Setahun setelah menghindarimu, kuhabiskan waktu dengan meramu rindu, menuangkannya pada lembar-lembar kertas yang tak juga menemukan penerbit. Tulisan-tulisanku yang semuanya adalah tentang kamu. Lelaki yang pernah singgah dan ternyata belum mau berpindah dari hatiku. Dia masih bersemayam, menunggu dibangunkan, yang entah kapan. Meski sudah setahun berlalu tanpamu, masih jelas dalam ingatan bagaimana senyum itu mengalihkan sebagian duniaku. Temanku bilang, bukan kamu yang harus berpindah, tapi aku. Seharusnya tak kuhabiskan sisa hidup ini dengan menangisimu. Sudah sekian kali aku menolak memikirkanmu, tapi bayangmu bagai tak mau pergi dari rongga pikiranku. Kala tamparan-tamparan kalimat penyemangat yang dilontarkan teman pun keluargaku kembali menghiasi telinga, bayangmu semakin jelas dalam ingatan. Tentang bagaimana kita berbagi cerita dahulu, bagaimana kamu menggenggam tanganku, bagaimana manisnya kecupan-kecupan itu. Jelas, ku akui, aku tetap rindu.
Kini tahun kedua tanpamu, lembar-lembar tulisanku tak jadi sekedar lembaran semata. Dia mulai berubah wujud menjadi buku. Buku yang diawali dengan kalimat "Sebuah Kumpulan Sajak Seorang Perindu yang Bodoh", buku yang kudedikasikan untukmu. Buku yang menjadi saksi bisu tentang kesakitan-kesakitan menahan rindu yang teramat pilu, yang menjadi satu-satunya teman yang dapat mendengar segala isi hatiku. Yang dengan terampil menceritakan semua perasaanku kepada dunia, perasaan tentang bagaimana seorang wanita bisa menunggu dengan sendu.
Sekarang lukaku sudah tak nyeri lagi, sudah hampir sempurna kesembuhannya. Kurasa semua akan menjadi baik-baik saja mulai saat ini, sudah habis masa kesakitanku terdahulu. Kini kebangkitanku secara perlahan semakin jelas. Pilu yang dulu ada, sudah kugantikan dengan tawa. Senyuman yang dulu terlalu dipaksakan mulai menemukan kebebasannya. Aku tak lagi mengurung diri dalam kesedihan. Semua yang pernah aku lalui terasa ringan dalam pikiran, tak ada lagi dinding hitam yang menghalangi masuknya matahari. Dan kamu tahu? Rona senja saat ini kembali memancarkan keindahannya, seperti senja yang dulu kulihat bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgahmu tak sungguh.
RomanceJika memang tak punya keinginan tuk menetap, jangan pernah memuji dalam tatap. - aksa - Bandung, 28 April 2018