1

5 0 0
                                    


Nadira membereskan peralatan tulis yang masih terletak di meja perkuliahannya. Bu Nina, dosen semiotikanya mengakhiri perkuliahan tepat lima menit yang lalu. Dan satu setengah jam mendengarkan penjelasan Bu Nina mengenai semiotika membuatnya sudah cukup mual. Belum lagi Bu Nina masih memberikannya tugas yang menurut Dira terlalu banyak apabila batas pengumpulannya hanya tiga hari. Mencari 60 tanda atau simbol kemudian mengartikannya menurut pemikirannya sendiri bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan.

"Dira, lo habis ini mau ke mana?" tanya Nadia pada Dira ketika Nadia telah selesai membereskan peralatan tulisnya.

"Mungkin aku mau ke kantor Pers Fakultas, mau ngasih artikel yang sudah aku buat," kata Dira sambil menutup resleting ransel berwarna tosca yang selalu menemaninya saat Ia kuliah.

"Habis itu mau ke mana lagi?" tanya Nadia lagi. Kali ini Nadia dan Dira sudah berjalan ke luar ruangan.

"Mungkin makan atau kalau sudah gak ada urusan lagi aku akan pulang," jawab Dira.

"Mau nemenin gue ke mall gak, Dir? Gue harus cari kado buat Leo nih," kata Nadia sambil terus berjalan beriringan dengan Dira.

"Aku kan gak suka ke mall, Nadia. Lebih baik kamu ajak adik kamu saja,"

"Ayolah, Dir. Pleaseeeee... Juli hari ini gak bisa nemenin gue. Dia lagi ada jam tambahan di sekolahnya," kata Nadia memohon pada Dira. "Masak lo tega sih sama sahabat lo?" kata Nadia setengah merengek pada Dira.

Setelah mendengar rengekan Nadia, akhirnya Dira luluh. "Aku mau nyerahin artikel dulu, kamu tunggu dulu di sini," kata Dira pada Nadia.

Nadia sudah tahu bahwa Dira tak akan tega membiarkannya pergi ke mall sendirian. Sebenci apapun Dira akan mall, Dira tak akan bisa menolak untuk memenuhi ajakan temannya untuk ke mall. Walaupun pada saat di mall nanti Dira akan banyak menggrutu saat menemani Nadia melihat-melihat barang di sebuah boutique.

Nadira adalah species teraneh yang pernah dikenal oleh Nadia. Walaupun sudah hampir lima tahun tinggal di Jakarta, Dira sama sekali belum bisa berbicara menggunakan bahasa anak Jakarta. Dira tak pernah sekalipun menggunakan gue lo dan selalu menggunakan aku kamu saat berbicara. Nadira juga satu-satunya cewek yang dikenal oleh Nadia yang membenci mall dan segala isinya kecuali apabila mall berhubungan dengan makanan. Dira juga tipe cewek yang lebih memilih untuk mengenakan celana jeans ketimbang dress atau rok. Namun, personality Dira membuat Nadia merasa nyaman bersahabat dengannya. Dira selalu mendengarkan curhatan Nadia mengenai Leo, pacarnya, tak pernah memotong curhatannya, selalu memberikan saran yang tepat buatnya dan terkadang Dira bisa jadi penghibur bagi Nadia ketika Ia memiliki masalah atau lelah dengan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak.

Nadira merupakan mahasiswa fakultas ilmu sosial dan komunikasi yang begitu mencintai dunia menulis. Apapun itu. Entah itu fiksi, opini, jurnalistik, dan sebagainya. Itulah mengapa Dira memilih untuk menuntut ilmu di jurusan komunikasi. Dan inilah mengapa Dira juga mau dengan senang hati untuk aktif di pers fakultas.



Daniel meneguk capuccino frapenya. Berjalan mengikuti Dita, adik semata wayangnya yang memintanya untuk menemaninya mencari novel baru. Daniel, sebenarnya bukanlah orang yang mencintai mall atau segala isinya. Daniel hanya mau pergi ke mall apabila diminta untuk menemani mamanya atau adiknya. Hal itupun terjadi lantaran di keluarganya hanya dia dan papanya yang bisa menyetir mobil. Dan keluarganya tak memiliki sopir. Sebenarnya mama dan adiknya itu bisa saja ke mall dengan naik taksi. Namun, Daniel tak tega apabila membiarkan mereka untuk menggunakan jasa taksi apabila ingin pergi ke mall. Terlalu banyak kasus kejahatan yang terjadi di dalam taksi. Dan Daniel sungguh tak ingin dua orang berharganya mengalami kejadian tersebut.

MenemukanWhere stories live. Discover now