Upayaku dalam menulis mulai membuahkan hasil, sudah banyak buku yang tercipta dalam beberapa tahun ini. Meski bukuku hanya berisi kisah-kisah pilu, tapi nyatanya pembaca menyukai kesakitan yang dirasakan tokoh 'aku'. Bukankah kisah tanpa konflik itu adalah sebuah kisah yang membosankan? Bahkan buku-buku yang berakhir bahagia tak lagi banyak peminatnya. Dan buku berjudul "Tolong Beri Judul" ini menjadi sesuatu yang dicari orang. Tragis mereka bilang, kisahnya terhenti hanya karena sebuah kalimat. Kalimat yang bisa saja dikubur dalam-dalam dan menghilang dalam kelam, menghasilkan akhir bahagia dimana tokoh aku akan terus bersama lelakinya. Tanpa mereka sadari bagaimana dahsyatnya kekuatan dari sebuah kata 'hanya', tapi ya sudahlah, toh dari mereka pula aku bisa hidup dan kembali menuliskan kisah pilu seorang 'aku'.
Di meja yang menghadap jalanan, aku duduk sembari mengotak-atik tulisan dalam laptopku. Harum kopi malabar yang diseduh dengan teknik aeropress itu menemaniku sore ini. Hujan menjadikan jalanan dihadapanku menjadi sedikit sepi, tak banyak orang yang berlalu lalang. Meski ada saja yang nekat menerobos dan menghasilkan dingin serta basah ditubuhnya. Suasana kala itu hangat, mungkin karena ruangan ini dipadati para insan yang sedang memadu kasih.
Melontarkan kalimat-kalimat klasik yang kupastikan tak akan bertahan begitu lama. Kalaupun mereka menikah, kalimat itu akan hilang dimakan waktu. Pada akhirnya mereka akan bosan dengan kata-kata cinta klasik itu, berganti dengan makian karena sedikit kesal dengan sifat satu sama lain.
Ting.. layar ponselku menunjukkan sebuah pesan singkat dari seorang kerabat. Setelah kubuka, isinya adalah sebuah kabar bahwa beberapa kota memintaku untuk memberikan sebuah ocehan kecil, termasuk kotamu...

KAMU SEDANG MEMBACA
Singgahmu tak sungguh.
RomanceJika memang tak punya keinginan tuk menetap, jangan pernah memuji dalam tatap. - aksa - Bandung, 28 April 2018