ᴀᴋᴜ ᴅᴀɴ ʏᴜᴅɪᴛᴀ^0.2

90 15 1
                                    

vote dulu guys sebelum baca.✔
********

🔐

"Hoi, anak baru! Kamu nggak lapar? Nggak mau ke kantin bareng?" tawar Alya setelah mencolek bahu Andya. Dengan tampang cuek ia mampir di meja Andya tepat saat bel istirahat berdering.

"Aku masih kenyang. Kamu duluan aja," tolak Andya. Alya hanya mengangkat bahu dan berjalan menuju pintu kelas.
"Al! Tungguin! Aku juga mau ke kantin!" Tely yang tadinya sibuk mencatat tugas di bangku belakang tergopoh-gopoh menyusul Alya.

"Ya udah, kamu ke kantin sana! Kenapa harus barengan?" tanya Alya. Tely tak peduli dengan ucapan itu dan segera mengekor di belakang Alya. Andya baru sadar, Alya sepertinya tidak terlalu senang bergaul dengan siapa pun. Dan...dia baru saja mengajaknya ke kantin. Bukankah keterlaluan menolak tawaran anak itu?

Setelah berpikir agak lama, Andya memutuskan menyusul Tely dan Alya ke kantin yang letaknya tepat di samping ruangan anak kelas XII.

Beberapa hari lalu, ia sempat melintas di tempat itu. Entah karena ia hanya anak kelas X yang lugu atau mungkin karena dia anak baru, rasanya belasan mata mengawasinya sejak ia muncul hinggap lenyap di kerumunan siswa penghuni kantin.

Seperti kali ini, beberapa orang siswa kelas XII yang mengobrol di depan kelas, mendadak memperhatikannya saat ia melintas. Apa ada yang salah? Andya memperhatikan seragamnya dengan saksama, tapi semuanya baik-baik saja. Akhirnya, ia memutuskan mempercepat langkah sesaat sebelum suara itu menyapanya.

"Kamu anak baru ya?" tanya salah seorang dari wanita yang tanpa ia sadari telah berada tepat di sampingnya. Kedua orang temannya yang tadi mengobrol dengannya, mengikuti di belakang.

"Iya, Kak. Saya baru seminggu di sini," jawab Andya. Ia lumayan kikuk juga diperhatikan seperti itu.
"Rasanya dia mirip dengan seseorang. Benar kan?" Wanita itu menoleh ke arah kedua temannya untuk mencari dukungan atas pendapatnya.
"Iya. Benar apa kata Listia, sekilas ia mirip dengan Dyta," tambah wanita yang satunya lagi.

"Sayangnya, saya tidak kenal dia," potong Andya. Ia benar-benar tidak menduga hal seperti ini akan terjadi. Mirip dengan seseorang?
"Oh, sorry kalau gitu. Mungkin memang cuma mirip," katanya kemudian. Ia tersenyum sekilas kemudian berlalu begitu saja tanpa memberikan kesempatan pada Andya untuk menyela.

"Andya! Kamu nyusul kita ke kantin?" Suara Tely tiba-tiba mengejutkan mereka.
"Aku pikir kamu tidak akan lapar secepat ini," tambah Alya yang baru muncul di samping Tely.

🔐

Sepulang sekolah, anggota PSC yang baru harus berkumpul kembali. Entah untuk membicarakan apa, yang pasti pertemuan ini cukup penting sebab Taeyong sendiri yang mengumumkan langsung di ruang kontrol informasi.

Gara-gara kebanyakan makan, Tely sakit perut saat jam terakhir. Ia bersikeras ingin Alya yang mengantarnya pulang, mau tak mau Andya harus ikut turun tangan membujuk Alya dan akhirnya berhasil. Jadi, kali ini ia harus datang sendiri ke sekretariat. Saat ia baru saja menginjakkan kakinya di koridor menuju sekretariat PSC, sebuah suara membuat langkahnya tertahan.

"Apa enaknya ikut club belajar membosankan itu?" Suara itu berasal dari seorang lelaki berseragam SMA yang baru kali ini dilihatnya. Selama ini ia sepertinya tidak pernah bertemu dengannya.
"Atau cuma buat seru-seruan aja?" tambahnya sebelum Andya sempat menjawabnya.

"Ikut club belajar ya buat belajar. Buat apa lagi?" jawab Andya tanpa sempat menghilangkan nada kebingungan dalam jawabannya.
"Dyt, kamu ternyata nggak pernah berubah."
Dyt? Dyta? Lagi-lagi nama itu, Andya bermaksud meneruskan langkahnya. Ia kehilangan mood untuk berdebat dengan seseorang saat ini. Ia tahu, seharusnya ia cukup menjelaskan tentang posisinya sebagai orang yang tak tahu apa-apa. Tapi mengingat bahwa orang itu muncul begitu saja dan menegurnya sembarangan, rasanya tak perlu menjelaskan apa pun padanya.

terlupakan : ltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang