Part - 03

4.4K 249 2
                                    

           Tengah malam, Prilly terbangun dari tidurnya, entah mengapa kepalanya terasa sangat pusing, dan juga sedari tadi ia keluar-masuk kamar mandi, untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, tak ada yang keluar sama sekali. Padahal, ia merasa sangat mual. Kini, ia duduk berseder diatas pembaringannya. Ia menatap Ali yang sedang tertidur pulas. Ingin rasanya ia membangunkan Ali, dan menyuruhnya memijat kepalanya yang terasa sangat pusing. Tapi, ia tak tega. Karena Ali pasti sangat lelah. Prilly kembali membekap mulutnya, rasa mual kembali menyerangnya. Dengan cepat ia berlari ke arah wastafel.

         Prilly kembali bersender dengan wajah pucatnya. Perutnya terasa dikocok-kocok. Ia kembali menatap Ali yang terlihat begitu damai dalam tidurnya. Sebelah tangannya, kemudian terulur menepuk bahu Ali. Ia terpaksa harus membangunkan Ali, karena ia benar-benar butuh bantuan untuk meringankan pusing dikepalanya. Prilly menepuk bahu Ali berkali-kali seraya memanggil nama Ali dengan pelan. Tak lama, Ali pun terusik. Ia membuka matanya perlahan dan menatap Prilly.

          "Sayang, ada apa?" Tanya Ali dengan suara seraknya. Prilly menatap Ali sendu. Tiba-tiba saja ia ingin menangis saat ini.

           "Hiks--gak bisa tidur lagi, pusing." Ali langsung terbangun melihat Prilly kini malah menangis.

           "Kok nangis sih?" Tanya Ali bingung.

          "Dari tadi pusingnya gak ilang-ilang, mualnya juga terus-terusan. Hiks aku capek bulak-balik kamar mandi terus." Jelas Prilly diiringi deraian airmatanya. Perasaan bingung kini berubah menjadi panik, saat Ali baru menyadari ternyata wajah cantik istrinya kini terlihat pucat.

          "Kita ke rumah sakit, ya?" Ajak Ali seraya menghapus airmata Prilly.

         "Gak mau, besok aja ke rumah sakitnya." Tolak Prilly seraya menggelengkan kepalanya.

         "Trus gimana? Kamu gak bakalan bisa tidur kalo kayak gini." Ucap Ali bercampur nada khawatir. Sejujurnya, Ali belum pernah melihat Prilly sepucat ini. Maka dari itu, sekarang ia terlihat sangat panik.

          "Pijitin aja sama kamu," sahut Prilly menatap Ali dengan tatapan memohon. Ali menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menganggukkan kepalanya. Toh, ia tak bisa menolak keinginan istrinya. Karena istrinya sangat tidak suka akan penolakan. Ia juga tak bisa terus memaksa Prilly agar mau ke rumah sakit, karena Prilly sangat tidak suka akan paksaan. Membingungkan, bukan?

          Kemudian, Ali membantu Prilly merebahkan tubuhnya. Setelah itu, Ali beralih duduk disamping Prilly dan mulai memijat kepala Prilly dengan hati-hati. Prilly meringis seraya memejamkan kedua matanya karena rasa sakit menjalar keseluruh permukaan kepalanya.

         "Sakit, ya?" Tanya Ali panik. Prilly kembali membuka kedua matanya, menatap Ali, kemudian menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin membuat Ali bertambah panik. Ali kembali memijat kepala Prilly, hingga lama-kelamaan, kedua mata Prilly terasa berat dan tanpa sadar, ia tertidur.

         Ali melepas pijitannya saat melihat Prilly memejamkan kedua matanya dengan nafas yang teratur. Ali menghela nafas lega, akhirnya istrinya tertidur. Ali mengelus wajah Prilly dengan lembut. Kemudian, ia mengecupi seluruh wajah Prilly, berakhir dibibir dengan kecupan yang cukup lama. Setelah itu, ia pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Prilly, menarik selimut tebalnya hingga menutupi sebagian tubuhnya dan juga istrinya. Hingga, Ali kembali memejamkan kedua matanya.

***

         Pagi-pagi sekali, pukul lima. Ali kembali dibuat khawatir oleh Prilly yang kini kembali mual-mual.

        "Kita ke rumah sakit aja ya? Aku takut kamu kenapa-napa." Ucap Ali yang kini sedang membantu memijat tengkuk Prilly. Prilly hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ia tak bisa menolak, karena keadaannya kini sangat lemas.

Bersambung.

Langsung divote dan yang belum follow akun aku, follow dulu, oke? Makasiih:)

SWEET HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang