Best Luck. ( JAEMREN. )

14.6K 971 251
                                    

I want to confess my hidden heart, I love you.

And I'm happy because of you.

( 📣. Warning: Dialog non-baku! )

-----------------------------------------

Senja yang memikat. Panorama di bawah kaki keduanya teramat memanja mata. Tanah yang melandai ke segala arah, sedangkan bunga matahari bermekaran sejauh mata memandang. Melimpah ruah ke mana-mana, memenuhi sisi bukit dengan warna kuning keemasan. Menggerumbul di seputar batang-batang pohon, mengisi cekungan-cekungan tanah.

Panorama lateral yang memukau nyatanya tak mampu Renjun nikmati dengan damai. Perasaannya yang gundah gulana melantaskan jiwanya melayang entah ke mana, kendati raganya tengah terpijak sempurna di samping sahabatnya, Jaemin.

Terhitung lima kali dalam dua puluh menit terakhir Renjun meloloskan hela napas berat. Terhitung lima kali pula Jaemin mencuri pandang dari ekor matanyaㅡtanpa mau bersusah payah untuk mempertanyakan apa yang sebenarnya menengarai kegelisahan Renjun.

Ah, tidak juga. Sesungguhnya Jaemin lebih dari sekedar paham akan apa yang menjadi akar permasalahan sang pemuda yang lebih kecil darinya itu.

“Jun, gue ngajak lo ke bukit bukan buat lo sia-siain lho,” tutur Jaemin memecah kesunyian antar keduanya, “… sia-siain pemandangannya.”

‘Cukup gue aja yang lo sia-siain. Apa yang gue kasih, jangan disia-siain,’ batin Jaemin menyambung penuturannya.

Renjun mengulas senyum tipis. Ia menolehkan kepala, mengunci tatapannya pada Jaemin untuk beberapa saat sebelum meluruskan kembali pandangannyaㅡmengarah pada bentang alam yang sedap untuk dipandang.

“Na … kalau dipikir, Jeno itu, lucu, ya? Aku baru sadar kalau selama ini dia gak pernah mau orang lain tau tentang kedekatan aku sama dia. Bahkan, dia rela bohong di hadapan orang lain. Dia rela nunda waktu buat masuk kelas biar gak ketauan kalau kita berangkat bareng. Aku salah apa sih, Na? Aku … aku sakit, Na,” lirih Renjun.

Beberapa detik berselang, Renjun meloloskan gelak tawanya yang sumbang. Merutuki perasaaan yang ia simpan untuk seorang Lee Jeno yang telah menjerumuskannya ke dalam siklus kebodohan yang tak berujung.

“Aku harus gimana, Na? Aku pengen denger saran dari kamu.”

Jaemin terdiam, tidak ada satu patah kata pun yang meluncur dari kedua bilah tubirnya. Jujur saja, otaknya tengah memroses seluruh penuturan Renjun tentang Jenoㅡyang sayangnya telah membuat otak sang pemuda Na malfungsi.

“Kenapa nanya gue, Jun?” Akhirnya Jaemin menemukan ujung lidahnya.

Renjun menundukkan kepalaㅡmencoba menyembunyikan kegundahan yang tampak kentara pada raut wajahnya. Sesekali ia memilin ujung kenaan Jaemin, yang praktis membuat Jaemin mengalihkan atensinya pada jemari mungil empu sang pecinta Moomin.

‘Gila ya lo, gemesin banget,’ batinnya.

“S-soalnya … setiap aku cerita soal Jeno, kamu gak pernah ngasih saran apa-apa,” cicit Renjun yang masih enggan melepaskan genggamannya pada ujung kenaan Jaemin.

Jaemin mengulum senyumㅡmencoba menahan nafsu dirinya untuk mengecupi setiap inci dari wajah Renjun yang tampak seratus kali lebih menggemaskan.

“Jun, liat gue,” titah Jaemin dengan suara bass-nya yang tanpa sadar telah membuat tubuh Renjun meremang.

Renjun menengadahkan kepala; mendapati Jaemin yang tengah memoroskan netra kelamnya pada dirinya. Manik cemerlang empu sang pemuda Huang bergulirㅡmenghindarkan diri dari bersirobok dengan milik Jaemin.

OUR PAGE;JAEMREN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang