READY? VOTE DULU YA:)
Minta vote 150+ dan komen untuk Bab selanjutnya yaaa.
***
Ira mendesah sambil melemparkan tas branded yang ia beli beberapa minggu yang lalu ke atas kasur. Kemudian, membuka ikatan rambutnya dan juga blazer berwarna merah muda yang selalu dipakainya kala bekerja. Wanita itu berjalan menuju meja rias, mengambil selembar kertas yang ada di atasnya lalu membaca isi kertas tersebut yang berisi tentang hasil pemeriksaannya. Ya, Ira hamil. Sudah tiga minggu. Dan tentu saja ini adalah anaknya dan juga Alden.
Ira juga tidak bisa membayangkan jika kedua orangtuanya yang berada di Bandung mengetahui tentang kehamilan yang bisa dibilang mendadak dan juga di luar nikah. Sudah pasti ia akan dicoret dari kartu keluarga karena sudah menjadi wanita yang nakal. Ralat. Bukan nakal, tetapi cenderung tak bisa menahan hawa nafsu jika sudah berhadapan dengan Alden.
Dan Ira sangat merasa tunduk dengan itu semua.
Entah kenapa, jika pria itu berada di depannya atau mereka sedang berduaan, gelenyar panas dari dalam tubuh Ira langsung saja bermunculan. Hawa nafsu dan juga gairahnya selalu menggebu-gebu. Termasuk saat pertemuan tadi, Ira masih sempat membayangkan panasnya seorang Alden Megantara Hardinata kala bermain di atas ranjang.
Membayangkan bagaimana Alden yang terus saja mendesaknya, menciumi bagian tubuh Ira yang dapat diraih oleh bibir sensual Alden. Dan bagaimana cara pria itu membuat Ira mengerang serta menjeritkan nama Alden.
Ira benci itu semua.
Alden terlihat begitu tangguh saat bermain dengannya. Tetapi setelah itu, Ira sadar jika apa yang dilakukan mereka berdua hanyalan untuk memuaskan nafsu birahi masing-masing.
Harus Ira akui, Alden begitu panas. Begitu dominan. Begitu mengintimidasi. Walaupun pria itu baru pertama kalianya melakukan hal seperti itu.
"Arrrgh..." Ira mengerang frustasi sembari menyimpan kertas tersebut. "Apa nggak ada cara lain buat tanggung jawab selain nikah sama gue?"
Jujur, Ira tidak ingin menikah. Bahkan menikah tidak ada dalam daftar hidupnya. Ira benci menikah, benci juga dengan hal yang berkaitan dengan cinta.
Karena cinta dapat membuat siapapun lupa, bodoh, gila, atau bahkan rela mengorbankan hidupnya demi hal yang menurut Ira tidak penting.
Tiba-tiba saja dering ponsel membuat Ira tersadar dari lamunannya, ia berjalan menuju ranjang dan mengambil ponsel dari dalam tasnya. Wanita itu kembali mendesah kala melihat nama yang sedang menghubunginya.
My Hottest Alden.
"Apa?" tanya Ira tanpa basa-basi.
Terdengar, Alden menghela napas lalu berkata. "Dimana?"
"Udah di apartemen. Kenapa?"
"Buka pintunya."
Ira terkejut kala mendengar permintaan Alden. Ia buru-buru saja menuju pintu utama dan membuka lalu kembali terkejut dengan sosok pria seksi nan panas itu sudah berada di depannya. Ira langsung saja menutup sambungan teleponnya. Matanya semakin membulat sempurna kala Ira melihat ada koper kecil yang berada di samping pria itu.
"Kamu ngapain ke sini?"
"Aku mau tinggal sama kamu," ucapnya datar dan melengos masuk ke dalam apartemen Ira tanpa dipersilakan oleh sang pemilik. "Aku mau tinggal di sini. Sekalian juga pendekatan."
"Nggak," Ira meraih koper Alden dan hampir menariknya keluar. Tetapi, pria itu lebih dulu untuk mencegahnya. "Kamu kenapa sih, Den?"
"Emang nggak boleh kalau aku tinggal sama calon istri sendiri?" tanya Alden yang membuat kening Ira mengernyit. Lalu, pria itu mendekatkan wajahnya kemudian mencium lembut bibir Ira. Tanpa emosi. "Aku juga mau jaga kamu."
"Nggak bisa, Den. Aku nggak akan pernah mau nikah sama kamu."
"Aku nggak peduli," jawab Alden sambil melanjutkan langkahnya melihat isi dari apartemen Ira. "Kita bisa tidur berdua di sana," tunujuknya pada ranjang besar milik wanita itu. "Aku nggak mau tidur di sofa."
"Alden," panggil Ira yang mulai lelah. "Pergi."
"Nggak akan sampai kita nikah. Dan kamu harus ikut sama aku karena aku udah beli rumah. Jadi apartemen ini bisa kamu sewain atau jual, maybe?"
Ira menengadahkan kepalanya sambil tertawa hambar. "Siapa kamu? Berani ngatur-ngatur hidup aku."
"Aku?" Alden mendekat dengan tatapannya yang sama sekali tidak menunjukan emosi apapun. "Calon suami kamu."
"Apa omongan aku kurang jelas?" sindir Ira sambil menyeringai. "Aku nggak akan nikah sama kamu. Atau bahkan, aku nggak akan pernah mau nikah sama kamu."
"Ira, aku nggak peduli. Yang aku peduliin cuman anak aku," balas pria itu. "Ralat, anak kita."
"Aku cuman minta kamu tanggung jawab, Alden. Bukan untuk nikahi aku. Kamu ngerti nggak sih?"
Alden tampak tidak peduli dengan ucapan Ira. Pria itu melengos pergi menuju dapur dan membuka lemari es lalu mengambil air dingin. Meminumnya tanpa gelas yang membuat Ira semakin kesal.
"Persiapin diri kamu minggu depan," Alden kembali menyimpan air dingin tersebut. Selanjutnya, pria itu membuka kemejanya dan melemparkannya ke sembarang arah.
Ira menelan ludah sekuat tenaga saat melihat tubuh atletis Alden yang berwarna coklat muda dan tampak begitu menggairahkan. Tetapi, Ira juga sedang kesal dengan pria itu. "Alden, simpan baju kamu ke tempatnya. Aku bukan pembantu kamu."
"Tapi, kamu calon istri aku."
Alden kembali menghampiri Ira. Meraih sebelah pipi wanita itu sambil mengusapnya dengan lembut.
"Aku benci ini, Den. Aku benci kamu."
"Kenapa?" tanya Alden.
"Karena kamu begitu menggairahkan, Alden. Aku membencinya," aku Ira yang membuat Alden tersenyum tipis.
"So?" pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Mau main?"
Ira kalang kabut. Ira semakin membenci ini semua. Sangat benci. Tetapi ia tidak bisa menahan gejolak panas yang ada di dalam tubuhnya. Membuatnya tidak bisa menolak ajakan Alden tersebut.
Satu kali permainan tidak ada salahnya, kan? Ah, tidak, Ira kamu harus bisa menahan ini semua.
Wanita itu menggeleng. "Aku benci ini, Alden." Kemudian Ira memajukan tubuhnya untuk mencium bibir sensual Alden. "Tapi, aku mau kamu. Main sama aku. Sekarang."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Marriage ✔ [TERBIT]
RomanceSudah terbit. Silakan cari di Gramedia atau toko buku online. Sebagian bab dihapus. ••• Kami menikah karena terpaksa. ••• #1 Special Story Series Start: 25/08/18 End: 21/10/18