Salah satu kenikmatan di dunia ini yang kadang terabaikan adalah hujan. Air yang sering turun berwujud tetesan dalam jumlah yang tak terhitung itu malah kadang membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Selain karena aktifitas yang terganggu, udara yang dingin dan suara yang berisik menjadi faktor utamanya. Bahkan hujan yang datang berlebihan akan menyebabkan banjir dan tak jarang orang yang kehujanan dilanda sakit.
Hujan adalah rejeki. Karena tanpa hujan apa arti dunia ini. Tidak akan pernah ada air, dan tumbuh-tumbuhan akan mati. Tuhan itu sangat pandai, dia sudah bisa mengatur jumlah berapa banyak hujan yang harus turun lewat Malaikat Mikail utusannya. Jadi, menirulah sikap Miko yang tak pernah mengeluh ketika hujan turun. Walau dia merasa udara dingin saat hujan, dia akan tetap menikmatinya. Hujan itu anugerah, hujan itu rizki, hujan itu sebuah kenikmatan.
Seperti hari ini. Miko yang sedang menanti hujan reda dengan Mika malah dengan asiknya bermain air hujan yang menetes lembut dari langit. Tubuhnya memang berteduh, tapi tangannya ia tengadahkan di bawah hujan. Dia mengumpulkan air di telapak tangannya lalu menggenggamnya. Lalu dilepasnya, lalu digenggamnya lagi. Lantas dia buka lagi tangannya, begitu seterusnya berulang-ulang terlihat asik sekali.
Mika melirik tak suka adiknya yang memiliki sifat seperti anak kecil itu. Tidak sadarkah Miko jika kakinya sedang terdapat luka. Mika hanya khawatir luka di kaki Miko tak kunjung mengering.
" Neduh!!" kata Mika menasehati, tapi Miko tidak mengindahkannya, padahal jelas-jelas dia mendengar.
Miko hanya menoleh sekilas dan kembali ke keasikannya bermain hujan.
" Neduh!" ucapnya lagi sambil menarik tas Miko, tapi Miko mempertahankan posisinya.
" Gue bilang, neduh!! Kuping apa ember sih??" kata Mika sewot.
Dia menarik tas Miko lagi, tapi Miko tetap mempertahankan posisinya.
" Kalau ember udah pasti gue pasang di situ," kata Miko tak kalah sewot sambil menunjuk pancuran air hujan di pojok parkiran.
" Ya udah, sana! Pasang di situ! Gue rasa kuping lo emang ember."
Mika mengiyakan sahutan Miko. Dia selalu khawatir dengan Miko, tapi Miko selalu bersikap menyebalkan.
" Dasar anak kecil!!" kata Mika kesal.
" Lo fikir, lo juga udah gede. Sadar!!! Kita lair bareng. Kalau gue anak kecil, lo juga anak kecil," kata Miko tak mau kalah.
Miko akhirnya menghentikan kegiatannya. Disamakan dengan anak kecil itu sangat menyebalkan. Sebutan anak kecil itu lebih pantas untuk Faiz yang masih bau kencur dan menjengkelkan. Padahal sama menjengkelkannya seperti Miko, berarti Miko memang seperti anak kecil, cuma tidak menyadari saja.
Bocah seusia Faiz itu menurut Miko masih belum punya malu. Pernah suatu waktu Faiz menumpang mandi di rumahnya dan dengan tanpa malunya dia bugil tanpa sehelai kain berlari dari kamar mandi ke arah kamar Miki karena lupa tidak membawa handuk. Selain itu beberapa busa sabun masih menempel di tubuhnya karena tidak bersih ketika menyiramkan air. Bahkan Miko curiga Faiz tidak menggosok giginya dengan rajin. Separah itukah dirinya di mata Mika?? Miko melirik Mika sebal. Dia tidak separah Faiz, mengapa dia disamakan dengan anak kecil yang sebutan itu lebih pantas untuk Faiz.
Faiz juga tidak punya sopan santun karena pernah dengan percaya dirinya mencomot makanan yang sedang di bawa Miko ketika menonton tivi. Miko sempat protes pada Samudra agar tidak menerima bocah itu bermain bersama Miki, tapi Samudra selalu memberi pengertian padanya kalau Faiz masih anak kecil, jadi wajar melakukan hal seperti itu. Dan sekarang dengan entengnya Mika mengatainya sebagai anak kecil.
Miko malas berdekatan dengan Mika. Dia memilih menjauh dan membiarkan sebagian tubuhnya terkena air hujan. Mika dengan perasaan jengkelnya mendekati Miko dan menariknya kasar. Dia menggenggam tangan Miko erat dan membawanya ke tempat aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL'S TRIPLET [END]
General FictionKehidupan itu seperti roda yang berputar. Tidak bisa selalu bertahan di tempat yang sama. Mungkin, Sam belum menyadarinya. Waktu akan terus bergulir seperti bumi yang terus berotasi pada porosnya, mendatangkan fajar dan senja di hari berikutnya. Sa...