Potongan puzzle

70 9 0
                                    

"Serpihan kisah di pulau tengkorak kian menghampiriku "

Rinai hujan mulai membasahi Villa. Suara air yang perlahan jatuh beriringan dengan kisah ke anehan di pulau tengkorak  kian terungkap. Ya,kisah pahit akan pulau tengkorak ini mulai terbongkar saat salah satu temanku tanpa sengaja membawaku ke suatu tempat dimana tempat itu tidak boleh di masuki oleh siapapun.

Saat kami memasuki ruangan itu kami telah disambut dengan berbagai macam ke anehan. Dari setiap sudut ruangan tua itu tampak terpancar aura-aura mistis. Konon saat bias purnama muncul bakal ada sosok yang akan mengincar nyawamu. Ku lihat ruangan itu dari setiap sudutnya. Ruangan yang gelap,itu menurutku. Seketika bulu kuduk ku berdiri tegang. Suara angin seolah membisikkan kepadaku kalau aku tidak seharusnya berada disana.

Tapi aku tetap tidak ingin kalau usahaku menjadi sia-sia. Dengan memberanikan diri aku menarik nafasku dalam-dalam. Lalu perlahan menghembusnya. Tanpa basa-basi aku menarik lengan Harisa. Ku tahu kini Harisa tengah ketakutan. Saat kami memasuki ruangan itu. Sontak kami di kagetkan dengan ke hadiran bercak darah.

Kau tahu?,bercak darah itu kian menghiasi lantai seisi ruangan itu. Dan anehnya saat aku mengamati bercak darah itu aku menemukan jam  tangan milik Fahri. Bukan hanya jam tangannya saja tapi juga ada kertas yang sudah tersobek menjadi bagian yang kecil-kecil. Harisa mulai bergetar hebat. Tapi tidak untukku. Aku bukanlah tipe orang yang penakut. Perlahan aku mulai menenangkan Harisa.

"Felicia bagaimana ini?, seharusnya aku tidak membawamu ke ruangan ini lagian benar kata bapak paruh baya kemarin. Tidak seharusnya kita berada disini. Kita pergi yuk ". Ucap Harisa.

Ku lihat wajahnya yang pucat pasi. Kini sekujur tubuhnya mulai dipenuhi dengan keringat. Sejujurnya aku merasa kasihan melihat Harisa ketakutan begitu. Tapi mau bagaimana lagi. Lagian aku sudah terlanjur penasaran.

"Harisa tahan sebentar lagi ya. Aku masih ingin memfoto bercak darah di ruangan ini. Aku juga akan mengambil beberapa sobekan kertas ini. Dan buat Fahri aku mulai mencurigainya. Sejak awal sikapnya mulai berubah menjadi aneh. " kataku dengan penuh kerutan di dahi.

Raut wajah Harisa jelas terpancar kalau ia sedang kebingungan mendengar perkataanku. Sorotan matanya terlukis jelas kalau ia tidak percaya dengan perkataanku.

" Kamu ngomong apa sih Felicia. Jangan berbicara omong kosong begitu. Aku nggak percaya kalau ini semua ada hubungannya dengan Fahri." Ujar Harisa kepadaku.

"Terserah kamu saja Harisa. "  Jawabku dengan nada yang datar.


Tiba-tiba  di luar dugaan, Fahri ternyata sedari tadi telah berdiri di depan pintu ruangan. Saat aku dan Harisa berbalik Fahri malah tersenyum ngeri . Sorotan matanya kian menusuk tajam. Rasa gugup kian menghampiriku. Aneh,sejak kapan ia berdiri di depan pintu?. Kenapa aku tidak menyadarinya ?. Seketika aku di hujani pertanyaan  di pikiranku. Sedangkan Harisa hanya bisa berdiri mematung  melihat Fahri.

"Kenapa kalian melihatku?. Kalian terkejut ya melihat kehadiranku." Ucap  Fahri.


Aku beradu pandang dengan Harisa. Aku enggan untuk menjawab pertanyaan nya. Namun senyuman Fahri kian bertambah ngeri. Dan hal itu membuat ku dan Harisa berlari meninggalkan Fahri.


"Lihat saja kalian jangan harap bisa keluar dari pulau ini. " ucap Fahri seraya melihat diriku  dari kejauhan.

Misteri Pulau Tengkorak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang