Jaman sekarang gak harus cowok dulu yang ungkapin perasaan. Cewek juga boleh. Karena kalo gua nggak ungkapin perasaan, yang ada gua malah nunggu hal-hal yang nggak pasti, dan asal lo tau nunggu itu capek.
Sebelum baca jangan lupa tekan vote. Karena vote itu geratisss!!! Ingat, GERATIS!
"Jadi, ini pertanyaan terakhir ya buat kamu, kamu suka sama kakak ?" tanya Dendy menyelidik.
D
eg...
Entah kenapa Dian menjadi gugup, napasnya terasa tercekat. Dian menelan salivanya.
"Ha...harus jujur ya kak?"Dian terbata-bata.
Dendy menganggukan kepalanya."A...aa...aku."Dian menarik napas untuk menenangkan perasannya saat ini.
"Aku suka sama kakak."
Deg...wajah Dian sekarang sudah seperti kepiting rebus, dia langsung menundukan kepalanya. Ini pertama kalinya bagi Dian mengungkapkan perasaan.
"Hmm."Dendy tersenyum simpul. Dia mengelus lembut rambut Dian.
"Terima kasih kamu udah suka sama kakak, tapi maaf, kamu suka sama orang yang nggak tepat. Kakak cuma mau kasih ketegasan aja, kakak perhatian kekamu karena kamu sudah kakak anggap adik sendiri." Dendy membalikan badan membelakangi Dian.
"Jadi ini sebuah penolakan kak?" Suara Dian terdengar sedang mehanan tangis.
"Mungkin saja. Kamu boleh keluar, masih ada yang harus kakak wawancarai." Dendy mengatakan itu tanpa membalikkan badannya.
Dian keluar ruangan itu, dengan air mata yang hampir jatuh. Dian mengintip keluar, Dian mencoba kabur dari teman-temannya. Dian tidak ingin temannya mengetahui bahwa ia hampir menangis, saat dirasa sudah aman, Dian langsung lari kocar kacir menuju taman sekolah.
🚀
"Hiks...hiks...hiks..." Terdengar suara sesenggukan. Gadis itu sedang duduk dibangku taman sekolah, untungnya saat itu sedang sepi. Gadis itu tidak tahan lagi membendung air matanya, baru pertama kali ini dia menungkapkan perasannya duluan terhadap seorang laki-laki, dan sialnya dia ditolak.
"Huhhh...berani banget si dia tolak aku, kalo gak suka kenapa buat baper coba." Dian menggerutu sambil menendang kerikil kecil, tangisnya sudah mereda.
"Arghhh...."Dian melampiaskan semua kekesalannya lalu kembali menedang beberapa kerikil kesembarang arah. Tanpa sengaja kerikil itu mengenai kepala seorang laki-laki yang lewat. Dian yang menyadari itu langsung membalikkan badan. Laki-laki itu berjalan kearah Dian.
"Mampus gua." Dian mengumpat.
"Lo kan yang nendang kerikil sembarangan?"
Tanya laki-laki itu.
Dian sama sekali tidak bergeming."Gua ngomong sama lo."Laki-laki itu sengaja berputar kedepan Dian. Dian menunduk takut.
"Ish, lo takut banget ya sama gua, emang gua apaan, setan?".
Dian mendongakan kepalanya.
"Hahh..lo?" Pekik Dian."Dian?."Laki-laki itu menatap Dian lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Buper
Fiksi Remaja"Nah jadi gini, gimana kalo kita ikut seleksi anggota ekskul pramuka, siapa tau bisa rubah nasib kita yang gini gini aja?"Tanya Tari. "Lo sakit Tar?, sejak kapan lo mau ikut organisasi beginian? Eh naa, lo apain dia sampe jadi gini?" Dian dengan leb...