Mengganti nomer telepon nyatanya tak menyelesaikan masalah. Moreno masih saja melancarkan aksi balas dendam pada Malika.
Ia menelpon semua sahabat Malika atau siapapun yang saat itu sedang berada bersamanya. Termasuk lewat ponsel Papanya, Mamanya, Pakdenya, Budenya, Embahnya, bahkan juru parkir sekolah pun tak ada yang terlewatkan!
Moreno seperti punya ribuan mata-mata yang bisa mengetahui di mana Malika berada.
Seperti yang terjadi siang itu, ketika Malika mengendap-endap ke kantin untuk makan siang, tiba-tiba Mbak Lastri penjaga kantin yang sudah ia kenal akrab menghampirinya seraya menyodorkan ponsel.
“Mbak Malika, ada yang mau ngomong nih. Tapi kok lewat ponselku ya?” Mbak Lastri tampak heran.
Malika melotot.
“Mbak, bilang aja di sini nggak ada yang namanya Malika,” jawabnya setengah berbisik.“Dia udah tahu kok kalo Mbak Malika di sini. Ayo mbak, diterima aja. Dia bilang, kalo Mbak menolak berbicara dengannya, hidup mbak akan ... ” Mbak Lastri membuat gerakan melintang di depan lehernya sendiri seraya menjulurkan lidah. “---tamat.”
Malika meringis ngeri sebelum akhirnya menerima ponsel tersebut.
“Halo.” Ia menyapa dengan malas-malasan.
"Halo, Sayang. Sedang makan siang ya?"
Malika memutar bola matanya dengan kesal. Sudah jelas, itu dari Moreno.
“Sampai kapan kamu akan melakukan ini?”
Terdengar tawa Moreno dari seberang sana.
"Sampai kamu mau bertemu denganku, bicara empat mata denganku, dan meminta maaf secara langsung padaku atas semua perbuatanmu," jawabnya.Malika tak segera menjawab. Ia juga ingin menghentikan kucing-kucingan ini. Tapi, tiap kali terpikir untuk bertemu Moreno, nyalinya ciut.
“Ogah!” Dan Malika mengakhiri pembicaraan dengan gemas lalu menyerahkan kembali ponsel itu ke penjaga kantin.
“Jadi sebenarnya yang sering menelponmu itu siapa?” Susi dan Anna duduk di samping kanan dan kiri Malika. “Kamu nggak sedang punya gebetan di belakang kami, kan?” Susi kembali bertanya antusias.
Malika tersenyum kaku lalu menggeleng. “E-enggak. Itu... salah sambung,” jawabnya.
Anna dan Susi manggut-manggut. “Tapi punya gebetan baru juga bagus kok, biar kamu bisa segera move on dari Moreno. Karena sesungguhnya itu juga yang sedang kami lakukan.” Anna bersuara penuh semangat.
Malika mengerjap. “Maksudnya?”
Anna dan Susi berpandangan lalu tersenyum. “Besok kami mau melakukan kencan buta dengan dua cowok cakep dari sekolah lain. Seorang kakak kelas memperkenalkan mereka pada kami. Jadi, sepertinya kami akan mulai sibuk pacaran.” Susi terkikik.
Malika mengerucutkan bibirnya, “Kok curang sih?” protesnya.
Susi dan Anna menepuk bahu gadis itu dengan keras. “Tenang, Ka. Nanti kalo kencan buta ini berhasil, kami juga akan memperkenalkanmu pada cowok lain, oke?”
Malika menggeleng cepat. “Nggak mau, ah.”
Dan entah kenapa, ia merasa makin stress.~ * ~
Malika sedang mengikuti pelajaran seperti biasa ketika tiba-tiba saja Moreno datang ke kelasnya.
Cewek itu melongo. Apa-apaan orang ini?! teriaknya dalam hati.
“Pak Guru, maaf. Saya ingin meminta ijin untuk mengajak Malika keluar sebentar. Kami harus ikut rapat OSIS untuk membicarakan tentang kegiatan festival seni yang akan diselenggarakan beberapa minggu lagi.” Kata-kata Moreno terdengar begitu manis hingga membuat pak guru mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Cinta
Teen FictionOkeeeiiii, Moreno memang belagu 'en sombong. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa cowok itu adalah cowok paling populer di sekolah. Dia tampan, dia pintar, dia jago olah raga, dia ... mahir di semua hal. Beberapa kali dia berhasil membawa tim basketnya me...