BAB 7

130K 5.9K 156
                                    

Akhirnya bisa update lagi, hehe. Jangan lupa vote dan komentarnya ya:)

500+ vote dan komentarnya untuk Bab selanjutnya yaa

***
(Visual Alden, kalian bebas sih mau bayanginnya kayak gimana. Yang jelas Deva Mahenra itu Alden bange hahaha)

Alden berlutut sambil menundukkan kepala,  matanya melihat darah yang berceceran di lantai yang berasal dari sudut bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alden berlutut sambil menundukkan kepala,  matanya melihat darah yang berceceran di lantai yang berasal dari sudut bibirnya. Napasnya tersenggal-senggal, sedangkan sang ayah yang sedang berdiri di hadapannya hanya mampu mengacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajah sang ayah memerah dengan sorot mata yang tajam menatap anaknya itu.

"Bapak nggak habis pikir sama jalan pikiran kamu, Den," sang ayah mengembuskan napas panjang yang terdengar memburu. "Kamu ajak Bapak sama Ibu ke Bandung cuman mau membuktikan kalau kamu berhasil buat anak orang hamil?"

Alden terdiam. tangannya hanya mampu mengusap darah pada sudut bibirnya akibat pukulan keras dari sang ayah.

Satu jam yang lalu, mereka baru saja selesai merundingkan masalah yang terjadi diantara Alden dan Ira. Tentu saja ucapan ayah Ira yang berkata jika anaknya hamil karena Alden membuat ayah Alden geram dengan sikap anaknya selama ini. Dan hasilnya, sesampainya di hotel tempat mereka menginap, Alden dihajar habis-habisan oleh sang ayah yang dulunya memegang sabuk hitam dari olahraga taekwondo.

"Kelakukan kamu di Jakarta kayak gitu, Den?" sang ibu—Marlina, bersedekap sambil berharap jika ini mimpi baginya. "Ibu sama Bapak nggak pernah mengenalkan kamu sama pergaulan bebas."

"Alden khilaf," lirih Alden.

PLAKK!!!

Satu tamparan dari lagi dari tangan kanan Wijaya tepat pada sisi kiri wajah Alden yang membuat sudut bibir pria itu kembali mengeluarkan darah. "Nggak ada jawaban selain kata khilaf? Berapa kali kamu bilang seperti itu?"

Marlina yang terlihat sangat kesal dengan jawaban Alden pun turut berbicara, "Nggak ada yang namanya khilaf. Kamunya saja yang nggak bisa jaga hawa nafsu. Ditambah kamu juga nggak bisa ngelawan setan yang udah berusaha buat jebak kamu."

Alden kembali terdiam. Sebenarnya, Alden sudah menyangka jika ayah dan ibunya akan bersikap seperti ini kepadanya saat mengetahui jika Alden berhasil membuat Ira hamil. Jadi, Alden tidak terlalu syok dengan pukulan, tamparan, bahkan amarah dari ayah dan ibunya. Alden sudah siap untuk menerimanya.

"Masih untung orangtua Ira mau menerima kamu jadi menantunya. Coba kalau nggak? Mau disimpan dimana muka Bapak sama Ibu?" ucap Wijaya dengan tegas. "Pokoknya Bapak nggak mau tahu, orangtua Ira sudah kasih waktu satu bulan untuk kalian persiapkan pernikahan kalian."

"Iya, Pak," jawab Alden pelan dengan kepala yang masih menunduk dan posisinya yang berlutut.

"Bapak sama Ibu nggak akan bantu kamu. Persiapkan semuanya sendiri. Bapak sama Ibu masih kecewa sama kamu," Wijaya berjalan meninggalkan Alden menuju balkon kamar hotel.

Cold Marriage ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang