[biasakan klik bintang sebelum membaca]
••••••••Diruang tamu, Anton, Jill, dan juga Kelvin, terlihat duduk bersama diselingi perbincangan ringan antara ketiganya.
"Oh.. jadi kamu yang namanya Kelvin?" ujar Anton, yang dari kemarin sering mendengar nama Kelvin disebut oleh anak gadisnya.
"Iya om." jawab Kelvin dengan ekspresi yang masih canggung.
"Yang kemarin nganterin Jill kesini juga kan?!" Anton bertanya kembali, yang kemudian diangguki Kelvin dengan senyuman yang masih sangatlah canggung.
Anton yang mengerti hal itupun, kembali bersuara. "Udah. Nggak perlu canggung begitu kalau sama om. anggap aja kita udah kenal lama. Ya?"
Kelvin kembali mengangguk.
Anton beralih menoleh ke arah anaknya Jill, dan mulai bertanya pada gadis itu, untuk memastikan apa yang sedari tadi berada dibenaknya. "Tapi Jill. Ini beneran kan kalau Kelvin cuman temen kamu. bukannya pacar?"
Tentu saja mendengar hal itu membuat Kelvin yang tengah minum, dan Jill yang tengah memakan kue, menjadi tersedak bersamaan.
"Papa ngomong apa sih?! siapa yang pacaran. aku sama Kelvin beneran cuman temen doang pah.." ujar Jill, menjelaskan dengan wajah serius. "Kalau nggak percaya, tanya aja sama mama."
"I-iya om. kita berdua beneran cuman temenan aja kok." Sahut Kelvin, ikut bersuara. Seolah tidak mau terjadi kesalah fahaman diawal pertemuannya dengan ayah Jill.
Anton hanya mengangguk mengerti. "Ya sudah kalau gitu. Kalian lanjutin aja ngobrolnya. Papa tinggal kedalam."
Jill dan Kelvin hanya mengangguk mengiyakan.
"Emang kita kayak orang pacaran apa?! ada-ada aja bokap gue." Cetus Jill, saat kepergian ayahnya.
Kelvin tersenyum ke arah Jill, lalu menggodanya. "Mungkin menurut papa lo, kita cocok jadi pasangan. Mangkanya dia ngiranya kita pacaran."
Segera saja Jill menjejalkan kue yang barusan diambilnya kedalam mulut Kelvin. "Nggak usah ngarang. Apaan sih!"
Kelvin hanya nyengir dengan mengunyah kue yang baru saja dijejalkan Jill kedalam mulutnya.
Saat sudah menelannya, cowok itu teringat mengenai pembicaraannya dengan Jill, soal kepindahan sekolahnya.
"Lo katanya pindah sekolah kan?"
Jill mengangguk. "Itu idenya mama. Katanya biar nggak jauh-jauh pulang perginya."
"Emang pindah kemana? kalau boleh tau." Tanya Kelvin penasaran.
Jill mengedikkan bahu bersamaan. "Gue nggak nanya sih."
"Berarti, lo pasrah aja gitu dipindahin kesekolah manapun?"
"Menurut gue, semua sekolah sama aja kan?! Lagian.. kalau gue milih juga, belum tentu nyokap sama bokap setuju."
"hmm.." Kelvin mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Tapi nih ya. Baru sehari gue pindah kesini, gue udah dibikin kesel sama satu orang cowok yang tinggal disebelah rumah gue." Ujar Jill, memulai curhatnya.
"Cowok? Siapa?" tanya Kelvin dengan kening mengernyit penasaran.
Gadis itu mulai mengingat-ingat siapa nama cowok resek tersebut. "Emm.. siapa ya?! Bentar-bentar gue inget-inget dulu." Dengan wajah serius mulai mengingat dan mengeja sebuah nama. "Ken.. ken..Kenzo! iya Kenzo namanya."
"Tuh cowok bener-bener resek dan ngeselin banget. Semaleman gue nggak bisa tidur gara-gara gue masih ngerasain geli pas tuh cowok sengaja naruh tikus kecil ditangan gue. Ah.. pokoknya nyebelin banget deh tuh orang. Terus nih ya, pas pertama kali gue masuk kamar. Gue malah liat dia lagi tela----" Jill terdiam ketika menyadari perkataannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JILL (TAMAT)
Teen Fiction(silahkan follow dulu.) * Jilliana Callysta yang dulunya memilih tinggal bersama sang mama akibat perceraian kedua orang tuanya, akhirnya kini memutuskan untuk tinggal satu rumah kembali bersama papa kandungnya. semua itu ia lakukan karena sang mama...