" Aku masih disini, sendiri."
Suara Anak anak bermain semakin riuh. Setiap siang menjelang sore tak pernah absen, memang permainan tradisional masih terlalu apik dan kental di sini, mungkin karena daerah ini perkampungan dan belum terjamah untuk bumi perkotaan jadi wajar saja itu menjadi sarana hiburan bagi seusia mereka.Tapi tak apa, riuh senda gurau mereka bisa Aku manfaatkan sebagai alaram untuk terjaga di waktu tidur siang ku setiap harinya. Beranjak dari dipan kamar, arah kaki ku menuju sumur di belakang rumah untuk sekedar membasuh wajah agar lebih terasa segar. Asap mengepul dari arah samping rumah dan bau sambal terasi mulai membaui penciuman ku,terlihat Wanita dengan baju tidur kusam seadanya tengah berkutat dengan racikan masakannya.
"masak apa Mamak sekarang?" Ujar ku seraya mendekat.
Wanita yang ku sebut 'Mamak' itu hanya menyahut "yang kau lihat sendiri lah" sahutnya sambil meniup niup api di tungku agar apinya menyala.Hmm.. Seperti biasa ia hanya memasak ikan dan sambal terasi udang plus daun singkong rebus sebagai lalapan nya. Aku hanya tersenyum samar, walaupun begitu Aku harus bersyukur bisa makan setiap hari meski dengan lauk yang seadanya.
Ku tinggalkan dapur sederhana itu melalui pintu belakang rumah, berjalan ke halaman depan masih ku lihat banyak Anak anak yang masih asik bermain.
Tak mengubris hal itu lanjut Aku berjalan untuk mencari angin segar menuju ke arah pantai. Kampungku ini terletak sangat dekat pada pantai yang masih cukup apik, meskipun tidak terkenal namun cukup memiliki pesona tak kalah indah dari pantai pantai lain, jarak nya hanya beberapa menit dengan berjalan kaki dari rumah ku.
Semilir angin mulai terasa cukup segar. para kepala keluarga yang berprofesi sebagai Nelayan mulai tampak berpulangan, sebagian dari mereka sudah selesai menggulung jaring ikan dan sebagian sudah membawa ember ember berisi ikan laut yang mungkin akan di jual pada Tengkulak yang biasa menampung hasil tangkapan mereka setiap harinya.
Ku temukan tempat yang menurutku nyaman untuk di duduki dan melempar pandangan ke arah ombak yang menggulung kecil, matahari tampak mulai turun mengingat memang jam sudah menunjukkan masuk ke senja hari. Aku suka saat saat seperti ini, saat yang tepat untuk merenung memikirkan masa yang akan datang, meskipun masa depan maupun kehidupanku tampak nya tidak akan pernah berubah tapi apakah salah dengan berharap Sang Tuhan untuk memberi perubahan yang cukup berarti?
Sekitar 1 jam kemudian Aku mulai beranjak dan kembali pulang ke rumah. Ah.. Mungkin Mamak sudah menunggu untuk makan malam bersama, batinku.***
Holla!!
Ini pertama kali aing nulis cerita!
Enjoy the story yak!
Kalau bertebaran typo mohon di maafin namanya juga masih belajar dan tolong beri masukan dan saran, vote and your comment berharga buat si author pemula ini hehehe:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Derai Rindu
RomanceDeretan asa yang belum tersampaikan oleh angin. Bukan tidak beralasan untuk berhenti, sebab ada rasa yang perlu di jaga dan untuk di kenang . . Kisah Arunika, seorang gadis dengan campuran darah Jawa-Batak, yang bertemu dengan pria muda bernama Alfe...