06.

589 80 12
                                    


Malika hilir mudik di kamarnya dengan frustrasi. Sudah mondar mandir dengan gaya aerobic bahkan jalan maju mundur cantik, tetap saja kegusaran di hatinya tak sirna.

Yang barusan menelponnya tadi Moreno, kan? Itu benar-benar dia, kan?

Malika berusaha menyangkal, tapi itu memang dia. Tak salah lagi, toh ia sudah hafal betul suaranya.

Ia hanya tak habis pikir, bagaimana mungkin Moreno tahu bahwa ialah yang menerornya? Ia sudah melakukan rencananya dengan begitu rapi, mustahil cowok itu mengetahuinya. Kecuali ...

Kecuali jika ada seseorang yang memberitahunya!

Yeri!
Malika menggeram dengan kesal. Pasti Yeri-lah orang yang telah memberi tahu Moreno bahwa dialah si Dewi Cinta. Siapa lagi kalau bukan dia?

Hah, Malika mengepalkan tangannya dengan erat. Ia berjanji, jika memang Yeri yang memberi tahu Moreno tentang dirinya, ia sendiri lah yang akan melemparkan cewek itu ke jamban!

***

Menunggu keesokan harinya demi bisa bertemu langsung dengan Yeri terasa ribuan tahun bagi Malika. Sungguh ia tak sabar. Sehingga yang ia lakukan selanjutnya adalah datang  ke rumah cewek tersebut, hari itu juga, demi  untuk mengetahui kebenaran tentang Moreno.

Ketika ia sampai di sana, ia disambut langsung oleh Yeri.

“Malika?” Yeri tampak bingung menyaksikan Malika yang tiba-tiba datang ke rumahnya.

“Bukan kamu ‘kan yang melakukannya?” Malika segera menodongnya dengan pertanyaan. Yang ditodong tampak kebingungan.

“Melakukan apa?” Cewek itu mengernyit.

“Memberitahu Moreno kalo akulah yang menerornya.”

Yeri menatap Malika dengan malas. “Oh, jadi udah terbongkar ya?” ia menyindir, santai.

“Iya, Moreno udah tahu semuanya. Ia tahu bahwa akulah yang telah menerornya dengan berpura-pura menjadi Dewi Cinta.” Jawaban Malika membuat Yeri tertawa puas.

“Syukurin,” ucapnya.

“Apa kamu yang memberitahunya?” Malika kembali bertanya. “Hanya kamu yang tahu bahwa akulah Dewi Cinta. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang melakukannya?”

Yeri kembali tertawa sinis.
“Aku senang kamu ketahuan. Aku senang Moreno bisa membongkar identitasmu. Tapi, bukan aku yang melakukannya. Bukan aku yang memberitahu Moreno bahwa kamulah Dewi Cinta,” jawabnya.

“Pasti dia dibantu temen-temennya yang lain. Selamat berurusan dengan cowok itu deh. Semoga ia nggak melaporkanmu ke polisi dan kamu nggak berakhir di penjara,”  lanjut Yeri lagi.

Dan kalimat yang meluncur dari bibirnya, sukses membuat nyali Malika ciut.

Oh tidak, bagaimana jika Moreno melaporkannya ke polisi?

Urusannya bisa tambah gawat.

***

Dan Moreno serius dengan ucapannya untuk membuat serangan balasan!

Cowok itu ibarat hantu yang mau dengan sukarela mengganggu hidup Malika, 24 jam non stop! Nah, loh. Sudah seperti UGD, kan?

Dan terbukti ia tak  main-main. Ia melancarkan serangan balasan!
Ia tak berhenti mengganggu hidup Malika dengan semua teror dari telepon maupun pesan singkat, keesokan harinya, besoknya lagi dan besok-besoknya lagi.

Apa yang ia lakukan bahkan nyaris sama dengan apa yang Malika lakukan padanya. Tidak sama persis, bahkan lebih parah!

Jika dulu Malika sering mengirimi Moreno dengan barang-barang favoritnya, kali ini pun cowok itu juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, kali ini bukan barang favorit Malika  yang ia kirim, tapi barang-barang yang -- sumpah mati -- Malika benci!

Dewi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang