Eight

731 115 10
                                    

" Wendy Wendy Wendy Wendy Wendy."

" Ahkkggggg!!! Berhentilah Nayeon!!"

" Tidak akan. Wendy Wendy Wendy......"

" Hah~ percuma Wendy, lo engga akan menang lawan dia... Ngalah aja deh." Ucap Wendy sambil berjalan lemas menuju kelasnya.

" Oppa.. oppa bisa duduk di sana. Aku mau duduk sama Wendy." Kata Nayeon pada Seulgi.

" Jangan Seulgi! Tetap disini. Biarkan dia duduk di tempatnya." Kata Wendy sambil meletak tasnya di meja.

" Hehehe.." Cengir Seulgi melirik Wendy.

" Mwoya!?"

" Silahkan Nayeon~ besok-besok kalau mau duduk disini juga engga papa kok." Seulgi berdiri.

" Makasih oppa~ oppa tambah tampan deh." Nayeon mencubit pipi Seulgi sekilas lalu ia duduk dan meletakkan tasnya di sana.

" Jinjja!!!" Kesal Wendy melihat seulgi sudah pindah di sebelah kanan Jennie.

Jennie hanya menggeleng pelan. Lalu ia menatap seulgi lagi di sebelahnya.

" Wendy oppa~" panggil Nayeon melihat Wendy yang masih belum duduk.

" Heiiisss!!" Tangan Wendy rasanya sudah sangat gatal.

" Uhh~ kamu engga boleh kayak gitu sama wanita. Masa mau di pukul sih!" Nayeon menyipitkan matanya.

" Akhh!! Bisa gila gue!!" Wendy meremas-remas jaketnya.

" Wendy." Nayeon yang tadinya tersenyum menatap Wendy sekarang kembali suram.

Wendy berbalik. Dia melihat Irene yang berdiri di belakangnya dengan tangan yang memegang dua buku tebal.

" Ah! Pagi, Irene." Sapa Wendy.

" Pagi." Irene menoleh pelan melihat Nayeon.

" Ehh! Dia engga usah dilihat. Yang ada kalau kamu liat, mata kamu bakal buram seketika." Celetuk Wendy dan didengus kesal Nayeon.

" Mhh... I-iya." Irene pun duduk di kursinya.

Wendy langsung saja memberi juluran lidah pada Nayeon. Lalu ia ia berjalan duduk di kursinya.

Nayeon masih menatap diam punggung Irene. Dia sangat kesal dan ntah kenapa tangannya sangat ingin mencoba memukul wajah cantik Irene.

----

" Irene,.." bisik Wendy.

Irene berbalik melihat Wendy yang sudah memajukan badannya.

" Omo!" Kejut Irene mendapatkan wajah Wendy yang sudah dekat dengannya.

" Mianhe. Aku mengejutkanmu."

" G-gwae-gwaenchanha." Kaku Irene.

" Nanti kamu mau engga, makan daging sama aku? Di pasar daging." Ajak Wendy.

Irene diam. Dia diam bukan karena memikirkan ajakan Wendy, tapi karena menatap bibir Wendy di depan matanya.

" Bibirnya, menggoda sekali...."

" Irene, tahan. Jangan melakukannya! Disini ada banyak kaum Vanos." Faleria menghentikan niat Irene.

---

" Wendy, dia menyukai bibirmu." Ucap Presius.

" Mhh?" Bingung Wendy.

---

" Irene? Irene?" Panggil Wendy.

" Hah!?" Irene tersadar dari pandangannya di bibir Wendy.

" Mau?" Tanya Wendy lagi.

I just | Wolf ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang