06

1.4K 166 17
                                    


#######

Air mata hampir menetes dari iris coklat miliknya,pandangan matanya sudah mulai kabur berkat air yang bertumpuk pada pelupuk mata hingga ia menundukkan kepala membiarkan air mengalir jatuh melalui pipinya.

Ia memang tidak mencintai pria ini. Ia memang baru mengenal pria ini,tapi pantaskah ia medapatkan nasib dimana sang suami sudah tidur dengan beberapa… ah tidak. Mungkin sudah puluhan wanita diluar sana.

Pahit rasanya.

Sooyoung segera berdiri dan menghapus air matanya yang masih mengalir membasahi pipinya yang putih.

Rasanya ia ingin tertawa mengetahui harus mendapatkan anak dari pria yang sudah meniduri wanita yang jumlahnya sudah tidak bisa dihitung oleh jari lagi.

"Aku mau tidur duluan. Selamat malam," ucap Sooyoung parau.

Ia berjalan meninggalkan Seokjin yang masih duduk di sofa. Berjalan menuju kamar mereka dan kasur mereka.

Dan perjalanan itu dihentikan hanya dengan sebuah tangan yang menahannya untuk melanjutkan. Tangan yang besar dan hangat milik Seokjin.

"Lepaskan aku… aku lelah,"

"Jangan bercanda,aku tidak akan membiarkan istriku menangis. Tidak dengan cara seperti ini," Seokjin membalikkan Sooyoung menghadapnya,

"Dan setelah kau mengetahuinya,apa yang harus kulakukan untuk merubah hal yang sudah terlewat?!"

Sooyoung tidak menjawab.

Memang benar apa adanya ucapan Seokjin,apa yang harus pria itu lakukan untuk merubah hal yang sudah terlewatkan? Menyuruh pria ini menggunakan kekayaannya untuk membuat mesin waktu dan memperbaiki kesalahannya sebelum menikah? Akankah semua itu membuat Seokjin tidak tidur dengan wanita lain?

"Lepaskan aku,Seokjin… bahuku sakit," ucap Sooyoung.

Seokjin menyadari ia mencengkram dua kali lebih kuat daripada yang ia lakukan tadi.

Ia melepaskan istrinya yang kesakitan,tetapi gadis itu sama sekali tidak mau menatap matanya.

Baiklah,ini adalah batas kesabaran Seokjin. Mereka hanya terikat dalam sebuah pernikahan tanpa cinta,mungkin mudah Seokjin menyerang istrinya yang sedang rapuh saat ini dan mewujudkan apa yang diinginkan ayahnya.

Tetapi itu melukai harga dirinya sebagai pria. Ia memang sudah melakukannya pada puluhan wanita di luar sana,tetapi tidak sekalipun ia pernah memaksa para wanita itu.

Ya,mereka sendiri yang mendatanginya dan ia hanya menyalurkan hasratnya. Berbeda dengan istrinya. Sangat berbeda.

"Terserah,aku tidur di kamar tamu malam ini. kau tidurlah di kamar,besok kau ada pemotretan bukan?" ucap Seokjin kemudian meninggalkan Sooyoung.

Sooyoung memandang punggung suaminya yang menjauh.

Ia pernah mencintai seorang pria dan berpisah itu menyakitkan. Ia sangat tahu sekali bagaimana sakitnya dalam menjalani suatu hubungan yang tak tentu arah.

# # # # #

Bangun pagi memang rutinitas yang biasa Sooyoung lakukan dan biasanya ia bersemangat untuk ke tempat pemotretan untuk bertemu dengan Seulgi atau Joohyun.

Harus diakui,ia adalah salah satu model terbaik di agensinya itu.

Tetapi berbeda hari ini,hari dimana ia terbangun diatas kasur berukuran King Size dengan ruangan besar yang sangat asing baginya.

A MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang