Daftar

868 21 7
                                    


"Bagi yang ingin mengikuti seleksi anggota kegiatan pramuka agar dapat kehalaman segera! Terima kasih"

Ciiiiiitttt

Dian menghela napas kasar. "Ya ampun, bisa gak sih kalo ada pengunguman gak usah keras keras ngomongnya, sekali lagi ni amplifier bunyi bisa budek telinga gue"
Dian mengomel sambil nunjuk nunjuk amplifier yang dekat dengan tempat duduknya.

"Eh yannn, lo itu kalo mau marah jangan sama benda mati dong, ngomong aja tu langsung sama bapak kepsek bilangin kalo toanya ngeselin." Nia menimpali omelan Dian.

"Woiii...woiii" Dian merasa ada yang mencolek bagian pantatnya. Omaygat ini pasti kerjaan Tari.

"Apaansih lo, mau gua omelin juga tuh kaya si toa?!"

"Ihh...eneng Dian kok sensian banget si, lagi pms yaa" ledek Tari

"Gua tebak Tari benar 100%" Timpal Ina dengan tawa ganasnya.

4 makhluk hidup itu tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan, Bu Fani, guru terkiller disini.

"Yaudah kembali ke topik, lo denger pengunguman tadi kan?" Tari menatap Dian dan Nia secara bergantian.

"Yaampun lo colak colek pantat semok gua cuma buat nanyain itu, gak penting banget si. Ternodai sama pulpen lo ni pantat gue." Dian mengusap ngusap pantatnya.

"Iyanih si Tari gapenting banget, yaiyalah gua sama Dian denger, toa segede gitu kalo gak denger selamat telinga anda bermasalah." Nia bertepuk tangan sambil tertawa kecil.

"Nah jadi gini..."

"Yaampun kok kita bisa barengan ya ngomongnya, jangan jangan kita jodoh lo Tar." Ina menampilkan wajah soimutnya.

"Sumpah gua jijik."
"Nah jadi gini, gimana kalo kita ikut seleksi anggota ekskul kepramukaan, siapa tau bisa rubah nasib kita yang gini gini aja?"Tanya Tari.

"Lo sakit Tar?, sejak kapan lo mau ikut organisasi beginian? Eh naa, lo apain dia sampe jadi gini?" Dian dengan lebaynya meletakan telapak tangannya ke pelipis Tari. Ina emang lebih aktif diorganisasi daripada Dian, Nia, dan terutama Tari, salah satu spesies termalas didunia.

"Iya kemarin gua santet si....tharhihddjbppkg."
Belum selesai Ina ngomong sudah dibekap sama Tari.

"Gua kemarin habis bertapa dari bromo, terus dapat hidayah deh buat jadi famous gua harus ikut organisasi kayak Ina." Cerocos Tari sambil membekap mulut Ina yang tak berdosa.

"Anjirrr....tangan lo bekas apaansih bau banget" Hardik Ina yang sudah menyingkirkan tangan Tari.

"Tadi gua habis kentut, biar bisa bagi- bagi baunya sama lu jadi gua kasih deh, gua baikkan?, hehe."

"Terima kasih teman terbaikku" Ina menyahut dengan muka jengkel.

"Jadi gimana nih, mumpung lagi ada kesempatan?"

"Gak ah, gua gamau, lagian sekarang lagi dipelajaran bu Fina, masa lo mau
keluar lagi? Lupa sama hukuman kita minggu lalu?"Dian menolak mentah mentah.

"Yaampun mana mungkin gua lupa, waktu itu sumpah malu banget, masa disuruh keliling lapangan 5 kali terus sambil teriak KAMI JANJI GAK BOLOS LAGI. Gamau deh gua kejadian lagi."Timpal Nia.

Tiba tiba ada dentuman langkah kaki yang semakin mendekat. Tuk...tuk...tuk....

"Mampuss" batin Dian

"Eh ibu cantik" Nia berusaha merayu bu Fina.

"Yaampun Nia, mana mungkin guru killer kayak gitu mempan digodain" batin Ina

Berawal Dari BuperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang