4. Kematian Felix

40 15 12
                                    

Kelas IPS 2 sedang berkumpul di taman, persaingan antara Sienna dan Al bahkan tidak diperdulikan lagi. Aneh sekali, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Felix meninggal dunia, anak perempuan bahkan menangis kehilangan moodbooster mereka tersebut.

"Ini gila! Felix gak mungkin mati misterius gini!" kata Hani, sohib dekatnya Felix.

Dean menunduk diam "Dia bahkan belum bayar hutang, kalau gue tau dia bakalan mati gue harusnya nagih hari ini."

"Sempat-sempatnya ya lo!" kesal Iin.

"Apa ada orang yang benci sama dia?" tanya Farel.

"Gak ada Rel! lo pikir aja! Felix disayang semua orang gitu." Ebin membalas.

"Apa jangan-jangan pembunuh Felix itu guru?" terka Jino.

Sienna menggeleng "Gak mungkin! Dia anak kesayangan guru! Guru mana yang mau bunuh dia?"

"Apa...." Dean menggantung kalimatnya.

"Pak Charles?" duga Jino.

"Felix pernah bermasalah dengan pak Charles kan? Pak Charles mukul kepala Felix karna godain Bu Yuna melulu," jelas Jino seolah detektif.

"Ah! Gue pas tadi pagi lihat ada yang aneh dengan sepatu Pak Charles, sepatu sebelah kanannya rada coklat-coklat gitu, sedangkan yang satu lagi hitam pekat," Sienna menimpali.

Al mengangguk-anggukkan kepalanya "Iya, gue juga lihat."

Iin memicingkan matanya curiga "Kok bisa kebetulan gini? Tadi pas Al ngejar Sienna nangis kalian kemana."

Jino menggigit bibirnya resah, ada yang janggal disini "Bentar deh teman-teman! Apa ini ada hubungannya dengan buku yang ditemuin Felix?" pikirnya.

Minny tertawa "Kaga lah! Itukan Cuma buku."

"Buku apa maksud kalian?" Al bertanya.

"Ah, sebelumnya Felix  menemukan sebuah buku. Terus dia bacain isi buku itu ke kami, cuman isinya gak jelas." jelas Reno.

Sienna menatap Al kemudian menatap teman-temannya lagi "Htead koob?!" tanya Sienna dan Al bersamaan.

"Iya! Gue baca judulnya itu," Dean mengiyakan.

Sienna menepuk jidatnya, ini gak masuk akal! "Haris! Haris! Haris! Dimana Lo?!" panggil Sienna membuat para temannya menatapnya kebingungan, minus Al sih.

Sayang tak ada jawaban.

Sienna menggeram frustasi.

Jino kembali berujar "Gue bakalan ke kelas, ngambil buku itu. Kalian semua tunggu disini!"

Ebin tentu saja tidak setuju dengan usul pacarnya tersebut "Kamu sendirian? Aku mau ikut!"

Jino menggeleng "Gak usah Bin, gue takut penjahatnya masih ada disana, semakin sedikit orang semakin baik." Jino meyakinkan, para murid Ips 2 bahkan tak ada yang mau menemani Jino karena takut. Nancy tersenyum tipis diam-diam.

Akhirnya terpaksa Jino pergi sendiri, meninggalkan teman-temannya yang kini tak memiliki kerjaan. Bosan akhirnya para murid Ips 2 yang sedikit itu pun memilih diam, reno memainkan handphone, Iin dan Hina sibuk membicarakan Felix, Sienna dan Al berbincang tentang keanehan ini melupakan status permusuhan diantara mereka. Sementara Nancy izin pergi sebentar.

'tingg' sebuah pesan masuk ke handphone Reno.

Reno memeriksa handphonenya malas, matanya terbelalak melihat sebuah pesan yang baru dikirim dari nomor tak dikenal, tanpa basa basi dilemparkannya ponsel tersebut ke tanah.

Teman -teman yang lain pun memeriksa pesan tersebut karena penasaran, tak jauh berbeda dengan Reno mereka juga sama terkejutnya.

Dear Reno,

Lo yang berikutnya nyusul Felix, lo sayang teman lo kan? Ikut mati aja

From N

Sementara itu Nancy yang baru datang diam menatap Ebin kosong sambil memegang handphonenya, tak lama kemudian dia tersenyum lebar.

Tbc

Death bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang