Oh anyway aku mau berterimakasih buat apeachme (maaf kalo aku salah) yang ngirimin aku prompt awal buat book ini soal gimana Seongwoo nyari Minhyun ke medsos.
Terimakasih banyak ^^
***
Minhyun menatap Seongwoo yang keliatan gelisah. Bukan, bukan karena kehamilannya sih. Dari buku dan artikel yang Minhyun baca, harusnya trimester kedua itu masa kehamilan paling nyaman. Ditambah lagi Minhyun pada dasarnya memperlakukan Seongwoo dengan baik. Jadi ga ada alasan Seongwoo ga nyaman.
Terus.. kenapa?
Minhyun menghabiskan harinya dengan repetisi yang sama. Khawatir sama Seongwoo, sibuk sama kerjaan, khawatir sama Baby Woo, ngurus rumah. Begitu seterusnya.
Minhyun berusaha ngelakuin semua hal sebaik yang dia bisa. Sebaik yang dia mampu. Biar gimana juga dia tau Seongwoo kesusahan. Buat gerak aja ga bisa segesit dulu.
Jadi kalo bisa, Minhyun bakalan berusaha bantu Seongwoo. Gimanapun caranya.
"Hyun."
Minhyun menoleh, mengalihkan atensinya ke Seongwoo yang tidur di ranjang mereka. Belakangan ini Seongwoo keliatan banyak pikiran, entah kenapa. Apa dia khawatir sama Baby Woo?
"Kenapa?"
"Nanti ngelahirinnya gimana?" Tanya Seongwoo.
"Random banget." Minhyun tertawa. "Caesar aja. Aku udah siapin biayanya juga."
Seongwoo mengangguk, kemudian kembali tenggelam dalam pikirannya.
"Kamu punya cita-cita Hyun?" Tanya Seongwoo lagi.
"Aku? Cita-citaku sederhana. Bahagia. Udah. Itu aja." Jawab Minhyun. "Bahagia dan membahagiakan orang di sekelilingku."
"Termasuk aku?" Tanya Seongwoo.
"No, but you're not my dream, tho." Jawab Minhyun. "Aku ga bermimpi bakalan begini."
Seongwoo terkekeh. "Tapi kamu seneng kan? Soal Baby Woo."
"Seneng. Tentu. Biar gimana juga itu anak kita."
"Baguslah. Aku bisa tenang." Jawab Seongwoo.
Minhyun mengangkat alisnya, semakin bingung kenapa akhir-akhir ini pasangannya itu agak melankolis. Apa karena pengaruh hormon? Atau emang normal buat orang yang hamil?
Akhirnya Minhyun memutuskan bangkit dari posisinya, melangkah mendekati Seongwoo sebelum naik ke kasur. Memeluk pasangannya.
"Kenapa? Ada yang kamu pikirin?" Tanya Minhyun.
"Hyun, aku.. boleh aku pergi?" Tanya Seongwoo.
"Ke Jakarta? Boleh. Kamu juga pasti kangen sama orang tua kamu." Jawab Minhyun.
"Bukan ke Jakarta.. tapi.. Swiss." Ucap Seongwoo.
Minhyun menatap Seongwoo, sedikit mengerjapkan matanya. "Swiss? Mau ngapain?"
"Ngejar cita-citaku. Aku iseng submit videoku. Dan mereka mau ngasih aku full scholarship disana." Jawab Seongwoo.
"Wow." Minhyun cuma bisa mengeluarkan kata-kata itu. "Kapan?"
"Segera setelah Baby Woo lahir."
Minhyun mengatupkan mulutnya, menatap Seongwoo ga percaya. Berati dia mau ninggalin Baby Woo? Dan Minhyun? Lagi?
Minhyun terkekeh. Dia udah duga ini. Dia udah duga kalo seorang Seongwoo ga akan mungkin berubah dalam sekejap. Dia pasti bakalan cari cara buat lari dari tanggung jawabnya. Lari dari Minhyun dan Haby Woo.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Crossroad [OngHwang]
FanfictionHari biasa bagi pegawai kantoran biasa di daerah Senayan, Jakarta Selatan. Tapi semua jadi ga biasa begitu Seongwoo berjalan di zebra cross. Seongwoo ketemu orang yang menarik perhatiannya, orang yang visualnya bener-bener selera Seongwoo. Seongwoo...