02

1.6K 262 26
                                    

"Hei, ini nih." Theo menyodorkan sebotol air pada Bianca.

"Thanks? Padahal gue bisa ambil sendiri."

"Ya gapapa, sekalian." Theo lalu duduk di samping Bianca. "Capek?"

"Capek sih, tapi seru."

Hari ini keduanya mengikuti acara puncak dari recruitment BEM. Acara 3 hari 2 malam di kampus mereka dengan berbagai agenda seperti simulasi rapat berikut regulasinya dan pengenalan tiap 'kementrian' dalam BEM, game, dan lain lain.

"Besok malem terakhir wawancara kementrian kan ya? Lo milih apa?" Tanya Theo.

"Gue? Hmm, Kominfo mungkin. Lo?"

"PSDM, atau gue ganti Kominfo juga ya?"

"Lah kenapa? Di PSDM, kerjaannya kan ngadain event sama brainstorming mulu tuh, cocok sama lo yang selalu ngasih ide ide fresh."

"Ya tapi kalo gue di PSDM, kita gak bakal kerja bareng dong."

Bianca tertawa. "Kominfo kerja sama semua kementrian lain kali, kalian kalo ada info yang mau di share kan gak bisa begitu aja kalian yang share."

"Yaudah nanti tiap gue ngadain event, gue mau lo aja yang ngurusin jaringan komunikasinya."

"Mana bisa gitu sih, ngaco banget. Satu kementrian pasti terlibat lah." Lalu keduanya tertawa.

"Woy, malem malem gini yang lain pada di sekre lo berdua masih disini. Ngapain?" Yasmine mengagetkan keduanya.

"Ini baru mau ke atas kok Yas." Balas Bianca.

"Yaudah kalo gitu gue duluan." Theo pergi untuk menaiki tangga ke sekretariat BEM yang terletak di lantai paling atas gedung.

"Tadi sama Theo ngomongin apa?" Tanya Yasmine ketika langkah Theo terdengar semakin sayup.

"Soal kementrian, dia tanya mau masuk kementrian mana. Gitu doang."

"Terus dia mau masuk mana? PSDM?"

"Itu tau, ngapain tanya gue lagi."

"Baguslah, abis gue juga maunya PSDM. Hehe."

"Terus aja ikut ikut Theo, gila ya lo, suka sama orang segitunya amat."

"Itu Theo si sempurna luar-dalem ya, bukan sembarang cowok. Cuma orang gak waras yang gak tertarik sama cowok macem Theo."

"Gue gak waras dong?" Dua gadis cantik itu lalu tertawa tawa, namun tidak lama Bianca berhenti karena melihat panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Kenapa didiemin?" Tanya Yasmine karena Bianca hanya diam menatap layar ponselnya.

"Sultan." Akhirnya Bianca menjawab. "Gue angkat ini dulu, lo ke atas aja duluan."

























"Lo mau apa lagi?"

"Gue mau kita balikan. Lo dimana? Gue depan rumah, ayo ngobrol langsung aja."

"Tan, gue gak mau kita bahas soal ini lagi karena gue udah gak punya pikiran buat balikan sama lo. Dan lagi, gue gak di rumah."

"Lo dimana, gue jemput."

"Gak bisa, gue ada acara."

"Acara apa jam segini? Lo gila? Ini udah jam 11 malem!"

"Ya lo juga gila kali nyamperin rumah gue jam segini?"

"Bi, please. Gue masih sayang sama lo. Lo gak mau diganggu selama kuliah padahal kita sering ketemu, gue turutin. Lo pengen jarak, gue turutin. Gue juga udah minta maaf meskipun entah lo dengerin apa engga. Sekarang gue cuma pengen kita ketemu dan ngobrol, bisa ya?"

"Emangnya kita harus ngomongin apa lagi? Gue udah bilang kalo gue gak punya pikiran buat balikan lagi sama lo. Gue udah ngasih lo kesempatan kedua, tapi tetep aja lo ngelakuin hal yang sama. Buat apa gue balikan sama lo kalo buat diselingkuhin lagi, Tan? Sakit tau gak?"

"Gue gak bakal gitu lagi, Bi, gue udah berubah."

"Bullshit, Tan. Gak ada orang yang bisa berubah secepat itu."

"Ada, gue."

"Engga. Denger ya, we're broke not bent, kalo terus terusan dipaksain yang cuma luka."

"Lo gak bakal terluka lagi karena gue udah berubah, Bi."

"Gue gak percaya!" Bianca berteriak frustasi, berharap pembicaraan ini cepat berakhir. "Pokoknya udah gak ada yang namanya balikan di kamus hidup gue. Yang rusak ya rusak aja, harus ditinggalin, gak ada gunanya balik lagi karena pasti gitu gitu lagi ujungnya. Jadi, tolong berenti ya Tan karena gue gak bakalan denger lagi."

























"Bianca, kok lo gak naik—" Theo berhenti bicara saat sadar Bianca habis menangis. "Lo gapapa?"

"Engga kok, ah..." Bianca diam waktu ponsel di tangannya bergetar lagi dengan nama Sultan di layarnya.

"Gak diangkat?" Bianca menggeleng. "Sini biar gue aja."

Theo mengambil ponsel Bianca tanpa menunggu jawaban dan mengangkat panggilan.

"Halo? Gue cowok Bianca yang baru. Iya, Bianca udah sama gue. Gue siapa? Theo. Iya, yang anak Elektro. Wajar kalo lo gak tau karena gue sama Bianca baru aja jadian. Iya, gue minta lo jangan telfonin cewek gue lagi. Lo macem macem lagi, gue samperin. Oke, great."

"Yo, gila kali lo." Kata Bianca waktu Theo mengembalikan ponselnya.

"Ada cara lebih baik? Cowok gak bakal berenti kalo gak tau cewek yang dikejarnya udah jadi punya orang."

"Ya tapi... ah, yaudalah makasih Yo. Sorry ngerepotin."

"Coba kalo beneran."

"Hah gimana?"

"Engga. Ke sekre yuk? Yang lain udah nunggu."

Vacation [Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang