[8]

1.3K 40 4
                                    

Aku Rindu.
Jangan tanya kenapa. Sebab aku tidak tau.

-authorlagigalau:v

***

Entah hanya gadis ini saja yang merasakan atau memang setiap hari minggu gravitasi tempat tidurnya menjadi sangat besar.

Gadis itu kini tengah bergelut manja dengan selimut, menikmati mimpi indahnya.

Sayang, sepertinya kakak sang gadis tak akan membiarkannya terus bermimpi.

"Ra woi! Bangun ga!" Rava terus mengoyangkan badan Clara.

"Emmh~apaan sih" ucap Clara masih dengan mata tertutup lalu kembali memposisi nyamankan tubuhnya.

"Eh anak gadis gak boleh tidur sampai siang!" Pekik Rava dengan terus menggoyangkan badan Clara. Sedangkan Clara hanya membalas dengan deheman.

"Ara ish! Gue siram nih ya!" Kesal Rava.

Clara akhirnya mengalah. Kini ia tengah dalam posisi duduk, ia masih berusaha menggembalikan nyawanya.

"Cuci muka sana! Gue tungguin dibawa." Ujar Rava lalu meninggalkan Clara yang masih belum sepenuhnya sadar.

Saat Rava menutup pintu, kepala Clara tiba-tiba terasa berat kebelakang. Gadis itu kembali menjatuhkan kepalanya dibantal. Kembali bermimpi.

***

"

Gimana sekolah kamu sayang?"

"Baik-baik aja Ma" Ucap Refan sambil membantu ibunya naik keatas Kursi Roda. Sejak kemarin kondisi Sari sudah lebih baik. Ia sudah mulai banyak tersenyum daripada termenung. Kata dokter kalau Sari harus dibanyakkan dengan hal-hal bahagia, karena kalau diingatkan dengan hal-hal yang menyedihkan akan membuat kondisinya kembali menurun lagi.

Hal ini tentu sangat membuat sang Anak bahagia, Refan sangat merindukan ibunya yang ceria.

"Mama mau Efan suapin?" Ucap Refan. Panggilannya memang Efan jika sedang bersama Sari. Sari hanya mengangguk.

Lelaki itu mengambil makanan khas rumah sakit yang sudah disediakan perawat dan mulai menyuapi Sari.

"Efan"

Sang empunya nama menoleh pada sang pemanggil. Ia sudah selesai memberi makan.

"Kenapa Ma?"

"Mama minta maaf ya, gara-gara Mama yang belum bisa nerima kematian Papa kamu, jadi kamu yang harus repot ngurusin Mama" Ucap Sari lirih. Merasa sangat bersalah pada anak semata wayangnya. Seharusnya ia bisa mengikhlaskan karena bagaimana pun ia mempunyai seorang anak yang harus dihidupkan meski sendiri.

"Mama ngomong apa sih. Efan gak suka Mama ngomong gitu" Refan menarik Sari kedalam pelukkannya, membiarkan Sari yang kini sudah terisak.

"Mama ibu Efan mana mungkin Efan Repot. Pokoknya jangan ngomong gitu. Efan sayang Mama" Refan menguatkan pelukkan nya sambil memejamkan matanya.

"Mama juga sayang Efan" Sari kembali terisak.

Setelah kejadian tersebut, Sari tertidur. Refan membereskan tempat makan dan minum milik rumah sakit kemudian mengambil jaket nya. Sebelum pergi ia mencium kening sang ibu.

"Efan pergi dulu ya Ma"

***

"ASTAGA CLARA!"Pekik Rava setelah melihat Clara yang kini kembali tertidur. Gadis itu kini tengah memeluk bantal peluknya.

"CLARA BANGUN GAK LO! GUE SIRAM BENARAN NIH!"

Clara berdecak kesal. "Brisik lo!" Ketusnya.

"ASTAGA, ADEK GUE KURANG AJAR BANGAT YA TUHAN" Seru Rava seperti orang teraniaya.

Clara mendiamkan Rava. Kembali memejamkan  mata.

"Clara bangun dong! Makan dulu" Suara Rava sudah mulai mengecil.

"Iya iya" Ucap Clara sembari bangun.

"Bagus. Yaudah bangun loh ya, awas kalau tidur lagi!" Ucap Rava kembali meninggalkan Clara.

Clara melirik jam dindingnya. 10:45. Gadis itu segera bangkit dari kenyamanannya lalu berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi, Clara menganti pakaian dengan pakaian santainya. Ia mengambil ponsel lalu berjalan turun ke lantai bawa, disana sudah ada Rava yang tengah menonton. Rava yang menyadari kehadiran Clara lantas berbalik menatapnya.

"Nah gitu dong! Kan enak mandangnya" ucap Rava seraya terkekeh sedangkan Clara mendengus. Ia memfocuskan matanya pada makanan yang sudah disiapkan Rava di meja makan.

Segera Clara menyambar makanan itu, mengisi lambungnya yang tengah kosong meminta diisi.

Ting Nong!

Bunyi bel rumah berbunyi, hal ini membuat Rava dan Clara menghentikan aktivitas mereka.

"Buka gih Va!" Teriak Clara.

"Lo aja Ra! Malas gue"

"Ye gue lagi makan, lo aja sana!"

Rava akhirnya mengalah lalu berjalan menuju pintu. Setelah Rava membuka pintu, Rava menemuhkan seorang cowok yang sepertinya seumuran dengan Clara.

"Siapa lo" ucap Rava datar.

"Gue Refan" ucap Cowok itu tak kalah datar.

Rava mengangkat satu alisnya, sama sekali tak mengenal lelaki ini.

"Nyari siapa?" Tanya Rava lagi.

"Clara"

Rava semakin kebingungan. Siapa cowok ini? Bahkan Rava tidak ingat jika Clara pernah menceritakan cowok bernama Refan padanya. Lalu apa hubungan cowok ini dengan adiknya?

"Hubungan apa lo sama adek gue?" Ucap Rava dingin.

"Oh adik lo, gue mau jalan sama dia" Refan sepertinya tak perduli mau siapapun didepannya kini. Ia malah menjawab pertanyaan Rava dengan dingin.

"Berani juga nih cowok" ujar Rava dalam hati.

"Kemana? Lo siapanya Clara? Gue gak pernah dengar nama lo perasaan. Apa tujuan lo ngedekatin adik gue?" Ucap Rava dengan gaya posesif nya.

Refan merasa risih dengan pertanyaan Rava lantas mengalihkan pembicaraan.

"Claranya ada?"

"Bentar." Rava berucap datar lalu meninggalkan Refan berjalan kedalam rumahnya.

"Ada cowok didepan nyariin lo, siapanya lo?" Tanya Rava dengan mata menyelidik.

Clara menurunkan kedua alisnya. Cowok? Mencarinya? Siapa? "Siapa?"

"Tau, dia bilang namanya Refan"

Sontak Clara yang sedang minum menyumbratkan air minumnya.

"SIAL GUE KAN ADA JANJI SAMA REFAN HARI INI KE PASAR MALAM!"

Tapi tinggu, bukankah janjinya malam, mengapa Refan datang sesiang ini?.

***

TBC
Siap2, part berikut ada 'sesuatunya' wkwk
Lama tidak bertemu~~😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Recla (My Possesive Girlfriend!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang