2. Ebin pindah tempat duduk

35 13 0
                                    

Keesokan harinya Ebin tiba-tiba saja menjauhi Sienna, dia masih merasa trauma meskipun hantu itu tak ada lagi, dia memang tidak pindah kamar, namun hanya pindah tempat duduk saja.

"Bin, duduk dengan gue aja," tawar Nancy saat tahu Ebin sedang ingin pindah tempat duduk.

"Dengan aku aja," sambung Jino.

Ebin menatap Nancy kemudian menggeleng pelan "Gak deh Nan, aku dengan Jino aja," tolak Ebin lembut.

Nancy pun hanya mengangguk sedikit kikuk kemudian kembali fokus menulis diarynya, Ebin pun duduk di samping Jino, matanya sesekali menatap Sienna yang kini duduk sendirian, ia kasihan sih, tapi ia masih takut jika hantu itu akan timbul lagi, terlebih lagi hantu itu sangat menyeramkan, kalau wajahnya mirip Tom holland sih dia gak masalah, lah ini bahkan lebih menyeramkan dari lord voldemort, lebih tinggi dari ucok pentagon dan lebih besar dari badan cendol Exo.

"Emang yang kamu lihat serem banget apa?" tanya Jino, satu-satunya pria yang tahu tentang kejadian kemarin. Ebin hanya percaya pada Jino saat ini jadi ia hanya memberi tahu Jino saja. Ia takut jika memberi tahu ke Sienna bayangan itu akan timbul lagi, dan jika dia memberi tahu Al dia pasti disangka gila, pasalnya pria yang tampan berlebihan itu memiliki ketidakpercayaan yang tinggi terhadap makhluk gaib.

Ebin menatap Jino dengan pandangan yang sangat khawatir "Kamu gak bakalan ngasih tahu ke siapapun kan? Aku takut nanti dia datang lagi," kata Ebin.

Jino tersenyum lembut sambil mengacak-acak rambut Ebin "Ya enggaklah, kamu tahu kan kalau pacar kamu ini paling bisa jaga rahasia."

Tiba-tiba saja Al dan Farel datang dengan gaya sok badboy nya. Al memandang Ebin heran kemudian menatap Sienna, senyum miring tiba-tiba tercetak diwajah tampannya.

"Woaahh nenek lampir sendirian nih, ditinggal teman ya?" ejek Al.

Tak ada jawaban dari Sienna, gadis itu seperti terima-terima saja dihina padahal biasanya ia akan membalas Al dengan kata yang tak kalah pedas, wajah Sienna hanya menunduk ke bawah membuat Al kesal.

"Lo kok tumben gak balas? Udah nerima kenyataan kalau lo emang nenek lampir?" ejek Al.

"maaf na,"

Lagi-lagi tak ada jawaban, Sienna masih saja melihat ke arah kakinya dan menutupi wajahnya dengan rambut tanpa bicara apapun.

"Udah Al, dia gak mau diganggu kayaknya," Farel menengahi.

Al tertawa pelan "Ni nenek lampir kayaknya kesambet deh, mangkanya jadi aneh begin---"

"BISA GAK SIH LO DIAM?" bentak Sienna menatap Al kesal, wajahnya kusut dengan air mata mengalir.

"Gue benci sama lo!" ujar Sienna kemudian berlari keluar kelas.

Farel menyenggol bahu Al pelan "Lo sih," katanya.

Al diam kaku, ia tak menyangka candaannya akan membuat gadis itu menangis, biasanya gadis itu hanya akan membalasnya dengan kalimat pedas dan tak pernah menangis, arghhh dia jadi merasa bersalah kan!

Al melempar tasnya ke Farel kemudian ikutan berlari keluar kelas untuk mengejar Sienna, meskipun ia kesal dengan gadis itu ia juga laki-laki. Ia harus tanggung jawab karena membuat anak orang menangis, apalagi kalau yang menangis itu adalah kembaran Author yang tertunda.

JANGAN!
JANGAN NGAREP!
READERS JYJYQ!
READERS JYJYQ SAMA AUTHOR!

Al mengejar Sienna sampai ke rooftop, gadis itu segera duduk di salah satu sofa usang dan menangis kencang-kencang.

"Gue benci sama lo!!!" pekik Sienna membuat Al semakin merasa bersalah.

"Bisa gak sih lo gak ganggu gue??"

"PERGIIII!!" teriak Sienna.

Al menghela nafasnya pelan "gak!"

"gue gak bisa pergi"

Sienna segera menatap Al, seolah bingung kapan Al ada disana. Namun ada hal yang lebih penting saat ini. Ia bisa mengurus Al nanti.

"Maafin gue, gue Cuma mau senyum ke dia, gue gak sadar pas itu gue lagi dalam wujud menyeramkan."

"Gue gak mau maafin lo! Ebin jadi menjauh dari gue! Pergi haris!" bentak Sienna yang membuat Al diam.

"L-lo ngomong sama siapa woy? Lo bukan Afifah! Haris udah direbut juga sama Yuni."

Tbc

Death bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang