Iwabe merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, biasanya dia banyak berbicara, tapi kenapa gadis Uchiha itu mendadak jadi pendiam?
Mata Iwabe sesekali melirik Sarada. Jujur, dia sangat terpesona dengan wajah cantik Sarada, mata hitam jelaganya yang indah, kulit putihnya yang lembut. Dia akui, Sarada adalah gadis yang sempurna.
Terlalu berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.
" Ekhem! " Iwabe mencoba menghilangkan suasana canggung diantara mereka berdua, namun tampaknya Sarada tak merespon.
" Sayang. " Sarada menolehkan kepalanya, " Ya? "
" Apa kau baik-baik saja? Dari tadi kau hanya melamun. "
" Ya... Iwabe-kun. " mulutnya memang berkata ya tapi hatinya berkata tidak, Iwabe tau itu.
" Jangan berbohong, aku mengenalmu, Sarada. " ucapnya tegas.
" Aku baik, sayang.... Apa kau meragukanku? "
" Aku benci mengatakannya, tapi aku memang meragukanmu. "
Iwabe memilih berhenti di tepi jalan lalu memandang wajah cantik Sarada, bisa dia lihat wajah gadis itu yang terkesan kaku.
" Bilang padaku, apa terjadi sesuatu? " desak Iwabe.
" Tidak ada, sudahlah jangan dipikirkan, aku hanya tidak dalam mood yang baik. " elaknya lagi.
" Ada apa? Ceritakan saja, aku ini kekasihmu, sudah sepantasnya aku tau masalahmu. " Iwabe mengelus puncak kepala Sarada.
" A-apa kau pu-punya kekasih? " pertanyaan ambigu itu muncul dari mulut Sarada.
" Tentu, kan putri Uchiha ini adalah kekasihku. "
" Maksudku... Apa kau memiliki kekasih selain diriku? "
Iwabe mengeryitkan alisnya bingung. Sebrengsek apapun dia, dia tidak akan pernah menyakiti Sarada, dia sangat menyayangi gadis Uchiha itu.
'' Tentu saja tidak, aku sangat menyayangimu. Kau percaya padaku kan? "
" Aku percaya... Tapi, karena kau terkenal playboy... aku jadi agak ragu. " Sarada menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal.
" Aku tau, kau pasti masih ragu. Tapi percayalah, aku menyayangimu. "
.
.
.
.
.
Gadis bersurai ungu itu hanya diam mendengar celotehan sahabatnya, sahabat yang selalu ada untuknya sejak kecil." Namida, apa kau lapar? " tanya Sumire tiba-tiba.
" Iya, lebih baik kita pergi ke cafe itu. " Namida menunjuk cafe sederhana yang berada di seberang jalan.
'' Baiklah. "
.
.
.
.
.
" Tolong dua ramen porsi sedang, satu jus apel dan satu ocha. "Pelayan itu menulis pesanan seorang pemuda berkulit pucat yang selalu menampilkan senyum misteriusnya.
" Eumm... Ino- kun, apa aku tidak merepotkanmu? " tanya gadis dihadapannya.
" Kenapa aku harus merasa direpotkan? " Inojin balik bertanya.
" Aku hanya merasa tidak enak saja. "
Inojin menangkup kedua pipi chubby gadis itu, " Hey, aku yang mengajakmu aku juga yang mentraktir-mu. "
" Begitu, kah? Jadi kalau aku yang mengajak Ino- kun berarti aku yang mentraktir, jadi kita impas. " ucap gadis itu dengan polosnya.
Inojin mengacak rambut 'gadisnya' dengan gemas, " Terserah padamu saja, Himawari. "
Ting!
Terdengar bunyi lonceng menandakkan bahwa ada pelanggan yang masuk. Inojin melirik sekilas pintu yang agak jauh dari tempatnya.
Disana ada Sumire dan Namida.
Inojin tak ambil pusing. Lagipula ini tempat umum, siapapun berhak kesini, tak terkecuali teman-temannya, walau sebenarnya dia sendiri agak canggung.
Namida tak sengaja melirik ke arah Inojin yang juga menatap mereka, segera dia membuang pandangannya dari lelaki pucat itu.
" Ada apa, Mida? " tanya Sumire.
" T-tidak. Leherku hanya sedikit sakit. " dusta Namida, Sumire hanya mengeryitkan alisnya lalu menatap beberapa bangku yang berada di cafe.
Deg!
' Inojin-kun, bersama seorang gadis? '
''Sumire, apa yang kau lihat? " tanya Namida, raut wajahnya sudah berubah pucat.
Sumire hanya menggeleng, " Kita cari tempat lain saja, aku ingin ke kedai es krim. "
" Oke. "
.
.
.
.
.
Sebenarnya Namida agak canggung dengan Sumire, karena sejak tadi gadis itu hanya diam tak bersuara sedikit pun. Jangan lupakan wajahnya yang memancarkan aura tidak baik." Hey. " akhirnya Namida berani bersuara lebih dulu.
Sumire hanya melirik Namida sekilas lalu pandangannya kembali jatuh pada hamparan bunga mawar beraneka warna di depannya.
" Apa kau marah? "
" Kenapa tidak bilang kalau ada Inojin? " ucap Sumire ketus.
Namida menatap kanan dan kiri bingung mencari jawaban, " Aku tau, kau tadi sempat melihat Inojin kan? " desak Sumire.
" Iya, maaf. "
" Sudahlah, aku hanya cemburu saja. Siapa gadis yang bersamanya tadi. "
" Kalau dilihat-lihat, sepertinya dia adiknya Uzumaki Boruto. "
" Boruto? " Sumire mengeryitkan alisnya bingung.
" Iya Boruto- senpai. Kau tak mengenalnya? Dia sangat populer disekolah. Dia tampan dan tinggi! " ucap Namida bersemangat.
' Uzumaki ya? Hmm... Bagaimanapun caranya, Inojin-kun akan jadi milikku, bukan milik gadis Uzumaki itu! '-Sumire.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya publish hari ini. Sebenernya pengen besok aja, tapi udah ada yang nanyain kapan lanjut.Jadi ya begitulah wkwk.
Oke seperti biasa jangan lupa vomment nya. Feng butuh banget dukungan vote dan komentar dari kalian.
Mau kritik silakan asalkan memakai bahasa yang sopan. Feng ga butuh haters.Love yeahh...***