Keanehan

82 8 1
                                    

"Sekelabat bayangan itu mampu memancing rasa penasaranku akan pulau ini "

Kala itu aku tengah asyik menggambil   beberapa gambar. Tapi saat aku sedang asyik memotret setiap sudut,tiba-tiba salah seorang memukul pundakku dengan keras. Aku menoleh ke belakang,dan ternyata itu adalah Fahri. Aku sedikit aneh melihat tingkah lakunya. Ku  tarik nafasku perlahan lalu aku mulai menghembuskannya.

"Felicia,kamu nggak boleh ngambil foto di tempat ini. Apa lagi di depan Villa!." Teriak Fahri dengan sorotan mata yang tajam.

Seketika aku merasa sangat gugup,baru kali ini aku di teriaki sama Fahri. Aneh,dia tidak seperti biasanya. Dari awal sampai pulau ini aku merasa ada sesuatu hal yang sedang ia sembunyikan dariku.

🍁🍁🍁

"Kamu ini kenapa sih dari semalam aku perhatikan tingakah laku kamu makin aneh " kataku seraya mengerutkan dahi.

Mendengar perkataan ku itu,Fahri seolah-olah tertangkap basah. Dari sorotan matanya itu tampak jelas kalau dia sekarang tengah tecyduk.

"Apa yang kau katakan,lagian siapa juga yang aneh. " Sanggah Fahri dengan cepat.

"Duh,kalian ini malah asyik beetengkar. Mendingan kita masuk ke dalam Villa yuk. " Ujar Harisa sambil menarik lengan aku dan Fahri.

Kalian tahu?,saat aku memasuki Villa. Tiba-tiba saja kami sudah disambut oleh seorang lelaki paruh baya. Dengan kumis panjangnya itu ia mulai menyampaikan beberapa penjelasan tentang hal apa yang tidak boleh dikerjakan.

Saat aku mendengarkan perkataan bapak itu aku merasa ada sesuatu hal yang menurutku itu tidak seharusnya dilakukan. Dengan secepat kilat aku menyanggah perkataan kata bapak itu.

"Maaf,saya tidak sependapat dengan bapak. Lagian kenapa kami tidak boleh keluar Vila saat bulan purnama. Apa lagi kami sampai dilarang nggak boleh memasuki ruangan itu. Sebenarnya ada apa sih?" Rasa penasaranku mulai menjadi-jadi.

Harisa,Fahri,Aldi. Hanya bisa terheran-heran melihatku menyanggah setiap peekataan bapak itu. Aku tahu kalau mereka tidak percaya kalau aku berani menyanggah perkataan bapak itu. Anehnya,saat aku sudah mengutarakan isi hatiku bapak itu tetap saja tidak menghiraukan diriku.

Aku hanya bisa terdiam seraya berjalan gontai menuju sofa yang sudah terpampang rapi di hadapanku. Usai menjelaskan semua hal tentang larangan di villa ini. Bapak paruh baya itu kemudian mulai angkat kaki dari Villa.

Sebenarnya aku masih penasaran akan penjelasan bapak itu. Tapi untuk kali ini aku memilih untuk tetap beristirahat. Karena rasanya aku lelah sekali. Perlahan aku mulai menutup mataku. Dan seketika aku mulai memasuki dunia mimpi.

Misteri Pulau Tengkorak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang