Beberapa hari setelah pertemuan itu, kita mengatur waktu dan tempat untuk bertemu kembali. Saat itu bukan kolam taman yang menjadi tempat kita bertemu, tapi disalahsatu jalan yang menurutku cukup menyenangkan meski sekadar berjalan-jalan tak jelas. Bagiku, dimanapun, asal denganmu; akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Aku tak bilang padamu bahwa aku telah sampai terlebih dahulu, terlalu kentara semangatku bertemu denganmu. Jadi biar saja kamu mengira bahwa kamu yang datang terlebih dahulu. Setelah kita bertemu dan sedikit bercerita, kita memutuskan untuk berjalan-jalan.
Sampai pada akhirnya kita terhenti disalahsatu taman kota, dengan secangkir kopi ditangan masing-masing. Kamu masih saja asyik dengan segala ceritamu. Banyak hal yang kamu ceritakan padaku, bahkan sampai tak ada waktuku untuk membagi cerita. Aku sama sekali tak keberatan, tentu dengan senang hati jika aku tak perlu banyak bercerita. Semua orang tahu bahwa aku bukanlah orang yang pandai bercerita. Meski tanpa kamu sadari, bahwa aku memiliki banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang ingin disampaikan. Perihal kenapa kamu menghilang dulu, perihal apa yang sedang kita jalani, perihal bagaimana aku harus menyikapimu, perihal perempuanmu.
Aku memilih diam, hanya menyinggung untuk beberapa saat. Jawabanmu masih sama, menggantung. Kamu selalu bilang akan menunggu sampai waktu yang memberitahumu. Tanpa kamu sadari, bahwa aku juga menunggumu. Senyuman-senyuman kecil yang kuberikan hari ini terasa sedikit lebih berat, entah kenapa ceritamu semakin membebaniku. Semakin banyak aku tahu soal hidupmu, semakin aku merasa bahwa aku bisa memilikimu. Hari ini pun aku harus berusaha menenangkan diriku yang mulai serakah atas dirimu, tapi dengan mudah kamu meruntuhkan pertahananku. "Aku suka, aku suka Nona", ucapmu. Seketika dunia menjadi hitam, kemudian putih, kemudian merah muda.
Kamu terlalu pandai memainkan perasaan, Tuan. Aku menyerah. Aku tak peduli. Biar sekalian saja aku membakar diri. Keserakahanku atas kamu, kubiarkan menjadi liar. Sudah tak peduli banyak hal, hanya satu, aku menginginkanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgahmu tak sungguh.
DragosteJika memang tak punya keinginan tuk menetap, jangan pernah memuji dalam tatap. - aksa - Bandung, 28 April 2018