Malika diskors selama 3 hari karena peristiwa perkelahian tersebut. Tapi ia tak sendirian karena ternyata, Yeri juga mendapatkan hukuman yang sama. Seri.
“Astaga, Ka. Sebenarnya kamu punya masalah apa sih sama Yeri? Kenapa kalian bisa berantem kayak anak kecil begini?” Anna dan Susi sibuk memeriksa luka di wajah Malika yang sudah tertutup plester. Sore itu mereka datang ke rumahnya, sehari setelah keputusan skors dijatuhkan.
“Kamu bahkan diskors selama tiga hari, kan?” Susi memastikan. Malika hanya mengangguk.
“Jika saja aku tahu bahwa aku akan diskors selama tiga hari, seharusnya aku nggak hanya menjambak rambutnya sampai botak, tapi juga mencakar mukanya yang mulus dengan kuku-kukuku yang tajam.” Ia mendesis, jengkel.
Kedua sahabatnya berpandangan.
“Kalian terlibat masalah apa?” Mereka bertanya nyaris bersamaan.
“Dia tahu semuanya, girls,” ujar Malika malas-malasan.
“Tahu apa?”
Malika menarik napas panjang sebelum kembali menjawab.
“Dia tahu semuanya. Dia tahu tentang teror kita ke Moreno, tentang Dewi Cinta, tentang semuanya. Entah dia tahu dari mana tapi semua perbuatan kita udah terbongkar.”Kedua sahabatnya memekik.
“Kamu yakin?!”Malika mengangguk. “Kalian pikir aku ribut dengannya untuk apa, huh?” ucapnya kesal.
Susi dan Anna berpandangan dengan gusar.
“Aduh, Ka, kenapa kamu nggak pernah cerita kalau kunyuk sialan itu tahu rahasia kita. Harusnya kamu cerita dari awal supaya kami bisa bantu ngelabrak biar dia babak belur!” Anna bersungut-sungut.“Iya, sepertinya ia menguping pembicaraan kami tempo hari. Ah, harusnya kami hajar saja dia saat itu juga,” ucapan Susi setengah berbisik tapi Malika mampu mendengarnya. Serta merta cewek itu menatap kedua sahabatnya dengan heran.
“Menguping pembicaraan kalian bagaimana?” Ia bertanya langsung.
Anna dan Susi tak segera menjawab.
“Waktu itu nggak sengaja kami sedang membicarakan soal Moreno dan terormu. Eh, nggak tahunya dia menguping. Maaf ya, Ka. Kami benar-benar nggak sengaja.” Ucapan Anna terdengar penuh penyesalan.Malika kembali mendesah mendengar penuturan mereka. “Mampus deh kita,” desisnya.
“Biar kami beri dia pelajaran kalau nanti dia sudah masuk. Kelakuan Yeri emang terkadang menyebalkan. Dan kita nggak boleh tinggal diam,” celetuk Susi. Malika menggeleng pelan.
“Udah deh. Aku mau berhenti. Stop sampai sini aja. Aku nggak mau terlibat urusan lagi dengan Yeri, ataupun dengan Moreno. Please, aku udah cukup patah hati. Dan aku nggak mau terluka lagi.” Kalimatnya terdengar memelas. Kedua sahabatnya menatap dengan iba.“Maafkan kami ya. Kami nggak nyangka kalo akan melibatkanmu sejauh ini,” ucap Anna.
“Kami ikut aja keinginanmu. Kalo kamu ingin menghentikannya, oke, kita hentikan aja,” lanjutnya.Kedua gadis itu bergerak, lalu memeluk Malika secara bersamaan.
“Maaf ya, Ka,” bisik mereka.~ * ~
Malika menimang-nimang ponsel di tangannya dengan ragu. Setelah berpikir panjang, akhirnya ia memutuskan, ini akan menjadi yang terakhir kalinya ia meneror Moreno sebagai Dewi Cinta.
Setelah itu, ia ingin hidup dengan tenang.
~*~
Moreno menatap sederet nomor yang tak ia kenal dilayar ponsel. Ia sempat tersenyum simpul. Dewi Cinta!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Cinta
Teen FictionOkeeeiiii, Moreno memang belagu 'en sombong. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa cowok itu adalah cowok paling populer di sekolah. Dia tampan, dia pintar, dia jago olah raga, dia ... mahir di semua hal. Beberapa kali dia berhasil membawa tim basketnya me...