Chapter 17

17 3 0
                                    

"Nak, bangun sayang, demi Mama".

............

    Keadaan semakin memburuk. Mama dan papa Thania sangat panik, Nabyl terus mondar-mandir di koridor rumah sakit, tak peduli dengan suasana rumah sakit yang sepi, begitu pun halnya dengan Kevhin.

Di sisi lain...

Suara ponsel Brayn berdering, membuat Brayn terbangun dari mimpi indahnya.

"Siapa sih nelfon gue tengah malam gini, jam02.00 pagi lagi". Gumam Brayn.

"Kevhin?".

"Ya...ada apa Vhin? Tengah malam gini lo nelfon gue, ada apa sih?".

"Thania dirumah sakit, lo harus kesini".

"Hah.. Lo serius Vhin?". Brayn duduk bersila di atas ranjangnya.

"Iya, iya, gue ke sana".Sambungnya.

Brayn menyambar jaket yang tergeletak di kursi ruang tamu, kemudian bergegas ke bagasi mobil.

Mobil Brayn melaju dengan cepat di jalan tol. Tak peduli dengan jalan yang sepi atau ramai yang dia peduli sekarang hanya Thania.

Setengah jam berlalu, Brayn telah tiba di rumah sakit dan memarkirkan mobilnya. Brayn menelusuri koridor rumah sakit yang sangat sepi.

Brayn melihat Kevhin berdiri di ujung koridor rumah sakit. Brayn pun berlari kecil menghampiri Kevhin

"Vhin, gimana keadaan Thania?".Tanya Brayn sambil mengguncang - guncang kan badan Kevhin. Kevhin hanya diam tak bersuara bagaikan orang bisu yang tak berdaya.

Brayn menghampiri Nabylyang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Brayn bertanya kepada Nabyl, sama halnya dengan Kevhin, Nabyl tidak menjawab.

Brayn berjalan menghampiri Mama dan Papa Thania yang sedang berdiri di depan pintu UGD (Unit Gawat Darurat).
"Om, Tan, gimana keadaan Thania! Thania baik-baik saja kan?".Brayn menatap masuk pintu ruang UGD itu.

"Thania belum sadarkan diri nak Brayn". Jawab Papa dengan nada bergetar.

"Tidak mungkin om! INI TIDAK MUNGKIN!!". Kata Brayn menekan kalimatnya sambil menggelengkan kepalanya. Brayn tidak percaya bahwa Thania belum sadarkan diri.

Papa pun menjelaskan semua yang terjadi pada anak perempuannya itu.

Pintu UGD perlahan terbuka dan seseorang keluar dari balik pintu mengenakan pakaian dokter, yang tak lain dokter rumah sakit itu sendiri.

"Bu, Pak, mohon maaf sebelumnya". Kata dokter dengan raut wajah yang polos.

"Ada apa dengan putri kami dok?"Kata Mama.

"Anak ibu menderita penyakit kanker darah Bu!".

Deg!!!

Kenyataan pahit yang mau tidak mau semua orang yang sayang sama Thania harus menerima semua ini.

Brayn terpukul akan informasi ini, dia tidak percaya bahkan hal ini pun tidak pernah terjadi dalam mimpi buruk Brayn sekali pun.

"Ibu boleh masuk, putri ibu sudah sadar!" Perintah dokter.

Mendengar ucapan dokter, mereka semua memasuki ruang UGD. Thania sedang memejamkan mata mungil nya. Mama Papa dan Nabyl berdiri tepat disebelah kanan Thania. Sedangkan Kevhin dan Brayn berdiri disebelah kiri Thania.

"Nak, bangun sayang, demi Mama!".

Thania perlahan membuka matanya. Thania tampak pucat, mungkin karena kelelahan.

"Ma, Pa, Thania baik-baik saja kan?".

"Iya sayang, kamu baik -baik saja kok. Putri mama cuman kecapean aja".

Seseorang membuka pintu dari luar, siapa lagi kalau bukan dokter.

"Maaf mengganggu! Bisa saya bicara sebentar dengan orang tua pasien?". Kata dokter.

"Bisa dok!" Kata Mama.

Mama dan Papa pun meninggalkan ruang UGD dan berjalan menyusul Pak Dokter yang berjalan di koridor rumah sakit. Tak lama kemudian, mereka telah tiba diruangan pribadi dokter yang menangani Thania.

******

Happy Reading....
Vote and komen yah ceritanya...

Salam...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Langit Bumi Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang