Dalam sebuah hubungan, kepercayaan adalah fondasi terpenting yang pertama kali harus dibangun.
Tanpa kepercayaan, seindah apapun hubungan itu, mereka akan hancur seriring berjalannya waktu.
Ibaratkan sebuah rumah, hanya ada setengah tiang penyangga sedangkan yang lainnya hanyalah ilusi.
Mau sekuat apapun aku mempertahankan hubungan kami, pada akhirnya hanya ada hati yang tersakiti.
Aku lelah menjadi pihak yang harus selalu mengalah.
Memaklumi dengan senyum pasrah atau diam membisu tanpa tau harus berkata apa.
Karena itu aku memilih pasrah ketika takdir mengakhiri hubunganku dengan kekasihku, Sasuke.
Pria tampan dengan sejuta pesona tak terbantahkan lengkap dengan hati dingin dan pikiran tak terbacanya.
Entah apa yang membuatnya memutuskan untuk memacariku saat itu, akupun tak mengerti.
Kami adalah teman sma. Satu sekolah, satu kelas hanya terpisahkan oleh bangku.
Aku tidak pernah membayangkan akan bersanding di sampingnya sebagai pacar seorang Uchiha Sasuke yang mendapat julukan pangeran sekolah. Catat, bahkan dalam mimpipun aku tak berani membayangkannya. Jelas karena kami berbeda kasta. Apalah aku yang hanya remah roti sisa sarapan pagi.
Tapi mimpi gila itu terjadi padaku.
Dia memintaku menjadi kekasihnya di hari selasa tanggal 13, tepat saat bunga sakura berguguran ketika cahaya matahari condong ke ufuk barat dan kuning keemasan kaki langit berganti gradasi warna menjadi merah jingga yang indah.
Saat itu aku merasakan dua hal, hatiku berganti mode menjadi musim semi dan wajahku yang selaras dengan selendang langit.
Dalam indahnya lautan cinta kami membangun hubungan rahasia. Hanya ada aku, dia, dan Tuhan yang tahu.
Ah, dan juga dia. Sahabatku tercinta, Hinata.
Saat itu aku merasa duniaku begitu sempurna.
Aku merasa... Seperti seorang ratu di kerajaan awan.
Sampai perlahan, angin pun berubah.
Sangat mulus hingga aku sendiri tak yakin kapan tepatnya pertemuan mereka terjadi.
Aku, Sasuke dan Hinata menjadi 3 serangkai tak terpisahkan.
Tapi saat kalian menajamkan mata lebih dekat, kalian akan tahu jika pemeran utama wanita hanya ada satu.
Dan itu bukan aku.
Sungguh, demi dewa-dewi Yunani yang maha angung, tolong hancurkan iblis dalam diriku yang kerap membisikkan rasa curiga dan cemburu tiap kali melihat kedekatan Hinata dan Sasuke.
Sasuke adalah pacarku.
Hinata adalah sahabatku.
Tidak ada yang salah dengan kedekatan mereka.
Tidak.
Benar kan?
Aku ragu. Seiring kedekatan mereka rasa raguku semakin menupuk hingga membuatku sesak.
Meski kerap diselimuti rasa ragu, aku ingin sekali percaya tidak ada apa-apa di antara mereka.
Saat melihat mereka duduk berdua di kelas yang sepi, hanya ditemani sakura yang berguguran dan gelak tawa ringan,
"Tidak ada apa-apa di antara mereka.'
Saat melihat mereka duduk berdua di atap menyantap makan siang berdua yang lagi-lagi diiringi tawa ringan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet And Sour
RomanceSakura tidak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan mantan kekasihnya. Pria yang membawa kebahagiaan tak seberapa namun meninggalkan luka menyakitkan. Salahkan hatinya yang terlalu lemah, hingga tak sanggup mendorong pria itu keluar dari hidup...