Refando Mozatyo

1.2K 41 0
                                    

Refan memasukkan earphone kedalam telinganya. Memandang kedepan danau mencoba melupakan sejenak seluruh beban hidupnya.

Suasana di danau benar-benar membuatnya ingin tidur. Namun ketika menutup mata dering ponsel nya tiba-tiba saja bunyi.

"Hallo" sapa Refan.

"Saya kesana sekarang"

Setelah itu Refan mematikan sambungan sepihak, mengambil jaket nya dan pergi dari situ.

Setelah sampai disana Refan langsung menuju ruangan tempat tujuan nya. Kamar 44.

"Gimana dok?" Tanya Refan pada lelaki berumur yang memakai setelan jas berwarna putih.

"Ibu Sari baik-baik saja, hanya sedikit mengalami shock" ucap lelaki itu.

Refan mengangguk. "Terimakasih dok"

Refan duduk disamping wanita paruh baya yang dipanggil nya mama itu. Ada rasa kasihan akan keadaan ibunya. Ia tidak pernah berpikir ibunya akan seperti ini.

Sudah dua tahun Sari--ibunya Refan seperti ini. Ia mengalami trauma berat hingga kesehatan mentalnya terganggu saat kehilangan suami nya Reza karena kecelakaan yang sampai sekarang Refan tidak bisa percaya penyebab nya. Banyak mengatakan kalau Ayahnya dalam keadaan mengantuk saat mengendarai, namun yang Refan tau Ayah nya tak pernah lalai dalam hal apapun, dan soal mengantuk saat kecelakaan itu terjadi baru pukul 9 malam, hal ini semakin membuat Refan yakin ada unsur kesengajaan.

Ada yang sengaja menabrak mobil ayahnya!

Namun saat itu Refan masih berusia sangat muda, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memberitau orang apa yang dia curigai. Sudah sangat pasti dia tak di percayai.

Alhasil, Refan menyimpan nya sendiri. Namun dia bersumpah akan menuntaskan semua teki teki ini sendiri. Demi ibunya.

"Mama tenang aja, aku pasti bakalan tau siapa otak dibalik semua itu" ucap Refan lalu mencium tangan ibunya.

Refan berubah dingin bukan tanpa sebab, bukan bawaan lahir. Dia punya alasan sendiri.

Refan telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mempercayai siapapun.

Dia pasti menyelesaikan kesegajaan ini. Pasti.

Refan membuka aplikasi berwarna hijau nya saat melihat ada notifakasi masuk.

Putra : lo dimn, kesini.

Refan : ok

Setelah itu Refan mengambil Ponselnya dan jaketnya.

"Efan pamit dulu ya ma, nanti Efan balik lagi kok. Mama dijaga dulu sama mbak susternya. Dah ma"

Setelah sampai dirumah Putra, Refan langsung memarkirkan motornya di samping mobil Putra.

"Paan, gak penting gue pulang!" Ucap Refan tegas.

"Dih santay bosque"

Refan membalik bola mata malas, lalu duduk disamping satu-satunya sahabat yang ia miliki.

Putra mulai menjelaskan tujuan nya menyuruh Refan datang.

"Bisa gak?" Tanya Putra agak salah tingkah.

"Iya iya bisa"

Hening. "Gimana keadaan nyokap lo?" Tanya Putra sambil memainkan game di ponselnya.

"Ya masih gitu, belum sadar" ucap Refan.

"Yang sabar ya bro" ucap Putra

"Dih sok melankonis bangat loh" ucap Refan terkekeh.

"Ngerusak suasana aja goblok"

Refan terkekeh.

"Lo mending punya pacar aja deh Fan, kasihan tiap hari anak-anak liatnya lo bareng gue mulu" ucap Putra dengan Nada serius.

"Dih pacar buat apa, emang kenapa juga coba"

"Ya gue takut aja, lo di sangka homo sama gue, sejarah kan lo gak pernah tuh dekat sama satu cewek pun" ucap Putra dengan muka polosnya yang bagi siapapun yang melihat akan tertawa terpikal-pingkal.

Refan memukul kepala Putra yang sukses membuat nya mengaduh.

"Sembarang aja kalo ngomong!"

"Gue gak mau pacaran, ya karna gue malas aja sama berurusan sama cinta. Buang-buang waktu!"

"Sok banget lo gembel!, bilang aja gak ada yang mau!"

"Jangan salah ya, kalo gue mau aja seisi sekolah semua ceweknya gue pacarin! Secara gue kan Most wanted ditambah gue juga ketua osis" ucap Refan menyombongkan diri.

"Dih pede lo dugong!" Putra ingin menendang Refan namun Refan yang menyadari nya langsung berdiri.

"HAHA, tidak semudah itu Sutisna!" Ucap Refan meniru ucapan meme.

"Gila lo!" Setelah itu terjadi lah aksi saling kejar membawa bantal.

Refan hanya bisa jadi lebay, alay, norak, pentakilan, ketika bersama Putra. Entah kenapa, mungkin karna sejauh ini hanya Putra yang berada di dekatnya, hanya Putra yang tau semua tentangnya.

Akan kah semua tetap seperti ini? Mungkin.

"UDAH WOI CAPEK GUE!" Ucap Putra tertawa sambil memegang perutnya. Kecapean karna lari.

"Lagian siapa suruh mancing coba!" Ucap Refan sambil menetralkan detar jantung nya yang sudah tak karuan.

"Yang nyuruh lo kepancing siapa!" Balas Putra tak mau kalah.

"Heh kambing! Lo mancing ya gue kepancinglah dah tau gue emosian!" Kesal Refan.

"Lah, apa hubungannya sama lo emosian coba
?" Bingung Putra.

"Bodo amat nyet, serah lo aja!"

"Dih gitu aja ngambek, kayak cewek pms aja" ledek Putra.

"Bodo. Bodoamat!"

"Ketos ngambekkan ih" ucap Putra seraya menirukan suara bencong.

"Geli kampret! Cocok bangat asli. Huahhahaha"  ucap Refan sambil terngakak.

"Nyebelin lo!" Putra memutar mata malas. Niatnya ingin membuat Refan berhenti kesal eh malah di ledek.

**

Lanjut, maaf kependekkan😂

Ok itu mungkin sedikit ngejelasin kedekatan Putra dengan Refan.

Sip lanjut.

Recla (My Possesive Girlfriend!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang