Part - 01

6.2K 303 0
                                    

Suara alarm terdengar begitu nyaring, membuat seorang Pria yang tengah asyik bertempur dengan mimpinya, terusik. Karena suara alarm benar-benar mengganggunya.

Perlahan, ia membuka matanya. Mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang sepertinya mencoba mencari celah disela-sela gorden. Sedetik kemudian, benar-benar tersadar. Ia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya yang memang tidak sempat ia lepas semalam.

"Jam delapan." Gumamnya pelan. Ia kembali mengucek kedua matanya. Namun, tiba-tiba ia tersadar. Kembali melirik arlojinya.

"Hah, jam delapan?" Ia melirik kesampingnya, istrinya masih terlihat begitu damai di alam mimpinya. Ia menepuk keningnya sendiri. Shit! Ia telat satu jam dalam meeting bersama klien dari Jepang. Buru-buru Pria itu meraih ponselnya dan benar saja, banyak panggilan tak terjawab dari sekretarisnya. Oh, demi bumi yang sedari dulu berbentuk bulat, ia benar-benar panik! Buru-buru Ali membangunkan istrinya.

"Sayang, heii." Ali menepuk-nepuk bahu istrinya, supaya cepat terbangun. Namun, istrinya sama sekali tak terusik. Kembali Ali memanggil-manggil nama istrinya seraya mengguncang pelan bahunya. Namun tetap saja nihil. Istrinya benar-benar kebo. Susah dibangunkan!

Akhirnya, Ali memutuskan untuk bergegas membersihakan dirinya ke kamar mandi. Karena percuma! Seberapa lamapun ia mencoba membangunkan istrinya, tidak akan berhasil. Toh, istrinya akan bangun sendiri jika tidak dibangunkan. Aneh bukan? Hmm, begitulah.

Setelah beberapa menit dalam kamar mandi, Ali keluar dengan lilitan handuk dipinggangnya. Rambutnya basah, dan juga terdapat beberapa tetesan air dipelipisnya. Perutnya sixpack. Dia terlihat begitu seksi! Apalagi saat ia mengusap-usap rambut basahnya menggunakan handuk kecil berwarna putih. Ah, ketampanannya bertambah, berkali-kali lipat. Kalian yang baca, jangan sampai ngiler!

"Udah puas tidurnya?" Ali bertanya saat melihat istrinya mulai bergerak diatas pembaringannya. Kedua matanya perlahan terbuka sempurna. Ia melihat Ali, suaminya yang sedang memasang dasi merah maroon-nya.

"Hah?" Prilly bergumam dengan kedua matanya yang menyipit. Kini Ali kembali fokus memakai jas berwarna merah pula.

"Kamu mau kemana? Kok udah rapi aja sih? Kan masih pagi." Ali menghela nafas pelan, kemudian menatap Prilly.

"Ini udah jam setengah sembilan, cinta" jawabnya membuat Prilly terbelalak seketika. Apa? Jam setengah sembilan? Tuk! Prilly menepuk keningnya sendiri.

Ali berdecak kesal melihat ekspresi bodoh istrinya sendiri.

"Tadi aku udah bangunin kamu, semalam kan aku pesen, bangunin pagi-pagi banget. Karena aku ada meeting sama klien dari Jepang. Eh, malah telat bangun. Telat meeting pula!" Ali menggerutu, kesal. Karena istrinya yang telat membangunkannya. Oh tidak! Bahkan, bukannya istrinya yang membangunkannya. Tapi, ia yang membangunkan istrinya.

"Kok kamu yang nyolot sih?! Kamu lupa, semalem aku bener-bener dibikin gak bertenaga sama kamu. Aku juga gak denger kamu pesen gitu sama aku. Toh, kita kan baru tidur jam tiga dini hari! Catet! Jam ti-ga di-ni ha-ri!" Prilly memperjelas ucapannya diakhir kalimatnya.

Ali bungkam seketika. Ucapan Prilly seperti menyalahkan dirinya. Apa benar ini salahnya? Ali mengingat kejadian semalam. Mereka 'bermain' hingga 3 ronde hingga membuat Prilly benar-benar tidak bisa berkutik.

Ali mengalihkan tatapannya, ia berpura-pura merapikan kerah kemeja putihnya. Kemudian kembali menatap Prilly.

"Apa?! Masih mau nyalahin aku?!" Tanyanya dengan ekspresi nyolotnya. Oh, demi doraemon yang gak punya telinga dan demi hello kitty yang gak punya mulut, istrinya terlihat begitu menyeramkan saat sedang kesal seperti ini. Ali terkekeh kuda, menampakkan deretan gigi putih bersihnya.

"Gak, sayang. Maaf ya, tadi aku cuma shock aja karena telat." Ali melangkah menghampiri Prilly yang duduk ditepi ranjang. Ali mengusap rambut Prilly dan menyenderkan kepalanya di dada bidangnya. Prilly merenggut kesal, memukul dada bidangnya pelan.

"Yaudah sih, kamu gak usah ke kantor aja. Kan udah telat." Ucap Prilly

"Gak bisa, sayang. Aku harus tetep liat laporannya." Jawab Ali. Prilly kembali memukul dada suaminya.

"Full time aja sama aku."

"Besok deh, kita quality time. Janji! Sekarang aku lagi banyak kerjaan soalnya." Tolak Ali secara hati-hati. Karena ia tahu, istrinya type wanita yang sangat tidak suka akan penolakan.

"Ish, kerja mulu yang diprioritasin! Nikah aja sama berkas!" Decak kesal Prilly.

"Sayang!" Ali menggeram tak suka menatap Prilly. Prilly menghentakkan kedua kakinya di lantai.

"Iya iya! Tapi nanti aku ada janji sama Rani, mau nge-mall. Ada tas branded keluaran baru" ucap Prilly

"Cuma sama Rani?" Ali bertanya dengan tatapan meng-interogasi. Prilly berdecak kesal melihat ekspresi datar suaminya.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Bima, Beni, Bayu akan ikut mengawasi kamu selama di mall dan sampe rumah dengan selamat." ucap Ali. Kini Prilly semakin dibuat kesal pada suaminya.

"Gak mau! Aku gak bebas kalo diawasin gitu."

Ali menatap Prilly tajam.

"Sayang, demi keselamatan kamu. Aku gak mau nanti tiba-tiba ada orang yang--"

"Iya, yaudah terserah!" Prilly menyela ucapan Ali. Karena ia malas mendengar kebawelan suaminya. Ali tersenyum puas mengusap rambut istrinya lembut.

"I love you, my dear!" Bisik Ali lembut kemudian mengecup pelipis Prilly. Mendadak Prilly merasa dadanya bergemuruh. Hanya karena mendengar bisikan cinta Ali yang terdengar begitu seksi, membuat wajah Prilly terasa panas.

"I love you more, more, and more!" sahut Prilly penuh penekanan. Mereka saling berpandangan, sesaat kemudian Prilly beralih memeluk Ali dari samping. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya.

SWEET HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang