*Flashbackonn
Keenan berjalan kearah rumahnya dengan langkah cepat. Takut jika mamanya mencari keberadaannya.
"Loh kok rumah sepi. Apa mama keluar yah?" ucap Keenan pada dirinya sendiri.
"Mama. Mama" ucap Keenan sambil mengetok-ngetok pintu rumahnya yang terkunci.
"Kayaknya mama pergi deh. Mungkin sama papa. Lagian mobilnya gak ada" ucap Keenan.
"Apa gue tunggu aja?" ucap Keenan menimang-nimang.
"Gue ke danau lagi aja deh. Mumpung suasana danau tadi cantik banyak lampu-lampunya" ucap Keenan dan langsung berlari kembali ke arah danau.
Keenan sengaja berjalan santai sambil sesekali bernyanyi-nyanyi.
"Hiks gue benci hidup gue. Gue benciiiiiii. Gue pengen mati"
"Itu bukannya suara Kiara? Tapi masa iya Kiara belum pulang" ucap Keenan.
"Hiks hiks gue benci hiks sama hidup gue"
"Iya! Itu beneran Kiara" ucap Keenan seraya berlari kencang ke arah danau. Takut jika terjadi sesuatu pada Kiara-nya
"Keenan..... Gue butuh lo hiks. Gue butuh lo sekarang Ken. Lo dimana?"
Keenan masih mendengar ucapan Kiara sambil terus berlari ke arah danau
"Hiks lo dimana Ken, gue butuh lo hiks"
Entah mengapa danau terasa begitu jauh karena Keenan masih terus berlari.
"Kennn gue butuh lo disini hiks"
"Fiuuhh.." Keenan sampai di depan danau dengan ngos-ngosan karena berlari.
"Gue disini Ra"
#Flashbackoff
ucap seseorang yang berada dibelakang Kiara. Lantas Kiara menoleh kebelakang mendapati Keenan yang kini tersenyum kepadanya. Membuat hati Kiara mendesir hebat.
"Kenn hiks" ucap Kiara parau dan langsung berlari menyusul Keenan dibelakangnya.
Satu-satunya yang ingin Kiara lakukan kali ini adalah memeluk tubuh Keenan yang selalu bisa menenangkannya.
Dan itulah yang kini dilakukan Kiara. Menumpahkan semua air matanya pada baju Keenan. Tak lupa balasan pelukan dari Keenan yang semakin menyiratkan ketenangan pada diri Kiara.
"Hiks hiks hiks Ken. Ken hiks hiks. Gue pengen mati hiks" ucap Kiara masih dalam pelukan Keenan.
"Ssttt lo gak boleh ngomong kayak gitu. Gak boleh" ucap Keenan yang masih terus berusaha menenangkan Kiara yang kini bergetar hebat.
"Abisnya gimana Ken, gue udah capek sama kehidupan gue" ucap Kiara parau.
"Kiara, liat gue" ucap Keenan sambil menengadahkan wajah sembab Kiara untuk menatapnya. Tak lupa tangannya yang kini berpindah ke bahu Kiara.
Setelah saling berhadapan, Keenan menatap lekat² wajah Kiara yang sembab sebelum memulai ucapannya.
"Kiara, lo gak boleh ngomong gitu. Lo udah cukup beruntung karena terlahir ke dunia. Gak semua orang bisa lho. Dan gue tahu kalo tuhan itu sebenarnya sayang sama lo. Tuhan kasih cobaan dan masalah ke lo karena Tuhan tahu lo bisa selesain sendiri. Tuhan tahu lo mampu atasi semua masalah lo. Bahkan masalah terberat sekalipun. Lagipula, setiap manusia pasti punya masalah. Bukan cuman lo kok. Gue juga tahu lo cewek yang kuat. Yang bisa hadapin semua masalah. Dan sekarang, lo punya gue. Gue siap jadi orang yang bakalan dengerin semua keluh kesah lo. Gue janji. Kapanpun lo butuhin gue, gue bakal selalu ada buat lo" ucap Keenan sangat tulus sampai-sampai Kiara kembali meneteskan air matanya.
Keenan kembali memeluk tubuh Kiara. Menjadi penopang tubuh kecil Kiara.
"Sekarang, lo bisa ceritain semua ke gue. Keluarin semua kesedihan lo selama ini. Tumpahin semua air mata lo ke gue biar gak ada lagi air yang jatuh dari mata cantik lo itu" ucap Keenan setelah mereka berdua telah duduk dipinggiran danau.
Kiara menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya.
Keenan masih memperhatikan Kiara yang sebentar lagi akan menceritakan kesedihannya.
"Orang tua gue cerai waktu gue masih dalam kandungan. Gue dua bersaudara dan kakak gue berumur diatas 8 tahun dari umur gue. Keadaan sebelum gue lahir memang baik-baik aja. Papa gue mutusin buat cerain mama gue karena dia punya perempuan lagi yang sebelumnya mereka sudah menikah sirih. Mama kecewa sama perilaku papa yang selalu nyakitin dia, jadi mama mutusin buat pindah ke tempat orangtuanya. Dan disanalah gue lahir."
"Lahir tanpa ada seorang ayah disamping gue. Gak ada ayah yang nimang gue, jagain gue, nemenin gue. Gak ada. Mama awalnya masih sayang sama gue sama kayak orang tua pada umumnya. Tapi setelah gue menginjak umur enam tahun, mama berubah"
Tes...
Air mata Kiara jatuh dan dengan cepat disekanya.
"Mama jadi benci sama gue, sering marahin gue, dan selalu nyalahin gue. Gue gak tahu apa-apa karena emang waktu itu gue masih kecil. Sampai umur gue sepuluh tahun, akhirnya gue tahu semuanya. Mama sendiri yang bilang ke gue. Dengan amarah tentunya"
"Mama selalu bilang kalo gue itu anak sial, anak pengacau keluarga, dan mama bahkan bilang kalo dia nyesel lahirin gue ke dunia. Gue udah cukup sabar dengerin itu semua setiap harinya. Gue udah selalu sabar dengerin makian mama. Tapi gue gak bisa sekuat yang gue pengen. Nyatanya, gue cuman anak perempuan dua belas tahun yang cuman bisa nangis dalam diam"
"Gue pikir, mama mungkin bener karena nyebut gue sebagai anak sial. Karena faktanya emang kayak gitu. Sekarang gak ada orang yang sayang sama gue. Gue gak punya siapapun. Gue miskin kasih sayang. Dan soal kenapa gue balik lagi kesini-hiks"
"Mama nampar gue. Iya mama gue sendiri nampar gue. Dia bilang gue anak yang gak tau diuntung. Hiks mama bilang-"
"Udah udah. Gak usah dilanjutin. Lo jangan nangis lagi. Gue gak suka ngeliat lo nangis kayak gini" ucap Keenan menenangkan Kiara yang kini hanya menundukkan kepalanya. Masih menangis tentu saja.
"Kiara, ada masanya lo akan bahagia. Lo taukan kalo roda itu berputar. Sama kayak sekarang. Mungkin kali ini lo ada dibawah, tapi gue yakin suatu saat nanti lo bakalan ada dipaling atas. Udah yah jangan nangis lagi" ucap Keenan sambil menghapus jejak-jejak air mata yang masih tergambar jelas diwajah Kiara dengan lembut.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
All Of My Life
Non-FictionKedatangannya mungkin tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Tapi, kepergiannya yang justru tidak pernah kuinginkan, justru terjadi sekarang. Harapan bahwa dia akan datang kembali selalu kudambakan. Berharap orang itu kembali membawa kebahagiaan. Di...