya. “Maksudnya?”
“Jangan pernah cerita kalo aku pingsan di sekolah dan Moreno-lah yang mengantarkanku pulang,” ujar Malika lagi.
Sesaat Mama Malika merasa heran, tapi akhirnya ia mengiyakan permintaan putrinya. “Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Sekarang, kembalilah beristirahat.”
Perempuan itu kembali merapikan selimut Malika kemudian beranjak keluar.Malika menggerutu sendirian.
Dasar monyet tengik sialan! Kenapa mesti dia sih yang mengantarkan pulang? Apa nggak ada orang lain lagi? Hatinya merutuk tak karuan.
Tapi, sejenak kemudian ia sempat tersenyum.
Ya, ia T-E-R-S-E-N-Y-U-M! (Ditulis huruf kapital biar jelas!)
Entah kenapa, ada sebagian kecil dari hatinya yang merasa senang dan bahagia ketika mengingat Moreno. Dan mau tak mau, bagian kecil itu memaksa bibirnya untuk tersenyum.
Malika sendiri tak tahu alasannya. Yang jelas, disadari atau tidak, desiran itu telah ada.
Ya, Malika merasa ada debaran hebat di dadanya manakala Moreno, cowok yang senantiasa ia sebut trenggiling senewen itu, singgah di kepalanya!
~ * ~
Malika menatap sekelilingnya dengan hati-hati. Setelah situasi dirasa ‘aman’, cewek bertubuh mungil itu akhirnya nekat menghampiri Moreno yang tengah asyik membaca buku di bangku paling ujung ruang perpustakaan.
Sesaat ia sempat mendesah pelan sebelum akhirnya menyapa cowok cakep tersebut.
“Hei selebritis, aku mau bicara,” ucapnya. Moreno mendongak. Ia menatap Malika sesaat lalu tersenyum. Senyuman yang manis.
Dan tiba-tiba saja Malika takut akan jatuh pingsan lagi!
“Oh, kamu rupanya. Bagaimana keadaanmu? Udah membaik? Udah ke dokter?” Suara Moreno tampak ramah. Malika tak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Cinta
Teen FictionOkeeeiiii, Moreno memang belagu 'en sombong. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa cowok itu adalah cowok paling populer di sekolah. Dia tampan, dia pintar, dia jago olah raga, dia ... mahir di semua hal. Beberapa kali dia berhasil membawa tim basketnya me...