[Short Series] BAB 5

1.7K 275 1
                                    

♦♦♦

Kelas terakhir di pukul dua siang selesai. Perasaan tak nyaman sedari tadi pagi berhasil membuatku terus termenung sepanjang mata kuliah di hari Selasa. Tidak ada satu pun materi masuk ke otak. Materi-materi yang disampaikan itu justru seakan semuanya menggelinding entah ke mana.

Perasaan maupun pikiranku secara bersamaan menjadi kosong, aku pun tak tahu apa yang harusnya aku lakukan dan perlu dipikirkan secara mendalam. Yang pasti, hanya ada satu kesimpulan bahwa ini efek di mana aku mulai berdebat mengenai masa lalu bersama Ayah dan Ibu. 

Malam yang mungkin tak akan pernah aku lupakan, di mana aku memulai kembali segala tragedi yang harusnya kami kubur, dan memutuskan untuk hidup tenang tanpa masalah-masalah sulit itu.

"Hei, ayo pergi ke kantin, apa kau tidak lapar?"

"Entah," Sasuke menarik lenganku, kemudian aku mengibaskan lengan tersebut cukup kasar, hingga Sasuke tertegun, jelas barangkali aku tidak biasa melakukan itu kepadanya. "Aku ingin ke perpustakaan. Kau pergi saja dengan lainnya, atau kekasihmu."

"Kau kenapa terlihat buruk?"

"Tidak ada apa-apa."

Aku hanya ingin sendiri di dalam keadaan seperti ini. Bersama mereka justru membuatku tidak nyaman. Rasanya aku lelah bila terus-menerus terlibat, bahkan pergi ke mana pun bersama mereka. Mood yang kacau akan memperburuk keadaan, dan aku sering melakukan kesalahan di sela-sela mood seperti ini.

"Naruto-kun, kau terlihat sedang tidak baik, apa aku bisa membantumu?" Baru saja aku menghindari sahabat karib, kini Megumi justru tiba-tiba muncul di depanku, setelah aku berhasil menuruni satu lantai. "Masih memikirkan tentang masalah itu?" aku mengembungkan pipi. Ada yang ingin meledak, kemarahan yang benar-benar sepertinya tidak akan bisa diredakan. "Kau marah?"

"Jika kau tahu, lebih baik kau tutup mulut saja. Aku sedang tidak berada pada kondisi baik-baik saja." Tarikan napas terasa sulit untuk siang ini. Bukan lagi penat, ada gumpalan asap atau beberapa sudut otakku mendadak menciut, hingga tidak sanggup membuatku berpikir jernih.

"Oh, apakah mau aku traktir makan siang di luar? Aku baru saja menyelesaikan bimbingan, dan mereka sudah menyetujui bahwa aku bisa lulus tahun ini. Terlihat mudah. Aku harap tahun besok kau diperlakukan sama oleh mereka agar cepat lulus."

"Aku masih senang berada di sini."

"Mungkin kau bisa pergi kencan bersama adik kelas?" Megumi terbahak-bahak. Aku tahu dia tidak bermaksud untuk melucu siang ini, tetapi dia melakukan itu demi aku betah berada di sampingnya. "Dan, kampus kita kedatangan tamu."

"Tamu?"

Aku mulai bersandar pada tembok gedung kampus. Setelah menuruni tangga secara tergesa-gesa demi menghindari teman-temanku tadi, tetapi kini justru bertemu Megumi, dan tiba-tiba aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali tetap tenang memasok segala kekuatan yang sebelumnya justru seperti terbuang sia-sia.

"Ada beberapa murid dari sekolah SMA di Tokyo yang datang ke sini. Beberapa dari mereka ada yang datang dari sekolah khusus putri. Kampus sedang melakukan open house untuk menarik para pelajar, dan setiap departemen melakukan itu."

"Jadi, hari ini jauh lebih ramai?"

"Sepertinya begitu, kafetaria dan perpustakaan, selalu berhasil dikuasai oleh mereka."

"Kalau begitu aku pulang saja."

"Hei, departemen kita melakukan open house juga, lebih baik kau bergabung dengan mereka. Siapa tahu wajah-wajah baru adik kelas akan membuatmu bersemangat."

Solitary Queen ✔Where stories live. Discover now