READY? VOTE DULU YA:)
Vote dan komen yang banyak biar cepet update, hahaha.
***
Satu bulan yang lalu...
"Aku hamil."
Terlihat jelas kedua mata Alden membulat sempurna kala mendengar pernyataan jika Ira hamil. Membuatnya seakan tak bisa bernapas karena bagaimana bisa Ira hamil sedangkan ikatan atau hubungan mereka hanya sebatas friend with benefits.
"Nggak mungkin, Ira. Kamu nggak bisa bilang kayak gitu," Alden masih belum percaya dengan kenyataan ini. Ia terlalu kaget mendengar Ira yang berbadan dua.
"Aku hamil. Umurnya udah tiga minggu," balas Ira. Wanita itu tidak memperlihatkan ekspresi takut atau apalah itu. Ira hanya memasang raut wajah setenang mungkin. Karena apa yang harus ia takutkan? Sedangkan semuanya sudah jelas. Ira mengandung darah daging dari seorang Alden Megantara Hardinata.
Pria itu kembali terdiam. Berita ini sungguh membuat kepalanya pening. Alden lelah, ia baru saja mengurus kasus tentang perampokan dan juga pembunuhan yang membuatnya sangat lelah. Ditambah lagi dengan pertemuannya dengan Ira sekarang disebuah kafe secara mendadak.
Seharusnya Alden tidak terlalu terkejut dengan kehamilan Ira. Seharusnya ia biasanya saja. Karena lima bulan yang lalu, Alden bertemu dengan Ira. Pertemuan itu berlanjut pada gairah-gairah panas yang membuatnya selalu ingin melakukan lagi dan lagi dengan Ira. Tetapi, keduanya sepakat untuk tidak memiliki ikatan selain teman seks.
"Bisa aja itu bukan anak—"
"Semuanya udah jelas, ini anak kamu Alden. Kamu mau bantah apalagi? Kita sering ngelakuinnya mana mungkin ini bukan anak kamu," Ira mengembuskan napas panjang. "Lagian aku nggak pernah tidur sama cowok lain selain kamu."
Alden kembali bergeming.
"Alden, coba ingat, mungkin kamu lupa pakai pengaman? Atau apapun yang bisa buat aku jadi hamil."
"Nggak mungkin, Ra. Kita ngelakuin itu dan aku nggak pernah lupa pakai pengaman."
"Terakhir kali kita ngelakuinnya, kamu dan aku mabuk berat. Mungkin saat itu kamu lupa?"
Alden mendesah. Otaknya terlalu buntu untuk mencari solusi dari masalahnya. "Terus mau kamu apa?"
"Kamu nggak mau tanggung jawab?" Ira balik bertanya. "Kamu mau aku aborsi anak ini?"
Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku nggak minta kamu buat ngelakuin itu, Ira. Aku cuman tanya, mau kamu apa?"
"Ya, aku mau kamu tanggung jawab lah," balas Ira.
"Oke," Alden kembali mengembuskan napas panjang. "Kita nikah."
Sontak saja ucapan Alden membuat Ira terkejut. Sangat terkejut. "Nggak, aku nggak mau nikah sama kamu."
"Ira, kita nikah."
"Nggak, Alden. Aku nggak cinta sama kamu. Kamu juga nggak cinta sama aku," Ira melipat kedua tangan di depan dada. "Solusi lain selain nikah."
"Itu solusi aku, Ra. Aku mau kita nikah."
"Aku nggak mau, Alden. Aku nggak mau nikah sekarang," jawab Ira keras kepala.
Tatapan pria itu berubah menjadi tidak percaya. Katanya Ira ingin Alden tanggung jawab, giliran ia sudah akan bertanggung jawab, Ira menolaknya. Sebenarnya mau Ira itu apa?
"Nggak bisa, Ra. Aku nggak bisa biarin kamu sendirian disaat kondisi kamu lagi hamil," Alden membuka dua kancing teratas dari kemejanya karena kepanasan. "Aku mau kamu dalam pengawasan aku."
"Kamu ngajak aku nikah, kamu cinta sama aku nggak?"
Alden tak langsung menjawabnya. Membuat Ira berdecih dan wanita itu sudah mengambil keputusannya. "Oke, kamu nggak cinta sama aku."
"Aku cinta sama kamu," ucap pria itu datar.
"Bohong," Ira kembali berdecih. "Kamu bisa ngawasin aku kapan aja, nggak harus nikah juga, kan? Den, aku mau nikah sama orang yang jelas aku cintai dan orang itu juga cinta sama aku. Dan sekarang, kamu sama sekali nggak cinta sama aku."
"Ira..."
"Den, aku udah pernah bilang sama kamu kalau we are just partner in sex. Aku juga nggak mau punya hubungan melebihi itu semua."
"Jadi, kamu mau aku tanggung jawab sama anak itu doang?" Ira mengangguk pelan. "Kenapa, Ra?"
"Karena aku nggak percaya sama yang namanya cinta, Alden," Ira menjawabnya tegas. "Kamu bisa miliki anak ini, tapi nggak sama aku."
"Aku nggak mau," balas Alden cepat. "Aku mau kita nikah."
Wanita itu menyerah dan terdiam. Sejujurnya ia terlalu malas jika harus mendebatkan hal ini, hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh Ira. Menikah, cinta, perasaan.
Jelas Ira tak mau itu terjadi di dalam kehidupannya.
"Minggu depan aku ke Bandung," ucap Alden sambil beranjak dari duduknya.
"Mau apa?"
"Mau lamar kamu. Dan kamu nggak boleh nolak," Alden berlalu meninggalkan Ira sendirian di kafe tersebut.
Jika sudah seperti ini, apa yang harus Ira lakukan?
***
A/N
Tiap Babnya akan pendek-pendek dan nggak akan lebih dari 1500 kata.
Kenapa? Ya mau aja gituuu.
Jangan lupa komentarnya kalau mau lanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Marriage ✔ [TERBIT]
RomantizmSudah terbit. Silakan cari di Gramedia atau toko buku online. Sebagian bab dihapus. ••• Kami menikah karena terpaksa. ••• #1 Special Story Series Start: 25/08/18 End: 21/10/18