Part - 04

4.3K 243 1
                                    

          "Sayang, inget kata dokter tadi. Jangan ngelakuin aktifitas yang bikin kamu capek!"

          "Mulai hari ini, kamu gak boleh ngerjain pekerjaan rumah. Kecuali masak! Kamu boleh masak, tapi khusus buat aku aja. Karena aku gak biasa makan masakan orang lain."

         "Jangan pake celana jeans lagi! Jangan pake baju yang terlalu ketat. Oke?"

          "Oh iya, kamu juga harus banyak-banyak minum susu. Nanti aku beliin yang kualitasnya paling bagus."

         "Banyak-banyak olahraga juga biar badan kamu sehat dan babby kita sehat. Tapi, sewajarnya aja!"

          Prilly memutar bola matanya malas. Rasanya, telinganya kini benar-benar berdengung keras karena mendengar ocehan Ali yang tiada henti. Ya, Ali memang terlihat fokus mengendarai, namun mulutnya tak henti-hentinya mengoceh. Membuat Prilly malas menanggapinya. Percayalah, sejak dokter menyatakan perihal kehamilannya, Ali mengoceh tanpa henti. Dan kalian tahu? Semua kalimat yang terlontar dari mulut suaminya itu adalah, perkataan dokter Anjani tadi! Oh, apa menurutnya ia tak mendengar pesan-pesan dokter Anjani tadi?

         "Sayang, kamu dengar semua pesan aku, 'kan?" Tanya Ali saat ia menyadari istrinya hanya diam menatap ke luar jendela mobil. 'Kenapa perjalanan pulang ke rumah, terasa begitu lama?' batin Prilly.

         "Sayang?" Ali kembali memanggil, karena tak mendapat jawaban dari istrinya. Prilly menoleh, menatap Ali malas.

         "Hm" Prilly menggumam sebagai jawaban atas pertanyaan suaminya itu. Ali mengernyitkan keningnya, melihat perubahan sikap istrinya.

         "Sayang, kamu kenapa sih?" Tanya Ali.

        "Kamu itu gak usah banyak ngomong! Aku males dengerinnya!" Decak Prilly kesal. Karena memang, ia benar-benar malas mendengar ocehan suaminya sendiri.

         "Kenapa?" Ali kembali bertanya dengan kening yang masih mengkerut. Prilly menghela nafasnya secara kasar, kemudian menatap Ali jengah.

        "Kamu itu dari tadi ngulangin pesan-pesan dokter Anjani! Emangnya aku budek!" Sahut Prilly diiringi nada kesalnya. Ali melongo seketika. Apa ia salah mengulangi pesan-pesan yang disampaikan dokter Anjani tadi, hanya untuk mengingatkannya saja. Oh, Ali hampir saja lupa akan satu perkataan dokter Anjani; wanita yang sedang hamil biasanya memiliki emosional yang tinggi dan mood yang berubah-ubah. Ali menepuk keningnya sendiri.

        "Iya iya, maaf, ya, aku kan cuma ngingetin aja. Siapa tau kamu lupa, 'kan?" Ucap Ali dengan nada selembut mungkin.

         "Jadi menurut kamu, aku pikun gitu? Udah tua gitu?" Ali menggeleng cepat.

         "Bu--bukan gitu sayang. Maksud aku--"

         "Udahlah! Capek aku dengerin ocehan kamu mulu!" Prilly menyela ucapan Ali dengan cepat.  Ali menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya, kehamilan istrinya ini benar-benar akan menguji kesabarannya. Sabar ... sabar.

        Ali mematikan mesin mobilnya, saat sudah sampai di pekarangan rumahnya. Ali membuka seatbealtnya. Baru saja akan membuka pintu, ia melihat Prilly yang terdiam menatap ke samping.

         "Sayang, kita udah sampe" Ucap Ali mengingatkan. Namun, tatapan Prilly tetap tak teralihkan.

        "Sayang?" Ali kembali memanggil istrinya.

        "Dasar suami kang php! Katanya mau ngajak aku jalan-jalan hari ini? Katanya mau quality time!" Prilly berkata cukup keras membuat Ali membelalakkan kedua matanya. Ia benar-benar lupa akan janjinya kemarin. Stupid Ali! Lo udah membangkitkan singa betina.

        "Aku gak lupa sayang, tapi 'kan kita belum sarapan," ucap Ali menggaruk kepalanya yang 'tak terasa gatal sama sekali.

        "Aku gak mau sarapan di rumah! Aku mau sarapan di restoran!" Sahut Prilly dengan tatapan kedepan.

         "Tapi aku gimana sayang? Aku gak biasa makan masakan luar." Ya, Ali memang tidak biasa memakan masakan luar. Sejak kecil, Ali tak pernah mau mencoba masakan orang lain, selain masakan mamahnya sendiri. Bahkan, sejak mamahnya meninggal 2 tahun yang lalu, Ali tetap tidak mau memakan masakan yang susah payah selalu dibuatkan oleh pembantunya. Ali selalu menolaknya mentah-mentah. Namun, sejak berpacaran dengan Prilly, Ali mau mencoba masakan yang dibuatkan oleh Prilly. Hingga saat ini, ia hanya akan memakan masakan Prilly saja.

        "Biasain dong makan makanan luar!" Desis Prilly kesal.

        "Gak bisa sayang. Yaudah gini aja, kita ke restoran sekarang. Kamu sarapan dulu, nanti aku sarapannya pas udah di rumah aja." Ali kembali memasang seatbealtnya dan bersiap kembali menjalankan mobilnya. Namun, tiba-tiba saja Prilly menahan tangan Ali. Membuat Ali menatap Prilly heran.

        "Aku buatin sarapan kamu dulu." Ucap Prilly, kemudian melepas seatbealt dan keluar dari mobil. Ia memasuki rumahnya untuk membuatkan Ali sarapan. Bagaimanapun juga, Prilly tetap tidak akan tega jika suaminya menunda waktu sarapannya. Ali tersenyum simpul. Walaupun terkadang, istrinya bersikap jutek, namun istrinya tetap perduli padanya.

Bersambung.

Xoxo, aku gak akan lupa buat ngingetin kalian. Langsung vote dan follow akun aku bagi yang belum, hhe.:)

SWEET HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang