"Mungkin kepergianmu hanya bisa aku ceritakan pada diriku dengan air mataku ini"
Gelak tawa pun keluar dari mulut Brayn setelah mendengarkan lelucon dari Thania. Thania lebih milih diajak kepantai oleh Brayn di banding jalan-jalan ke Mall ataupun Restaurant.
"Lo nggk percaya sama gue, gue serius, gue pernah dengar cerita tentang itu" Ucap Thania yang mulai meyakinkan Brayn.
Brayn tetap tertawa dan tertawa terus tertawa." Yah elah itu mah mitos Nia, lo ada-ada aja sih jadi orang".
"Up to you" Ucap Thania singkat.
Sepasang kaki berjalan kearah mereka tanpa mereka sadari. Orang itu tetap melangkah hingga akhirnya memggapai sebuah tangan siapa lagi kalau bukan tangan Brayn truss siapa lagi yang melangkah menghampiri mereka klaw bukan Nabyl.
Seperti diterkam ombak nih hati. Menyayat pilu. Mengiris perlahan-lahan hingga akhirnya mati deh hati ini. Menurut Thania.
Thania hanya menatap heran akan tingkah Nabyl yang lansung membawa tangan Brayn dan menepi darinya.
"Gue bisa jelasin semuanya!"
Brayn hanya membalasnya dengan melepaskan tangan Nabyl dan memghempaskannya seketika.
"Udah, gue ngak butuh penjelasan kok, gue udah tau semua itu dari dulu Byl, dengar baik- baik yah! GUE NGAK BUTUH PENJELASAN DARI LO! LO NGERTI??"Nabyl hanya bisa menatap manik mata Brayn sedangkan Brayn membalas tatapan itu dengan tajam.
Sedangkan Thania yang melihat pertengkaran mereka hanya bisa bingung dan bingung."Emangnya mereka punya hubungan apa yah, gue pengen tahu" Batin Thania.
"Lo harus tahu itu, lo harus pergi dari hidupku ini, gue udah ngak butuh!!!!" Ucap Brayn tegas hingga membuat Nabyl serasa ingin meneteskan kepedihannya didepan Brayn. Tapi Nabyl masih berfikir, meskipun dia menangis didepan Brayn. Dia tidak akan mendapat belas kasihan dari Brayn.
"Okey gue ikhlas kok" Ucapnya lirih.
Dengan perasaan sakit hati, Nabyl pun meninggalkan Brayn dalam keadaan barcampur aduk tak karuan.Thania berfikir dua kali antara memghampiri Brayn atau meninggalkannya. Kalau dia menghampiri Brayn, dia membuat Brayn makin frustasi lain lagi halnya jika dia meninggalkan Brayn, sama dong bahwa dia munafik. Fikir Thania.
"Duh gimana yah?" Batin Thania
Dengan percaya diri, dia memberanikan diri mengampiri Brayn yang sedang tertunduk disebuah tempat istirahatan yang tak jauh dari dia.
Thania mencoba duduk disamping Brayn. Berharap Brayn bisa meresponnya.
"Lo ngapapa?" Tanya Thania yang berusaha tak menyinggung perasaan Brayn.
"Ngak kok, gue baik- baik aja!" Respon Brayn tanpa menoleh sedikit pun kepada Thania yang sejak tadi memperhatikannya.
Suasa pun semakin mendukung. Telah terlihat sunset yang menghiasi dan berperan sebagai latar terhadap 2 insan yang terdiam.
"Gue boleh tau ngak masa lalu lo berdua?" Tidak ada respon dari Brayn. Thania diam sejenak. "Ohh sorry, gue ngak bermaksud kok" Ucap Thania meyakinkan.
"Emangnya ada apa dengan lo berdua"Sambung Thania
Brayn hanya diam. Lagi, lagi dan lagi Thania mesti tak dapat respon dari Brayn.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Brayn masih tetap sama. Diam, diam dan diam. Membuat Thania merasa bersalah. Hingga akhirnya, Thania memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan bergegas meninggalkan Brayn yang sedari tadi tak merespon setiap perkataan Thania.
Dengan cepat Brayn menahan pergelangan Thania, memgisyaratkan agar tetap berada disampingnya. Tanpa berfikir panjang akhirnya Thania memutuskan untuk tetap berada disamping Brayn.
"Gue mau curhat" Ucap Brayn singkat dengan tatapan kosong memandang sunset yang perlahan menghilang.
"Ya udah curhat aja, gue siap kok jadi pendengar setia lo"
"Lo serius?"
Thania hanya membalas dengan anggukannya dan senyum yang terbit dari mulutnya.
Karena merasa sangat bahagia, akhirnya Brayn tanpa izin apa pun. Dia menghembus kepelukan Thania.
Membuat Thania terkejut. Bukan terkejut sih tapi salah tingkah.Deggg!!!
Thania masih tak percaya, dia masih dalam dekapan Brayn yang menurutnya tak akan lepas jika dia tak melepaskan pelukan itu.
Karena tak sabar ingin mengetahui curhatan Brayn, dengan terpaksa Thania melepaslan pelukannya itu dari Brayn. Membuat keduanya salah tingkah."Udah cerita aja".
Flashback on
"Aaaaaa!!!"
"Brayn!!Awaaass!!!"
Seketika tubuh Brayn tersungkur ditengah jalan. Membuat jalanan makin padat. Entah takdir apa yang diberikan Sang Kuasa pada malam itu hingga Brayn tak sadarkan diri selama 1 minggu, lebih tepatnya Koma.Hingga pada saat Brayn sadarkan diri, Nabyl pun bergegas menuju rumah sakit. Ia berusaha berjalan secepat mungkin menelusuri koridor rumah sakit yang makin sepi.
Sampailah ia disebuah ruangan, dimana ruangan tersebut merupakan ruagan Brayn. Dengan nafas tak karuan, Nabyl pun menghampiri tubuh yang terbaring lemah di sebuah ranjang.
"Aku ngak terima kamu seperti ini, aku..aku.."
"Meskipun kamu tidak terima dengan keadaanku yang seperti ini, kamu harus terima karena inilah takdir"
"Tidak Brayn, gue ngak mau punya kekasih yang lumpuh kaya kamu"Saat itu Brayn hanya bisa diam tak berkata sedikit pun. Sakit, itulah yang dia rasakan. Dihina oleh kekasihnya sendiri. Orang yang selama ini menjadi penyemangatnya telah menghinanya terang-terangan.
Tanpa menunggu responan dari Brayn, Nabyl pun meninggalkan Brayn dalam keadaan terpuruk. Pergi, itulah yang dilakukan oleh Nabyl saat itu.
"Mungkin kepergianmu hanya bisa aku ceritakan pada diriku sendiiri dengan air mataku"
Yah itulah kata-kata terakhir Brayn untuk Nabyl. Menangis, iya menangis, itulah yang dilakukan oleh sosok Brayn yang telah ditinggalkan oleh orang yang selama ini ia cintai.
9 bulan kemudian
Tepatnya tanggal 5 Desember 2017, saat itulah kaki Brayn sembuh kembali seperti sedia kala. Betapa bahagianya seorang Brayn dengan kondisinya yang kian membaik.
Akhirnya Brayn pun kembali melakukan aktivitasnya kembali. Dia sudah tidak terbebani dengan kepergian Nabyl. Dia sudah menemukan sosok terbaru dalam hidup.Menurutnya.
Sosok itulah yang akan menggatikan Nabyl dalam hidupnya. Tapi Brayn tak ingin mengungkapkan perasaannya sekarang. Mungkin nanti. Menurutnya.
Flashback off
###################
Kalau ngak salah, chapter ini nih yang paling panjang diantara chapter-chapter yang telah aku post.
Gimana?? Udah tau kan masa lalu dari Nabyl dan Brayn.
Nah, skarang kita akan cari tau siapa sosok yang akan menggatikan Nabyl dalam hidup Brayn.Okey ikutin aja yah chapter selanjutnya, inshaAllah tahu kok.
Maaf ngepostnya lama karena lagi malas heheheh😅😅😅😅.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Langit Bumi Dan Hujan
Romansa"Aku dan kamu itu bagaikan langit dan hujan, langit yang selalu membuang hujan seenaknya dan hujan yang telah dibuang dengan bodohnya menjadikan langit tempat ia berpulang. Aku ingin kamu seperti bumi yang selalu menerima hujan apa adanya" ...