Empat

7 3 0
                                    

       Bau ikan teri sambal membangunkan tidur pagi ku. Ku lirik jam tua di dinding masih menunjuk angka 06.49 pagi. Dan Mamak sedang memasak sarapan seperti biasanya.

      Ku rapikan tempat tidur dan berdiri, menuju cermin lemari sembari menyisir dan mengucir rambut panjangku, ku rasa rambut ini mulai bertambah panjang beberapa senti mencapai pinggul.

Mamak pernah berkata, bahwa kecantikan wanita itu terlihat dari rambutnya. Maka dari situlah, Aku mulai merawat dan memanjangkannya.

Keluar dari kamar, ku ambil sapu ijuk di balik pintu dan mulai menyapu rumah sambil membuka semua jendela jendela agar udara segar dapat masuk ke dalam rumah tak lupa juga merapikan barang barang berantakan ke tempatnya semula.

Selanjutnya seperti rutinitas biasa, ku sapu halaman depan dengan bersih dan sesekali mencuri pandang ke arah rumah Tuan takur simamora.

"Mungkin pria muda itu belum bangun jam segini..
Biasa di kota hidup santai mungkin
Heheh... "

Kekeh ku geli.

Selesai menyapu halaman aku berniat mandi dulu sebelum sarapan, ku lihat mamak juga sudah selesai mandi dan masuk ke kamar untuk memakai pakaian.

15 menit kemudian aku telah selesai mandi, masuk ke kamar dan berganti pakaian. Pilihan ku jatuh pada gaun putih selutut yang sudah lama tidak ku pakai.

Selesai berpakaian, aku meyisir rambut panjang ku yang basah ke belakang agar tidak terlalu mengganggu ke arah wajah. Dan dengan sedikit memakai bedak bayi, Aku bergegas keluar dari kamar.

Ternyata Mamak sudah duluan sarapan, sekarang ia duduk di pintu belakang rumah sambil memberi makan ayam ayam kampung nya dengan ubi kayu dan butiran jagung tua yang di potong dadu.

Ayam ayam itu adalah peliharaan Bapak. Bapak suka memelihara ayam, terutama Ayam jago. Sedangkan yang betina ia peliharaan untuk diambil telurnya dan beranak pinak.

Sarapan dengan ikan teri sambal buatan Mamak tadi, Aku makan dengan lahap.

Setelah mencuci piring bekas makan ku tadi, Aku beranjak menuju pintu depan.

Timbul niatku untuk berjalan ke pantai, mengingat hari belum terlalu siang,  jadi matahari belum naik sepenuhnya di atas kepala.

Bersenandung lagu Laskar Pelangi, salah satu lagu yang ku sukai, Aku mulai berjalan perlahan.  Angin mulai mempermaikan poni rambutku dan suara ombak mulai terdengar.

Sesampainya disana,  ku lepas sendal jepit berbunga coklat dan membiarkan pasir putih pantai bersentuhan dengan telapak kaki ku yang telanjang.

Nyaman...

Itu yang ku rasakan, terlebih ketika kaki ku mulai menyentuh air jernih di pantai ini. 
Bermain air sendiri, tak Perduli ujung gaun ku yang mulai basah dan rambut ku akan kusut tetap saja ku lakukan, karna Aku merasa bahagia berada di saat seperti ini. 

Lupa waktu, itu yang terjadi jika bermain air dan ternyata Matahari sudah menunjukan wujud sempurna nya.

Berlari lari kecil Aku menuju pohon kelapa yang berbatang bengkok, tak jauh dari tempat aku bermain air tadi.

Derai RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang