"Jino!" Pekik Iin menyadari Jino yang tengah berjalan tertatih-tatih ke arah mereka, di tangan Jino terdapat sebuah buku. Namun yang membuat semua khawatir saat itu adalah kondisi Jino, perut Jino mengeluarkan darah. (Bukan yang ituloh).
"Jin lo kenapa?!!" Tangis Ebin pecah melihat keadaan pacarnya.
Nancy diam menatap Jino yang kini sudah berlumuran darah, kemudian tanpa perduli dia meninggalkan teman-temannya.
Iin, Hani dan Hina segera berlari ke UKS mengambil obat untuk mengobati Jino sedangkan Sienna melakukan pertolongan pertama dengan menekan luka Jino dengan syal miliknya untuk menghentikan pendarahan.
Dean perlahan-lahan mundur "Ini udah kelewat batas! Gue mau pulang! Gue gak mau disini!" Dean berujar kemudian berlari ke asrama meninggalkan teman-temannya.
Awalnya Reno mau mengejar namun segera dicegat oleh Farel, semua orang butuh waktu untuk menenangkan hatinya saat ini.
Semua hal yang terjadi saat ini berada di luar akal sehat, tak ada yang bisa dipercayai saat ini.
Guru.
Teman.
Ataupun kita sendiri.
Al melirik Jino yang kini sedang menahan sakit "Lo kenapa Jin? Kenapa Lo bisa jadi kayak gini?!" Tanya Al.
Jino balas menatap Al lemah "Gue gak tau, tiba-tiba ada orang nyerang gue dengan pisau. Gue langsung lari kesini." Jelas Jino pelan.
Sienna berdesis "Al jangan ngajak Jino ngobrol dulu! Dia kehilangan banyak darah, kita harus bawa dia ke rumah sakit!"
Tak lama kemudian Iin, Hani dan Hina kembali dengan membawa kotak p3k yang lumayan besar, segera saja Hina mengobati Jino. Beruntunglah Jino ada Hina yang merupakan anak dokter.
"Hin gue udah hentiin pendarahannya, tapi... Darah Jino terlalu banyak terbuang, kita harus bawa dia ke rumah sakit." Sienna menjelaskan.
"Gak bisa Na! Sekolah gak ngebolehin anak-anak keluar sekolah, semuanya disuruh menetap di asrama sementara waktu. Kita berada di luar kayak gini aja sebenarnya sudah melanggar." Jelas Iin.
Al menyambung "Kita gak bisa ngelaporin hal Jino ini ke guru! Sementara ini kita gak bisa mempercayai guru!"
Reno mengacak-acak rambutnya kasar "Sekolah ini gila!" Umpatnya.
"Kita harus keluar!" Farel berujar, semua menatap dirinya. Raut wajah farel benar-benar serius tak ada raut bercanda yang biasa pria itu keluarkan menandakan kali ini dia benar-benar serius.
"Tapi gimana?" Tanya Hina kesal.
"Kita bisa lewat tempat rahasia, gue sama Al yang cuman tahu tempat itu, kami biasanya gunain tempat itu untuk kabur dari sekolah." Kata Farel panjang lebar, Al menatap Farel sedikit ragu.
"T-tapi tempat itu Rel--"
"Gak ada pilihan Tuan Alveno J!" Potong Farel.
"Udah! Kita pergi! Gue cukup hari ini kehilangan Felix, gue gak mau kehilangan Jino!" ujar Ebin.
"Tapi masalahnya bin, tempat itu berbahaya! Apalagi untuk kalian yang--" Al berhenti melihat teman-temannya yang kini menatapnya seolah berkata 'plis Al!' Sienna bahkan menatapnya penuh harap.
Al mengangguk pasrah, dia kalah telak.
👻👻👻
"Tempatnya dibawah sana?" Kata Reno tidak percaya.
Tempat yang dimaksud farel ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi murid kelas IPS 2 yang kini melongo melihat jurang di depan mereka.
Namun tekad bulat membawa Jino keluar dari sekolah kini lebih besar dari rasa takut mereka.
"Dibawah sana ada pohon, kita harus naik pohon itu terus ngeloncat, cuman itu satu-satunya cara kalau mau keluar ngelewatin pagar sekolah kita ini." Jelas Al.
"Tapi Jino---" Iin diam menggantung kalimatnya.
"Jin, Lo masih punya tenaga?" Tanya Hani yang kini menopang Jino bersama Farel.
"Gue masih sanggup, gue anak karate ingat? Gue pasti bisa!" Jino meyakinkan teman-temannya.
"Sekarang yang jadi masalah kita adalah, kalian harus liat langkah kalian, soalnya Bu Betty banyak naruh jebakan disini. Tapi karena Bu Betty gak bisa kebawah, jadinya dilempar Bu Betty aja dari atas."
"Kalau kalian terkena jebakannya, gue gak yakin keselamatan kaki kalian gimana nantinya." tambah Al.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Death book
Horrorbuku ini adalah awal kematian kita (P.s: mengandung beberapa unsur Korea, yang gak suka ga usah baca) Update setiap malam minggu Cerita by deswikha canz :>