Angin menerpa wajah dengan kencang, kaki bergetar hebat, seakan tidak kuat menopang raga, menulis ini bersama tenggelamnya sang surya
Menciptakan suasana hangat yang membawaku pada ribuan kenangan yang sekaligus membawaku pergi pada jurang yang dalam.
Memutar memori-memori penuh kepedihan, menggambarkan satu kisah yang begitu terasa sangat menyakitkan. Sebuah titik dimana aku benar-benar pada ujung kematian. Gila memang, jika karena kisah itu aku mati. Tapi sayang, nyatanya aku pernah hampir segila itu.
Suara-suara itu tidak pernah hilang dari telingaku, seperti nyanyian penghantar rindu. Mengiringi setiap malam yang senyap.
Meramaikan kamar dengan tangisan, setiap bangunku tidak pernah ada tawa, senyum pun tampaknya juga enggan singgah di bibirku.
Bukan karena ayah, ibu, kakak yang menyebabkannya. Sebuah ketakutan besar yang datang lebih pagi dari sang fajar, lebih gelap dari malam. Iya, suara demi suara yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun.
Suara yang tidak pernah lenyap dari diriku seperti sudah mendarah daging dan mengalir deras disetiap nadiku.
Kini aku sadar kesalahan itu adalah hasil dari egoisme egoku sendiri. Tapi apapun itu, kenangan tetaplah kenangan yang akan tersimpan rapi dalam memori otak yang semestinya menjadi pembelajaran untuk kedepannya.
Diriku, "dari detik ini aku harus bergegas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Frasa
Poetrytentang aksara rasa. Selamat datang di perpustakaan sederhana ini ya, yang ada disini mungkin pernah juga menjadi ceritamu. Ini adalah sebuah halaman perpustakaan yang dari dalamnya kamu hidup. Kisah siapa saja, aku, kamu, dia, mereka. Sisi lain dar...