Still (1)

561 25 23
                                    


Gintoki gelisah berbaring di futonnya, matanya bergerak-gerak meskipun ia sudah mengatupkan matanya yang berusaha untuk tidur lagi. Terkadang ia menendang-nendang selimutnya kesal.

"sheeesssshhh ...." jeritnya mengeluh terbangun dari posisinya dan menggaruk-garuk kepalanya.

Jam masih menunjukkan jam 6 sore, Gintoki memutuskan untuk tidur lebih lama lagi karena siang ini dia kelelahan  bekerja dengan dua 'anak'nya. 

Ia masih terduduk di tempatnya.

"mimpi itu lagi..." bisiknya pada diri sendiri dan mengusap wajahnya.

Sedikit semburat merah muncul di kedua pipinya membayangkan mimpi yang baru saja ia alami.

"dari sekian wanita kenapa harus dia" Gintoki menghembuskan nafasnya pelan.

Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"apa karena efek ramuan cinta itu masih berpengaruh..?" gumamnya lagi bertanya-tanya dengan pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya.

Ia bangkit berdiri dan mengganti pakaiannya dengan kimono putih bermotif putaran angin berwarna biru kebesarannya sebelum memakai kemeja dan celana hitam didalamnya.

"Kaguraaaa....!!?" teriaknya di depan kloset tempat tidur gadis bersurai vermilion itu.

"ah aku lupa dia pergi dengan Soyo.."

Mata ikannya memutari ruang tamu rumah sewaannya yang lumayan bersih setelah megane eh Shinpachi yang rutin membersihkannya.

"Pattsuan asik ngidol ...." keluhnya dengan mata datarnya.

Gintoki memutuskan untuk pergi yang dia sendiri tidak tau mau pergi kemana.

"oii TENPA!!! Bayar uang sewa sekarang juga!!!" teriak seorang nenek dibawah saat baru saja Gintoki melangkahkan kakinya dua tiga langkah menjauh dari kedai Otose.

Gintoki mengangkat tangannya tanpa berbalik dan berucap "kaboooooorrrrrr..." dia memutuskan untuk lari secepat mungkin sebelum Otose melemparinya dengan sapu dan centong nasi.

---

Dengan mata datarnya Gintoki tiba di sebuah lift dan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya yang singgah di red district atau Yoshiwara.

"kenapa aku kesini?" ucapnya ke diri sendiri yang bingung dengan muka malasnya, tangan sebelah kirinya ia selipkan diantara kimononya dan berkeliling memutari daerah itu yang penuh dengan wanita-wanita cantik yang menawarkan pelayanan padanya.

"aah lumayan bisa minum sake gratis hehe .." gumamnya pelan mengingat ia adalah orang yang menyelamatkan penduduk disana agar bisa menatap matahari dan membebaskan mereka dari sang raja malam, Housen. Bahkan ia juga diberi gelar penyelamat Yoshiwara.

Meskipun terletak jauh dari permukaan tapi Yoshiwara juga daerah yang tidak sepi dari indahnya tawaran dunia. Hiburan malam yang menyediakan layanan wanita-wanita cantik, mabuk-mabukkan dan menjanjikan kenikmatan.

Gintoki berkeliling entah apa yang ia cari, hatinya mendesaknya untuk mencari sosok wanita yang akhir-akhir ini menghantui mimpinya.

"dimana wanita itu biasanya dia sudah berpatroli kalau jam segini.." gerutunya tanpa sadar.

Ia mengacak rambut ikalnya frustasi.

"sheeesshh ... Apa yang ku pikirkan? Kenapa aku harus mencari wanita yang hobinya melempari kunai ke kepalaku!!" bentaknya ke diri sendiri. Ia melangkahkan kakinya berbalik sebelum ia terpaku membeku. Jantungnya berdetak dengan cepat tidak biasanya, ia menangkap sosok wanita berkimono hitam dan bermotif daun maple berwarna jingga di depannya. Ekspresi dinginnya tidak lepas dari wajah cantiknya yang diterpa bulan yang bersinar dengan terangnya malam itu.

Still (Hiatus)Where stories live. Discover now